tag:blogger.com,1999:blog-67191326673281404722024-03-05T05:36:57.172-08:00SIKAP DIAM ADALAH SEBUAH SENI TERHEBAT DALAM SUATU PEMBICARAANFERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.comBlogger38125tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-51024874048861831562010-03-10T22:39:00.000-08:002010-03-10T22:50:27.831-08:00Politik Pencitraan...<div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-photo">by:ngarayana<br /><br /><img src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/wp-content/themes/arras-theme/library/timthumb.php?src=http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/tubnail/Poendek.JPG&w=630&h=250&zc=1" alt="Politik Pencitraan" title="Politik Pencitraan" /></div> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="politik" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/tubnail/Poendek.JPG" alt="" height="342" width="512" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">“Siapa yang menguasai media, dialah yang keluar sebagai pemenang”. Pernyataan ini sudah sangat sering kita dengar pada abad 21 ini. Semua perusahaan yang bergerak baik dalam bidang sandang, papan dan pangan rela mengeluarkan budget milyaran rupiah hanya demi sebuah iklan produk di layar kaca, media cetak dan juga internet. Tidak jarang iklan-iklan tersebut digambarkan melebihi mutu produk yang sesungguhnya dan menggambarkan produk saingannya lebih rendah dari produknya. Orang terkenal dan para artis top dibayar mahal agar tampil sebagai jargon produknya meskipun sesungguhnya orang-orang tersebut hampir tidak pernah menggunakan produk yang dibintanginya. Pada akhirnya konsumen yang tidak jelilah yang pada akhirnya menanggung rugi akibat termakan iklan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pencitraan seorang tokoh politik juga tidak lepas dari “iklan”. Meskipun seorang tokoh tidak memiliki kualifikasi memadai dan memiliki background yang buruk, tetapi jika media mendukungnya dan mencitrakannya sebagai sosok yang superior, maka rakyat akan percaya bahwa dia adalah tokoh politik yang diidam-idamkan rakyat banyak.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Celakanya, Agama yang pada dasarnya juga merupakan produk imajiner ternyata juga diperlakukan sebagaimana halnya produk dan tokoh. Masyarakat dunia berkoar-koar bahwa agama adalah hak azasi manusia yang tidak dapat diinterferensi orang lain, bahkan orang tua dan pasangannya sendiri. Namun dibalik itu semua, penguasa media masa dan didukung oleh pemerintah secara tersembunyi dan terstruktur ternyata sudah menyiapkan “politik pencitraan” untuk kepentingan agama tertentu dan melakukan pendeskriditan terhadap agama-agama dan kepercayaan yang lainnya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dalam artikel-artikel sebelumnya saya sudah menuliskan beberapa fakta menarik dimana banyak tempat suci Hindu (candi) di Nusantara dijadikan kuburan, penterjemahan kitab suci Veda secara tidak tepat yang dilakukan oleh para Indologis dan bahkan terjemahan keliru tersebut dituliskan dalam kata pengantar beberapa kitab Al-Qur’an dan Al-kitab. Para kaum misionaris dan dakwah inipun bahkan tidak segan-segannya melakukan distorsi ajaran Hindu yang dilakukan secara “soft” dan juga “hard”.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dari serat dharmo gandul dan sabdo palon kita dapat mengetahui bahwa masuknya Islam ke Nusantara pada awalnya dilakukan dengan cara damai, yaitu dengan jalan perdagangan dan perkawinan. Majapahit dibawah pemerintahan raja Brawijaya V menerima para pedangan Muslim dengan tangan terbuka, bahkan beliau mengijinkan para pedagang tersebut mendirikan pemukiman dan menyebarkan ajaran Islam di wilayahnya. Beliau juga bersedia mempersunting seorang istri yang tetap Muslim meskipun beliau sendiri tidak bersedia pindah menjadi muslim, bahkan beliau juga tidak berkeberatan jika anak-anaknya dari istrinya yang muslim dididik secara Islam. Lebih lanjut berdasarkan serat ini dikatakan bahwa setelah anak Brawijaya V dari istrinya yang muslim, Raden Patah beranjak dewasa. Raden Patah atas asutan Sunan Kalijaga secara terang-terangan melakukan kudeta terhadap ayahnya sendiri sehingga menyebabkan kerajaan Majapahit yang sangat besar hancur.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Fragmen sejarah berikutnya mengisahkan bahwa Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan media dakwah berupa wayang kulit dengan lakon Mahabharata dan Ramayana yang telah dimodifikasi. Dalam lakon Mahabharata, Sunan Kalijaga mengatakan bahwa Panca Pandawa menjadi sakti mandraguna dan tidak terkalahkan berkat senjata keramat yang mereka miliki, yaitu senjata “kalimosodo”. Kalimat “Kalimosodo” ini lebih lanjut dipelintir oleh Sunan Kalijaga menjadi “kalimat Syahadat” (<em>Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluh</em>) yaitu kalimat yang pada intinya mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah dan mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini harus diucapkan sebanyak tiga kali oleh mereka yang akan masuk islam. Masalahnya, Sejarah mahabharata terjadi sekitar tahun 3000-an SM dan Muhammad baru hadir 1500-an tahun yang lalu. Bagaimana mungkin panca pandawa menggunakan jargon “kalimosodo” yang memuji Nabi Muhammad? Jika kita teliti kitab suci Mahabharata, kita tidak akan pernah menemukan kata “kalimosodo” di dalamnya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dari dua penggalan kisah ini, mungkin anda akan bertanya; Apakah boleh seorang anak menyerang ayahnya sendiri meskipun dia beda agama? Tidakkah ini tindakan durhaka menurut ajaran islam? Bolehkan menyebarkan agama dengan cara memodifikasi ajaran agama yang lain sebagaimana dilakukan oleh Sunan Kalijaga?</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Jika memang benar Raden Fatah menyerang ayahnya, Brawijaya V dan Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran Islam dengan cara memodifikasi kitab Mahabharata, bukankah hal itu dapat digolongkan sebagai “politik busuk” dalam penyebaran agama?</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Proses islamisasi di Nusantara pada dasarnya tidak sertamerta selesai meskipun seluruh kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara runtuh. Bahkan sebagaimana disampaikan oleh beberapa tokoh dakwah islam di beberapa media mengindikasikan bahwa islamisasi belum rampung bahkan sampai pada era kemerdekaan RI. Mungkin hal ini disebabkan karena Agama Hindu dan Buddha di Nusantara sudah mengakar sangat kuat dan ditambah lagi dengan datangnya para penjajah Portugis, Belanda dan Inggris yang diboncengi para misionaris Kristen. Sehingga mau tidak mau para kaum dakwah harus bekerja ekstra keras di bumi nusantara ini.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Penemuan candi-candi yang berubah fungsi menjadi kuburan meninggalkan tanda-tanya besar di kalangan para arkeolog Indonesia. Politik pencitraan yang berlangsung selama berabad-abad telah menghasilkan semacam konspirasi yang menghasilkan pencitraan bahwa Islam di nusantara disebarkan secara damai dan masyarakat meninggalkan agama aslinya atas kesadarannya sendiri setelah mengetahui bahwa agamanya lebih buruk. Sebagaimana dalam comment seorang saudara muslim dalam artikel saya sebelumnya yang bersikeras menyatakan bahwa Islam memang disebarkan secara damai. Tetapi, diapun tidak dapat memecahkan misteri kenapa banyak candi yang berubah menjadi kuburan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Okay-lah, terlepas dari kontroversi ini kita ikuti dulu alur yang menyatakan bahwa Islam disebarkan secara damai, tanpa pemaksaan dan peyiksaan fisik. Namun, para ahli juga tidak dapat menepis kebenaran dimana sunan Kalijaga dan beberapa tokoh dakwah lainnya menyebarkan agama dengan cara memodifikasi ajaran agama Hindu dan Buddha. Artinya penyebaran Islam di nusantara tidak lepas dari politik dan pendeskriditan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Setelah media masa dan media elektronik berkembang pesat, tidaklah sulit untuk menemukan film atau sinetron yang mengambarkan dimana tokoh-tokoh yang bersorban, menggunakan tasbih, berpakaian kearab-araban dan sejenisnya digambarkan sebagai tokoh protagonis (tokoh yang baik) dan mereka yang menggunakan pakaian adat nusantara, menyelipkan keris di pinggangnya, menggunakan sarana menyan/dupa/hio, air dan bunga dalam sembahyang/ritualnya digambarkan sebagai tokoh antagonis (tokoh jahat). Hampir tidak ada satupun sinetron yang melibatkan dua tokoh berbeda tersebut meletakkan tokoh yang menggunakan pakaian adat dengan keris dan sarana ritual tradisional nusantara sebagai tokoh protagonis dan meletakkan mereka yang berpakaian arab sebagai tokoh antagonis.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Keris, batik dan wayang adalah tiga budaya nusantara yang diakui oleh PBB sebagai kekalayaan intelektual non-situs dan dikagumi oleh seluruh dunia. Namun ironisnya, akibat pencitraan buruk media masa, Keris selalu diidentikkan dengan klenik dan tindakan menyekutukan Tuhan. Wayang dipandang oleh sebagian orang sebagai berhala. Sangat jarang media yang dapat memberikan pencitraan positif terhadap ketiga kekayaan intelektual ini. Namun disaat kekayaan intelektual ini disababotase dan diagungkan oleh bangsa lain, barulah bangsa kita berteriak keras dan mencak-mencak bahwa itu adalah budayanya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Penghancuran terstruktur budaya nusantara berlangsung secara berlahan tetapi pasti. Dan media masa-lah yang paling berperan dalam hal ini. Mereka yang menguasai media masa dan memiliki akses terhadap politik pencitraan akan berkuasa, tetapi mereka yang menutup mata akan hal ini sudah pasti akan mati terhimpit. Oleh karena itu, Umat Hindu yang selama ini selalu dijadikan objek pencitraan buruk harus segera menyadari hal ini dan berusaha mengimbangi dan/atau mematahkan politik busuk ini. Mari kita luruskan sejarah dan tegakkan dharma melalui sumbangsih kita sesuai dengan profesi dan skill kita masing-masing.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><strong>Sumber gambar</strong>; <em>http://4.bp.blogspot.com/</em></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-31713095576746015282010-03-10T22:30:00.000-08:002010-03-10T22:31:48.668-08:00Manusia Pertama.????<p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dalam artikel sebelumnya saya sudah mencoba memaparkan penolakan adam dan hawa adalah manusia pertama yang didasarkan atas ayat-ayat kitab suci abrahamik sendiri dan mengajukan argumen bahwa manusia pertama adalah manu yang tidak hanya berjumlah satu, tetapi empat belas dalam setiap satu kali siklus penciptaan alam semesta ini.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Adapun dasar utama penolakan adam dan hawa sebagai manusia pertama disamping dari ayat-ayat kitab sucinya, juga dari segi kejanggalan-kejanggalan dipandang secara ilmiah. Sudah bukan rahasia lagi bahwasanya umat agama abrahamik (Islam, Kristen dan Yahudi) meyakini Adam adalah manusia pertama dan merupakan leluhur semua manusia di bumi saat ini. Agama Abrahamik juga menolak konsep teori evolusi darwin karena mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang mengalami evolusi dan transmutasi genetik.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Konsekuensi dari keyakinan bahwa Adam adalah manusia pertama dan penolakan atas teori evolusi darwin ini menimbulkan satu pertanyaan besar.</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Jika memang benar Adam adalah manusia pertama dan Hawa diciptakan dari tulang rusuknya Adam, kenapa keturunan mereka dapat terpecah kedalam banyak ras-ras yang berbeda? Padahal seharusnya genetik keturunan mereka adalah sama, sehingga otomatis tidak terdapat perbedaan ras manusia”.</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dengan melihat kenyataan ini maka pendukung teori bahwa Adam adalah manusia pertama mau tidak mau harus beradapat pada teori transmutasi genetis yang dapat terjadi pada keturunan adam dan hawa sehingga menghasilkan ras-ras manusia dengan keanekaragaman genetisnya. Hanya saja jika mereka mengakui postulat bahwa keturunan Adam dan Hawa mengalami mutasi genetis, maka akan timbul pertanyaan besar berikutnya.</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">”<em>Jika transmutasi genetis itu terjadi pada keturunan Adam dan Hawa, tidakkah genetik kera memungkinkan mengalami mutasi sehingga menjadi manusia kera dan berikutnya bermutasi lagi menjadi manusia yang merupakan nenek moyang adam dan hawa?”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Mereka yang meyakini bahwa Adam dan Hawa adalah manusia pertama harus menghadapi pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan. Meyakini Adam dan Hawa sebagai manusia pertama dengan konsekuensi harus mendukung transmutasi genetis, yang artinya juga harus mendukung kemungkinan bahwa Adam dan Hawa adalah keturunan dari kera. Dan dengan demikian mereka harus mengakui bahwa leluhur mereka sebenarnya adalah kera. Atau pilihan ke dua mereka harus mengakui bahwa Adam dan Hawa bukanlah manusia pertama, dan mengakui otoritas ajaran Veda yang mengatakan bahwa manusia pertama tidak hanya satu, tetapi banyak. Hanya saja dengan mengakui pernyataan kedua ini, mereka harus mengakui kesalahan satu doktrin dalam ajaran agama mereka, yang implikasinya adalah sangat memungkinkan bahwa doktrin-doktrin yang lain dalam agama mereka juga salah.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Jadi, apakah para kaum agama Abrahamik harus mempertahankan Adam sebagai manusia pertama dengan mengikuti teori evolusi darwin, ataukah harus mengakui bahwa ajaran agama mereka salah? Sama-sama merupakan pilihan yang menyenangkan untuk agama Abrahamik bukan?</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Untuk mendukung pembenaran Veda yang mengatakan bahwa manusia pertama tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu dan mereka disebut sebagai manu yang pada akhirnya menurunkan banyak ras-ras manusia yang berbeda serta pernyataan Veda yang menyatakan bahwa Tuhan telah menciptakan 8.400.000 jenis kehidupan berbeda yang sudah eksis tanpa proses evolusi sebagaimana dinyatakan dalam teori evolusi darwin, maka saya akan mencoba memaparkan missing link dari teori evolusi darwin tersebut.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Ilmuan-ilmuan pendukung teori evolusi darwin mengatakan bawah kehidupan yang pertama muncul dari “Primordial Soup”,,cairan senyawa kimiawi awal yang terbentuk sesaat setelah dentuman besar (Big Bang). Dari cairan kimiawi awal ini selanjutnya muncul “Primal Organism”, makhluk-makhluk awal sederhana bersel satu, Melalui proses alamiah sela ma berjuta-juta tahun, makhluk-makhluk bersel satu ini secara berangsur- angsur berevolusi menjadi bermacam-macam wujud makhluk hidup yang ada sekarang.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Ernst Haeckel, Professor Zoologi di Jena University Jerman, pada tahun 1867 menggambarkan proses evolusi ini sebagai berikut;</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="image1" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image001.png" alt="" height="415" width="579" /></p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="image2" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image003.jpg" alt="" height="168" width="580" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Jadi Haeckle dan ilmuan pendukung teori evolusi mengatakan bahwa mahluk hidup terwujud dari senyawa kimia sederhana dan berangsur-angsur berevolusi menjadi mahluk hidup uniseluler dan berikutnya berevolusi lagi menjadi mahluk hidup multiseluler yang pada akhirnya menghasilkan evolusi terakhir, yaitu manusia.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dalam bukunya Charles Darwin,” Descent of Man”, dikatakan bahwa manusia berasal dari mahluk berkaki empat, berekor dan berbulu yang biasa hidup di pohon-pohon di hutan. Dengan kata lain, leluhur manusia adalah monyet. Jika benar manusia berevolusi dari monyet, lalu bagaimanakah wujud hasil evolusi dari manusia itu sendiri suatu saat nanti? Pertanyaan sederhana, tetapi sangat rumit untuk bisa di jawab oleh pendukung teori evolusi darwin.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Untuk menentukan kapan makhluk manusia muncul di Bumi, para sarjana (geologi, anthropologi, paleontologi, zoologi, sosiologi, petrologi, dll.) membagi jaman berdasarkan usia strata (tingkat lapisan) tanah sebagaimana disajikan pada halaman berikut. Hanya saja pada kenyataannya, masalah lokasi dan lapisan tanah di mana fossil ditemukan, seringkali menjadi polemik tentang umur fossil.</p> <table style="color: rgb(0, 102, 0);" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td valign="top" width="13%"><strong> </strong> <p style="text-align: left;"><strong> ERA</strong></p> </td> <td valign="top" width="19%"><strong> </strong> <p style="text-align: left;"><strong> PERIODE</strong></p> </td> <td style="text-align: center;" valign="top" width="17%"><strong> MULAI</strong> <p><strong>JUTAAN TH.</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong> YANG LALU</strong></p> </td> <td style="text-align: center;" valign="top" width="50%"><strong> URAIAN </strong> <p style="text-align: center;"><strong> JENIS MAKHLUK</strong></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="13%"><strong> CENOZOIC</strong> <p><strong> MESOZOIK</strong></p> <p><strong> PALEOZOIC</strong></p></td> <td valign="top" width="19%"><strong> HALOCENE</strong> <p><strong> PLEISTOCENE</strong></p> <p><strong> PLIOCENE</strong></p> <p><strong> MIOCENE</strong></p> <p><strong> OLIGOCENE </strong></p> <p><strong> EOCENE </strong></p> <p><strong> PALEOCENE</strong></p> <p><strong> CRETACEONS</strong></p> <p><strong> JURASSIC</strong></p> <p><strong> TRIASSIC</strong></p> <p><strong> PERMIAN </strong></p> <p><strong> CARBONIFEROUS</strong></p> <p><strong>PERMIAN</strong></p> <p><strong> CARBONIFEROUS</strong></p> <p><strong> DEVONIAN</strong></p> <p><strong> SILURIAN </strong></p> <p><strong> ORDOVICIAN</strong></p> <p><strong> CAMBRIAN </strong></p> <p><strong> </strong></p></td> <td style="text-align: center;" valign="top" width="17%"><strong> 0,1</strong> <p><strong> 2,0</strong></p> <p><strong> 5,0</strong></p> <p><strong> 25,0</strong></p> <p><strong> 38,0</strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> 55,0</strong></p> <p><strong> 65,0</strong></p> <p><strong> 144,0</strong></p> <p><strong> 213,0</strong></p> <p><strong> 248,0</strong></p> <p><strong> 286,0</strong></p> <p><strong> 360,0</strong></p> <p><strong>286,0</strong></p> <p><strong> 360,0</strong></p> <p><strong> 408,0</strong></p> <p><strong> 438,0</strong></p> <p><strong> 505,0</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong> 590,0</strong></p> </td> <td style="text-align: center;" valign="top" width="50%"><strong> MANUSIA MODERN (40.000 TH YL – SEKARANG)</strong> <p><strong> CRO-MAGNON (100.000 – 40.000 TH.YL)</strong></p> <p><strong> NEANDERTHAL MAN (200.000 – 100.000 TH.YL)</strong></p> <p><strong> HOMO-SAPIEN (500.000 – 200.000 TH.YL)</strong></p> <p><strong> HOMO-EREKTUS (1 JT – 0,5 JT TH YL)</strong></p> <p><strong> HOMO-HABILIS (1,5 JT – 1 JT TH YL)</strong></p> <p><strong> AUSTRALOPITHECUS (3 JT – 1,5 JT TH YL)</strong></p> <p><strong> APIDIUM/PARAPITHECUS/OREOPITHECUS </strong></p> <p><strong> (10 JT TH YL).</strong></p> <p><strong> RAMAPITHECUS (12 JT TH YL) </strong></p> <p><strong>OLIGOPITHECUS/AEOLOPITHECUS/LIMNOPITHE-</strong></p> <p><strong> CUS (18 JT TH. YL)</strong></p> <p><strong> DRYOPITHECUS (20 JT – 15 JT TH YL)</strong></p> <p><strong> PROCONSUL (21 JT – 17 JT YL)</strong></p> <p><strong> PLIOPITHECUS (23 JT – 10 JT TH YL)</strong></p> <p><strong> PROPLIOPITHECUS (25 JT TH YL) </strong></p> <p><strong> AEGYPTOPITHECUS (30 JT – 28 JT TH YL)</strong></p> <p><strong> AMPHIPITHECUS (40 JT TH YL) </strong></p> <p><strong> SMILODECTES (50 JT – 45 JT TH YL)</strong></p> <p><strong> PLESIADAPIS (63 JT – 58 JT TH YL) </strong></p></td> </tr> </tbody> </table> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dengan memperhatikan data diatas, maka menurut para sarjana duniawi, proses evolusi kera menjadi manusia modern sekarang nampak jelas ketika pada tahun 1924 Professor Raymond Dart dari University Of Witwatersrand di Johannesburg mengumumkan penemuan tengkorak makhluk yang dia sebut Australopithecus Africanus dan diperkirakan ber umur 1 jt tahun. Dart yakin bahwa Australopithecus adalah moyang semua makhluk hominid yaitu makhluk berjalan tegak dengan dua kaki dan kemudian menurunkan makhluk manusia sekarang. Dia mendasari pendapatnya dengan alasan-alasan berikut:</p> <p style="padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);">a. Kapasitas cranium si bayi Taung (sebutan fossil itu) adalah 500 cc, sementara gorilla dewasa hanya 600 cc.</p> <p style="padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);">b. Tidak adanya tulang kening yang menonjol.</p> <p style="padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);">c. Giginya menyerupai gigi manusia, dan</p> <p style="padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);">d. Terusan tulang belakang terletak ditengah-tengah dasar tengkorak kepala seperti pada manusia.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Beraneka jenis hominid yang hidup sebelum Australopithecus, kata para pemuka teori evolusi, adalah makhluk-makhluk yang tingkat evolusinya belum begitu maju. Sehingga kehidupan mereka masih seperti kehidupan binatang pada umumnya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Berikut adalah gambar skenario evolusi dari makhluk Australopithecus sampai menjadi manusia modern.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size: small;"><span style="line-height: normal;"><strong><img class="aligncenter" title="image5" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image005.png" alt="" height="229" width="608" /></strong></span></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Menurut para sarjana pendekar teori evolusi, Australopithecus adalah manusia purba (early man) hasil evolusi (keturunan) Parapithecus dan berkehidupan amat primitip. Austalopithecus Africanus memanfaatkan batu, kayu dan tulang runcing untuk hidup dengan pencaharian berburu. Sedangkan Austalopithecus Robustus, katanya, adalah makhluk herbivora, pemakan buah dan tumbuhan. Sementara itu, Australopithecus Boisei di Africa Timur yang juga hidup sebagai pemburu, diperkirakan punah karena kalah bersaing melawan Australopithecus Africanus. Fakta ini, katanya, sesuai dengan hukum evolusi “survival of the fittest”. Homo-habilis adalah perkembangan lanjut dari Australopithecus. Fossil rahangnya ditemukan di lembah Olduvai sekitar th. 1932 oleh Louis Leakey bersama perkakas batu dan situs kediamannya. Fossil rahangnya juga ditemukan dekat danau Turkana Kenya di th. 1970 oleh Richard Leakey, putra Louis Leakey.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Kemudian, kata para akhli teori evolusi, Homo-habilis berkembang menjadi Homo-erectus. Ia adalah hominid yang benar-benar berjalan tegak seperti manusia. Pithecanthropus-erectus yang di temukan di Jawa th. 1891 oleh Dubois, Sinanthropus yang ditemukan di goa Zhoukoudien China th. 1927 oleh Black dan juga berbagai fossil hominid yang ditemukan Leakey di lembah Olduvai Africa di tahun 1975, semuanya tergolong Homo-erectus. Diyakini bahwa Homoerectus adalah hominid omnivora dan yang pertama kali menggunakan api untuk memasak makanan. Karena itu, Homo-erectus dikatakan hominid yang mulai berkehidupan beradab sebagai manusia. Perkakas kehidupan mereka masih primitip, tetapi telah lebih baik dan lebih maju dari perkakas yang digunakan oleh Homo habilis.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Perkembangan selanjutnya adalah Homo-erectus berevolusi menjadi Homo sapiens. Fossilnya berupa kerangka dan tengkorak ditemukan th. 1930 – 1971 di berbagai tempat di Eropa. Di Jerman, Homo sapiens dikenal dengann nama Steinhein man. Di Inggris di kenal sebagai Swanscombe man, dan di Perancis dikenal sebagai Tautavel man. Kehidupan Homo-sapiens lebih maju karena ia hidup lebih trampil dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ia bisa tinggal di pantai, di pegunungan atau padang rumput, dan menggunakan perkakas secara lebih efisien.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Homo-sapiens kemudian berevolusi menjadi Neanderthal man. Fossil wanitanya ditemukan tahun 1931 di Mt Caramel Israel. Pada tahun 1957 ditemukan kerangka lengkap Neanderthal di goa Shanidar Irak. Pithecanthropus erectus II (Solo-man) yang ditemukan di wilayah Solo pada tahun 1934 oleh Von Koenigswald, ter-golong Neanderthal. Fossil hominid Ehringdorf (Jerman), La Ferrassie (Perancis), Monte Circeo (Italia), Krapina (Yugoslavia), Teshik Tash (Rusia) dan Djebel Irhoud (Maroko) juga tergolong makhluk Neanderthal. Dikatakan oleh para akhli teori evolusi bahwa Neanderthal adalah Hominid yang telah berbudaya. Ia hidup sebagai pemburu dan juga dikenal sebagai tukang cukup akhli. Diperkirakan pula bahwa Neanderthal man telah memiliki rasa ke-agamaan walau masih amat sederhana.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Neanderthal man kemudian punah, kata para pakar teori evolusi, karena telah ber- evolusi menjadi makhluk Cromagnon. Cromagnon adalah nama tempat di Perancis di mana pada th. 1868 para pekerja rel kereta api menemukan empat kerangka hominid beserta perkakas batunya. Dikatakan bahwa makhluk Cromagnon secara pisik sudah mirip sekali dengan manusia modern sekarang. Ia memiliki kecerdasan dan kebudayaan yang lebih maju dari Neanderthal man. Cromagnon adalah manusia pertama menciptakan seni berupa pahatan, lukisan dan ukiran batu. Tetapi Cro-magnon pada umumnya masih menghuni goa dan emperan batu walau pun sudah mampu mem-buat gubuk sederhana. Mereka hidup dalam kelompok yang lebih besar secara menetap.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Manusia modern yang menghuni Bhumi sekarang, kata para pemuka teori evolusi, adalah perkembangan lanjutan dari makhluk Cromagnon sejak 40.000 th yang lalu.</p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);">Benarkah skenario sejarah manusia ini?</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Ahli Anthropologi, Niles Eldridge berkata “Evolusi adalah benar, sebagaimana kebenaran bahwa bumi adalah bulat”. Namun demikian Veda dengan tegas dan jelas mengatakan bahwa manusia lahir dari manusia lainnya dan mahluk hidup yang lain juga sudah tercipta sebagai mana wujudnya saat ini. Atman diberikan pilihan badan material sebanyak 8.400.000 jenis, mulai dari mahluk paling sederhana yaitu virus, protozoa, sampai pada 400.000 jenis kehidupan humanoid (manusia).</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Bertolak dari dua pandangan yang saling tolak belakang ini, mari kita coba menelaah bukti-bukti tentang teori evolusi ini secara lebih mendalam.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Sebagaimana teori umum dalam teori evolusi mengatakan bahwa dalam perkembangan evolusi mahluk hidup akan terjadi bentuk-bentuk transisi. Sebagai contoh dalam kasus binatang air berkembang menjadi binatang darat, maka seharusnya terdapat binatang peralihan dari air ke darat. Namun pada kenyataanya tidak pernah ditemukan fosil-fosil mahluk hidup transisi ini sebagaimana dikatakan oleh Professor Heibert Nilsson dari Lund Universitu di Swedia; “ <em>Bahkan tidak mungkin membuatkan suatu karikatur tentang evolusi berdasarkan fakta-fakta paleo-biologis. Materi fossil-fossil itu begitu tidak lengkap sehingga ketiadaan rangkaian (makhluk-makhluk) transisi tidak bisa dijelaskan oleh jumlah fossil yang tidak lengkap. Tiada nya fossil makhluk-makhluk transisi ini begitu nyata dan mereka tidak akan pernah bisa menemukan</em>”. Bahkan penelitian terakhir mengenai klaim temuan fosil-fosil tertentu ternyata penuh rekayasa yang tidak objektif dari para penganut teori evolusi. Beberapa temuan fosil yang meskipun tidak cukup valid yang dirasa mendukung teori evolusi digembar-gemborkan sebagai penemuan spektakuler, tetapi penemuan fosil-fosil yang tidak mendukung teori evolusi malahan di campakkan begitu saja. Tentunya hal ini sudah melanggar etika ilmiah seorang ilmuan dan dengan demikian teori sang ilmuan bersangkutan tidak bisa di percaya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dalam hubungan ini, Vayson De Predenne dari Ecole d’ Anthropologie di Paris menulis dalam bukunya “Fraudes Archeologiques (1925)” sebagai berikut;</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">“<em>Seringkali orang menemukan sarjana yang dicengkram oleh pre-conceived idea (hipothesis) yang tidak segan-segan memberikan pendapat keliru atas fakta-fakta yang dilihatnya agar sesuai dengan teori yang diyakininya. Bila melihat peninggalan halus dan kasar buatan manusia ditemukan bersamaan di satu lapisan tanah, maka dia menetapkan adanya dua level yaitu : peninggalan kasar berada di level (lapisan tanah) yang lebih rendah digolongkan berdasarkan jenisnya, bukan ber-dasarkan umur lapisan tanah dimana benda itu di-temukan. Dan peninggalan halus yang ada di dasar lapisan tanah itu dinyatakan olehnya sebagai benda yang secara kebetulan masuk kesitu”.</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dalam penemuan-penemuan fosil yang baru dan dengan dikenalnya pengukuran umur fosil berdasarkan kandungan radioaktif karbon 14 yang memungkinkan pengukuran umur fosil secara lebih akurat ternyata menyimpulkan bahwa fosil manusia yang anatominya sama dengan manusia saat ini sudah hidup berdampingan dengan berbagai jenis primata sejak jutaan tahun lalu.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Fosil Australopithecus yang ditemukan oleh Raymond Dart yang diklaim sebagai mahluk hidup transisi dari kera berjalan tegak ke manusia ternyata hanyalah spesies gorila atau sinpanse. Grafton E Smith berkata, dalam kuliahnya di College University, berkata;</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Sayang sekali, Dart tidak banyak tahu tentang tengkorak bayi sipanse, gorilla atau orangutan. Seandainya dia banyak tahu, dia akan menyadari bahwa bentuk, rupa, rahang dan detail wajah dan cranium tengkorak Australopithecus pada dasarnya sama dengan yang dimiliki bayi sipanse atau gorilla”.</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Raymond Dart kecewa atas tanggapan demikian terhadap fossilnya. Kemudian kegiatannya mencari fossil diteruskan oleh Dr Robert Broom. Pada tahun 1936 Broom mendapatkan beberapa kepingan tengkorak dari tempat penggalian di Sterkfontein. Dia me-rekonstruksi kepingan- kepingan itu menjadi satu tengkorak dan memberinya nama Plesianthropus Transvaalensis. Lapisan tanah tempat fossil di temukan di perkirakan ber-usia antara 2,2 – 3,0 jt tahun.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1938 Broom mem-peroleh beberapa biji gigi dari daerah pertanian Kromdraai dan juga beberapa kepingan tengkorak. Dia terus merekonstruksi semua fossil tersebut. Tengkorak yang ter-rekonstruksi itu memiliki gigi dan rahang lebih besar dari yang ditemukan di Sterkfontein. Broom menamainya Paranthropus Robustus. Lapisan tanah Kromdraai tempat fossil ditemukan diperkirakan berumur 1 – 1,2 juta tahun. Di lokasi yang sama itu pula Broom menemukan potongan tulang lengan bagian atas dan bawah. Tentang fossil ini, Broom berkata;</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Seandainya ini semua ditemukan di tempat terpencil, mungkin semua akhli anatomi akan berkata bahwa fossil ini pasti tulang-tulang manusia”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Kemudian pada tahun 1971, H M Mc Henry menyatakan “Fossil ini adalah tulang-tulang manusia”.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1946 Broom dan Schepers menemukan sepotong tulang paha bagian bawah di Sterkfontein. Menurut mereka, tulang paha ini persis seperti tulang paha manusia. Hal ini dibenarkan oleh pakar pathologi bernama Le Gross Clark. Kemudian di th. 1981, pakar pathologi Christine Tardieu pun membenarkan dengan berkata;</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Ciri-ciri utama tulang paha Sterkfontein ini sama dengan ciri – ciri tulang paha manusia modern”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Setelah perang dunia kedua berakhir, pada tahun 1957 Robert Broom dan J T Robinson menemukan fosil rahang bawah di Swartkrans dalam lapis an tanah yang juga berisi fossil Paranthropus. Broom dan Robinson berkata tentang fossil ini sebagai berikut;</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Bentuknya serupa benar dengan rahang homi nid modern (manusia) dibandingkan dengan rahang Telanthropus Capensis”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia modern telah hidup berdampingan dengan makhluk Australopithecus dan primata lain pada masa Pleistocene (sekitar 2 jt tahun lalu).</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada awal tahun 1970 putra Louis Leakey yaitu Richard Leakey yang keduanya pakar Anthropologi memenumkan fossil rahang makhluk yang disebut Homo habilis dekat danau Turkana di Kenya. Disana juga ditemukan fossil-fossil fauna yang serupa dengan yang ditemukan di Kanam. Pada tahun 1972 Richard Leakey kembali menemukan fossil tengkorak pecah dekat danau Turkana dan dikatakan olehnya sebagai tengkorak Homo habilis. Alasannya adalah karena isi craniumnya lebih dari 810 cc, lebih besar dari yang dimiliki Australopithecus. Endapan vulkanik tempat fossil ditemukan berusia sekitar 2,6 juta tahun. Dan fossil tengkorak itu sendiri diperkirakan berusia 2,9 jt tahun.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Didekat lokasi dimana tengkorak Homo habilis ditemukan, John Harris pakar paleontologi dari Museum Nasional Kenya, juga menemukan dua tulang paha yang menyerupai tulang paha manusia modern. Kedua tulang paha ini dikatakan milik Homo habilis. Richard Leakey yang meneliti fossil tersebut berkata;</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Kedua tulang paha ini tidak seperti milik Australopithecus. Namun sungguh mengherankan keduanya sama dengan tulang paha manusia modern”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Melalui artikelnya yang diterbitkan dalam majalah National Geographc, Richard Leakey mengulangi lagi pendapatnya dengan berkata;</p> <p style="padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);"><em> “Kedua tulang paha ini hampir tidak bisa dibedakan dari tulang paha manusia”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">B. A. Wood, pakar Anatomi pada Charing Cross Hospital Medical School di London, menyatakan bahwa Tulang-tulang paha itu adalah milik manusia modern. Diperkirakan fossil itu berumur 1,5 – 2,0 jt tahun.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Kemudian pada tahun 1974, B. A. Wood kembali menegaskan bahwa fossil tulang tulang kaki yang ditemukan dekat danau Turkana, cocok sekali dengan tulang kaki manusia.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Begitu pula dengan fossil tulang paha yang ditemukan di Koobifora, menurut Edward Trinkhaus dan para pakar lain, secara anatomi bukan milik Homo habilis ataupun Homo erectus, tetapi milik manusia modern.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Fossil tulang kaki cukup lengkap di-temukan di lembah Olduvai dan diperkirakan berumur 1,7 jt tahun. Menurut M H Day dan J R Napier (1964), fossil tulang kaki ini lebih menyerupai tulang kaki manusia. Sedangkan fossil tulang tangan yang ditemukan di tempat yang sama (lembah Olduvai), dikatakan oleh J R Napier (1962) sangat sesuai dengan ciri-ciri tangan manusia, terutama ujung-ujungnya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Jadi manusia modern sudah hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk yang disebut Australopithecus, Homo habilis dan Homo erectus sejak jutaan tahun yang lalu. Ini juga berarti bahwa ke tiga jenis makhluk tersebut bukanlah makhluk peralihan ke manusia.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Java man (manusia jawa) yang disebut Pithecantropus Erectus dan fossil nya di temukan di Trinil Jawa Tengah oleh Eugene Dubois pada tahun 1891, digolongkan oleh para pakar evolusi sebagai makhluk Homo erectus dan diperkirakan berumur 800.000 tahun.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1894, Dubois melaporkan bahwa Pithecantropus adalah makhluk transisi, yang sesuai dengan teori evolusi, pasti pernah ada dan hidup. Jadi menurut Dubois, Pithecantropus adalah “missing-link” antara kera dan manusia. Menurut Dubois, adalah karena kapasitas craniumnya antara 800 – 1000 cc, sedangkan milik kera rata-rata 500 cc dan manusia rata-rata 1400 cc. Benarkah Pethecantropus adalah makhluk missing-link?</p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);">Pakar teori evolusi Ernst Haeckel berkomentar;</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Kini masalah dalam perjuangan keras untuk mencari kebenaran telah secara radikal dirobah dengan penemuan makhluk Pithecantropus oleh Dubois. Dia benar-benar telah memberikan kita tulang-tulang kera yang saya telah bayangkan”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Tetapi sayang, ketika Dubois memamerkan fossilnya dalam The International Congress Of Zoology ke III pada tahun 1895 di Lyden Belanda, ternyata tidak semua sarjana setuju dengan pendapatnya. Beberapa berpendapat bahwa Pithecantropus hanyalah fossil kera. Sedangkan yang lain menentang dengan berkata bahwa tulang pahanya bukan milik makhluk yang sama. Sebab tulang paha itu ditemukan sejauh 15 meter dari tulang tengkorak.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada bulan Desember 1895 para ahli dari seluruh dunia berkumpul di gedung Society For Anthropology, Ethnology And Prehistory untuk menetapkan status fossil Pithecantropus kebanggaan Dubois. President Of The Society Dr Virchaw menolak memimpin sidang. Kemudian dalam diskusi yang penuh perdebatan itu, pakar Anatomi Swiss Kollman menyatakan bahwa makhluk Pithecantropus adalah seekor kera.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dr Virchaw sendiri berkata bahwa tulang pahanya sepenuhnya tulang paha manusia. Namun pada tengkoraknya terdapat sela dalam diantara kubah kepala dan tulang bagian atas lekuk mata. Karena itu, tengkorak Pithecantropus ini adalah tengkorak kera. Sehingga disimpulkan bahwa makhluk ini adalah binatang, seekor gibbon raksasa. Tulang pahanya sama-sekali tidak punya hubungan apapun dengan tengkoraknya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Kemudian untuk meniadakan keraguan atas fossil Pithecantropus, Professor Lenore Selenka, sekitar tahun 1907 -1908, melakukan penggalian di desa Trinil dengan memperkerjakan 75 orang buruh. Tetapi Selenka hanya menemukan fossil sisa-sisa kehadiran manusia berupa serpihan tulang binatang, arang dan tempat perapian. Kemudian Selenka berkesimpulan bahwa makhluk manusia dan Pithecantropus hidup pada masa yang sama. Sehingga kontroversi atas fossil Pithecantropus tetap tak terselesaikan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Menjelang akhir hidupnya, Dubois sendiri berkesimpulan bahwa tengkorak Pithecantropus miliknya adalah gibbon besar sejenis kera yang oleh para pakar evolusi dianggap tidak punya hubungan apapun dengan manusia. Namun meski pun statusnya amat lemah sebagai bukti, Pithecantropus telah dengan tegar masuk daftar leluhur manusia. Pendapat Dubois terakhir tidak dihiraukan oleh para pakar teori evolusi.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1937 Von Koenigswald mendapatkan 30 kepingan fossil tengkorak dari Desa Sangiran yang terletak di Barat Trinil di tepi sungai Bengawan Solo. Kemudian dia merekonstruksi kepingan-kepingan itu menjadi sebuah tengkorak yang disebutnya Pithecantropus (II) Selanjutnya fossil tersebut lebih dikenal sebagai Solo man (manusia Solo). Dubois tidak sependapat dengan Koenigswal (setelah pithecantropusnya sendiri dinyatakan sebagai fossil kera).</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Walaupun asal-usulnya tak jelas (karena selama penggalian Koenigswald tinggal di Bandung dan hanya mengandalkan assistennya Atma mengawasi para penggali), namun pada tahun 1938 Franz Weidenreich (supervisor penggalian fossil manusia Beijing di China) memuat artikel dalam majalah NATURE bahwa penemuan baru oleh Koenigswald telah secara pasti membuktikan bahwa Pithecantropus adalah moyang manusia, bukan gibbon sebagaimana di-simpulkan oleh Dubois menjelang akhir hidupnya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1941 di Desa Sangiran (dengan cara yang sama) berturut-turut Koenigswald mendapatkan fossil rahang bawah dan beberapa gigi besar. Fossil rahang bawah besarnya 2 kali rahang manusia. Koenigswald menamakan makhluk pemiliknya Meganthropus Paleojavanicus. Sedangkan makhluk pemilik fossil gigi besar disebutnya Giganthropus. Menurut Weidenreich, kedua makhluk (Meganthropus dan Giganthropus) ini adalah moyang manusia. Katanya, dari Giganthropus muncul Meganthropus terus Pithecanthropus dan Homo-sapiens.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Tetapi kebanyakan pakar modern berpendapat Giganthropus adalah sejenis kera yang hidup pada awal dan pertengahan masa Pleistocene ( 2 -1 juta tahun yang lalu). Sedangkan Meganthropus diperkirakan lebih menyeru Java-man (Pithecantropus). Tetapi pada tahun 1973 Teuku Jacob berpendapat bahwa Meganthropus tergolong Australopithecus.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1927 Davidson Black (Dokter yang beralih professi menjadi Anthropologist) menemukan fossil sebutir gigi hominid di goa Zhoukoudian (sebelumnya telah ditemukan dua gigi oleh Otto Zdansky). Makhluk pemilik fossil tersebut diberi nama Sinanthropus yang oleh para pakar kemudian digolongkan Homo erectus. Namun pada konggres tahunan The American Association Of Anatomist, beberapa pakar mengkritik Davidson Black karena mengusulkan adanya satu jenis makhluk baru (yaitu Sinanthropus) berdasarkan bukti fossil yang amat tidak lengkap, yaitu hanya berupa gigi.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Berdasarkan penelitian selanjutnya (1931), katanya, di ketahui bahwa Sinanthropus telah memanfaatkan api dalam hidupnya dan memiliki perkakas batu dan tulang yang sudah maju. Pada tahun 1934 Franz Weidenreich menyatakan bahwa Sinanthropus adalah makhluk kanibal, sebab kebanyakan tulang yang ditemukan di dalam goa Zhoukoudian adalah pecahan-pecahan tengkorak. Beberapa tengkorak yang relatip utuh bagian bawahnya berongga.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Tetapi dua pakar Anthropologi dari New Mexico University, Lewis R Binford dan Chuan Kun Ho berpendapat bahwa makhluk-makhluk Sinanthropus itu dijadikan mangsa oleh makhluk carnivora yang tinggal di goa itu.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Sedangkan Marcelin Boule, Directur Institute De Palentologie di Paris, berpendapat bahwa Sinanthropus dimangsa oleh sejenis hominid yang lebih kuat dan lebih cerdas.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Menurut dua pakar China Wu Rukang dan Liu Shen Long, Sinanthropus,sesuai dengan pekembangan kapasitas craniumnya, berevolusi menjadi Homo sapiens. Ini disebut “Dating by morphology”, menetapkan usia fossil ber-dasarkan bentuk / besar kepala. Methode ini tidak bisa dipercaya, tetapi diterapkan semata-mata agar teori perkembangan evolusi tetap utuh tak terganggu.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Fossil vertesszollos adalah berupa kepingan tulang kepala yang diketemu mukan di Hungaria. Lapisan tanah dimana fossil di temukan diperkirakan termasuk masa Pleistocene pertengahan (umur sekitar 1 jtuta tahun). Sarjana Anthropologi David Pilbeam menulis (1972);</p> <p style="padding-left: 30px; text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Tulang kepala ini tidak menyerupai tulang kepala Homo erectus dan bahkan manusia purba. Melainkan, ia menyerupai tulang kepala manusia modern. Usia fossil ini tidak lah lebih dari 100.000 tahun”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Jadi fossil vertesszollos tidak bisa digolongkan Homo-erectus, tetapi tergolong Homo-sapiens. Ini berarti penggolongan fossil dalam daftar masa evolusi masih menjadi masalah diantara para sarjana Anthropilogi.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Berikut adalah daftar fosil anomalus yang tidak diperhitungkan oleh para pakar evolusi dalam membenarkan teorinya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="image10" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image008.jpg" alt="" height="362" width="605" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="image11" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image010.jpg" alt="" height="393" width="613" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="12" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image012.jpg" alt="" height="441" width="616" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="14" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image014.jpg" alt="" height="434" width="613" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="16" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image016.jpg" alt="" height="426" width="620" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="image18" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image018.jpg" alt="" height="428" width="625" /><img class="aligncenter" title="image20" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image020.jpg" alt="" height="439" width="623" /><img class="aligncenter" title="image21" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image022.jpg" alt="" height="427" width="625" /><img class="aligncenter" title="image22" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image024.jpg" alt="" height="430" width="625" /><img class="aligncenter" title="image23" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image026.jpg" alt="" height="414" width="630" /><img class="aligncenter" title="image24" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image028.jpg" alt="" height="445" width="628" /><img class="aligncenter" title="image25" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image030.jpg" alt="" height="426" width="631" /><img class="aligncenter" title="image26" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image032.jpg" alt="" height="436" width="627" /><img class="aligncenter" title="image27" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image034.jpg" alt="" height="456" width="628" /><img class="aligncenter" title="image29" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image036.jpg" alt="" height="434" width="630" /><img class="aligncenter" title="image30" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image038.jpg" alt="" height="452" width="627" /><img class="aligncenter" title="image31" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image040.jpg" alt="" height="447" width="627" /><img class="aligncenter" title="image42" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image042.jpg" alt="" height="436" width="626" /><img class="aligncenter" title="image42" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image044.jpg" alt="" height="460" width="630" /><img class="aligncenter" title="image43" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image046.jpg" alt="" height="449" width="628" /><img class="aligncenter" title="image45" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image048.jpg" alt="" height="445" width="634" /><img class="aligncenter" title="iamge46" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image050.jpg" alt="" height="436" width="631" /><img class="aligncenter" title="image48" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image052.jpg" alt="" height="450" width="632" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dalam kata sambutannya di depan sidang The American Association For The Advancement Of Science bulan Agustus 1879, O. C. Marsh, Presiden Asosiasi dan salah satu paleontologist USA terkenal, berkata;</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Bukti-bukti (fossil anomalus) yang disajikan oleh Professon J D Whitney dalam karyanya baru-baru ini (Aurif Gravels Of Sierra Nevada) begitu kuat dan methode penelitiannya yang cermat serta bertanggung-jawab begitu di kenal luas, sehingga kesimpulan-kesimpulannya tidak bisa dibantah. Sekarang, fakta-fakta yang ketahuan menunjukkan bahwa lapisan tanah Amerika mengandung sisa-sisa tulang manusia dan hasil karyanya yang setua masa Pliocene Eropa (sekitar 5 juta tahun. Keberadaan manusia pada masa tersier kini nampaknya cukup terbukti” </em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1938, Profesor W G Burroughs , Head Of geological Department di Berea College, melaporkan, “Jaman Karbon dikenal sebagai jaman para ampibi ketika semua makhluk bergerak dengan empat kaki yang tidak menyerupai kaki manusia. Tetapi di Rockcastle dan lain-lain tempat di Kentucky, Pensylvania sampai Missouri, ditemukan bekas pijakan kaki makhluk manusia yang berasal dari jaman Karbon”. Laporan Profesor Burroughs ini dibenarkan oleh Dr. C W Gilmore, Curator Of Vertebrate Paleontologi Smithsonian Institution yang ikut meneliti bekas-bekas pijakan kaki itu. Jaman Karbon bermula 360 juta tahun SM.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Burroghs menjelaskan lebih lanjut,”Setiap jejak pijakan memiliki 5 jari dan jelas melengkung, Jari-jarinya berjejer seperti jari-jari kaki manusia yang tidak pernah pakai sepatu”. Burroughs berkesimpulan bahwa bekas pijakan kaki ini pada mulanya tercetak dipasir lembut dan basah, lalu mengeras menjadi batu sekitar 300 juta tahun yang lalu. Para peneliti lainpun membenarkan ke simpulannya ini.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1983, Moscow News melaporkan secara singkat penemuan bekas pijakan kaki manusia di Turkmenistan. Pijakan kaki ini tercetak di batu karang berusia 150 juta tahun. disamping bekas pijakan kaki binatang purba Dinosaurus.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Pada tahun 1979, pakar Anthropologi Mary Leakey menemukan bekas-bekas pijakan kaki di Laetoli, 45 km diselatan lembah Olduvai Tanzania. Bekas pijakan kaki itu tercetak di lapisan tanah abu gunung berapi dan diperkirakan berusia antara 3,6 – 3,8 juta tahun. Dalam artikel yang dimuat pada National Geography, Mary Leakey mengutip pendapat Louise Robins, pakar jejak kaki dari North Caroline University, yang berkata;</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);"><em> “Bekas-bekas pijakan kaki ini terlihat serupa benar dengan pijakan kaki manusia modern …”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Hal ini secara langsung menunjukkan bahwa makhluk manusia seperti sekarang sudah ada dan hidup di Bumi 3,6 juta tahun yang lalu.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">M H Day meneliti bekas pijakan kaki Laetoli itu dengan menggunakan photogrammetic dan menyimpulkan, “Kemiripan yang secara anatomis amat dekat dengan bekas pijakan kaki manusia modern”. R H Tuttle, pakar Anthropologi pisik menyatakan, “Bentuk pijakan ini tidak bisa dibedakan dari pijakan kaki manusia modern yang sedang melangkah tanpa sepatu”. Tim White berkata, “Jangan salah terka terhadap bekas pijakan kaki ini. Ia serupa dengan bekas pijakan kaki manusia modern”.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Jadi dari penjelasan singkat mengenai penemuan-penemuan arkeologi dan kejanggalan teori evolusi darwin sudah dapat memberikan kita gambaran akan lemahnya teori evolusi darwin. Dengan kenyataan ini saat ini ilmuan dalam bilang antropologi khususnya terpecah menjadi dua kubu, yaitu kubu yang menentang teori evolusi dan kubu yang percaya akan evolusi darwin. Mereka yang yakin pada teori evolusi darwin rata-rata adalah mereka yang Atheis.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Bagaimana halnya dengan transmutasi genetik, tidakkah hal tersebut dalam membuat perubahan somatis pada mahluk keturunannya? Radiasi yang merubah susunan kromosom memang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan genetis yang dapat menurun ke keturunannya. Tetapi, penelitian menunjukkan bahwa kerusakan kromosom akibat radiasi acak/random ini meskipun menguntungkan untuk manusia yang akan memanfaatkan mahluk transgenik ini, namun tidak pernah membuat mahluk hidup bersangkutan menjadi lebih baik, tetapi malahan membuat mahluk bersangkutan menjadi lebih buruk. Sapi gigantisme, semangka tanpa biji, padi berumur pendek, ternak gemuk berumur pendek adalah salah satu hasil rekayasa genetika dengan teknik radisi. Sapi gigantisme pada akhirnya tidak bisa melalui sleksi alam, tidak mampu berkembang biak dan keturunannya terputus. Demikian juga semangka tanpa biji akhirnya tidak dapat melanjutkan keturunan karena ketiadaan biji. Dan sejauh penelitian transmutasi genetik dengan radisasi, belum ada yang membuktikan bahwa dengan meradiasi suatu spesies akan menghasilkan spesies yang lain, tetapi hanya dapat mengubah sebagian kecil karakter mahluk bersangkutan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Apalagi dalam penemuan fossil terdapat missing link yang tidak pernah dapat membuktikan terjadi mutasi genetis yang memicu terjadinya evolusi ala darwin. Namun sungguh ironis memang, meskipun Darwin sendiri dalam bukunya “The Origin Of Species”, menuliskan keraguannya terhadap teori evolusi, tetapi para pendukungnya tetap bersikukuh dengan berbagai cara mempertahankan teori ini;</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px; color: rgb(0, 102, 0);"><em>“Jumlah fossil makhluk-makhluk peralihan/transisi yang dahulu pernah hidup di Bumi, pastilah banyak sekali. Tetapi kenapa tidak setiap lapisan dan formasi tanah penuh dengan fossil makhluk-makhluk peralihan seperti itu? …. Barangkali kenyataan inilah yang akan menjadi dasar penolakan paling jelas dan keras terhadap teoriku”</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Mungkinkah teori evolusi ini hanyalah sebagai pelarian atas ketidakpercayaan para ilmuan akan agama yang dianutnya yang notabena adalah agama-agama dogmatis yang menyatakan adam adalah manusia pertama dan hawa diciptakan dari tulang rusuk adam? Ataukah karena paham Atheis yang dianut para pendukung teori evolusi darwin?</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="image55" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/Misteri%20Kehidupan%20Manusia/image053.png" alt="" height="316" width="395" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Veda menjelaskan bahwa mahluk hidup sudah tercipta dalam 8.400.000 jenis badan yang berbeda. Golongan humanoid yang terdapat di alam semesta ini saja berjumlah 400.000 yang semuanya berasal dari manu, ciptaan dewa Brahma. Kata Manu ini menjadi “Man (Bahasa Inggris)” dan Manusia (Bahasa Indonesia). Manusia berasal dari urat kata “Manu” dan “Sah” yang diartikan “dia yang berasal dari manu”. Jadi jika anda menganggap diri anda manusia, maka anda harus mengakui bahwa leluhur anda adalah manu.</p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);">Dengan demikian, masihkan anda bersikeras bahwa nenek moyang anda adalah Adam?</p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><strong>Sumber:</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em> 1. The Hidden History Of The Human Race (Major Scientific Cover Up Exposed) by Michael A Cremo and Richard L </em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em> Thompson. Published by Bhaktivedanta Book Publishing Inc. 3764 Watseka Avenue, 2001.</em></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><em> 2. ORIGIN, Higher Dimensions In Science, published by Bhaktivedanta Book Trust 1984.</em></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><em> 3. Srimad Bhagavatam,,published by Bhaktivedanta Book Trust 1985.</em></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><em> 4. Forbiddn Archeology’s Impact by Michael A Cremo. Publihed by Bhakti vedanta Publishing Book 1998.</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em> 5. Mechanistik And Non Mechanistic Science (An Investigation Into the Nature Of Consciousness And Form) by </em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><em> Richard L Thompson, dan published by Bala Books 1981.</em></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><em> 6. Early Man (Manusia Purba) by F Clark Howell. Terjemahan diterbitkan oleh Pustaka Alam 1977.</em></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><em> 7. Antropologi By William A Haviland. Terjemahan oleh R.G.Soekardijo. Penerbit Erlangga 1999.</em></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-41152207808712982712010-03-10T22:26:00.000-08:002010-03-10T22:27:37.979-08:00Masuknya Atman Dalam Kandungan<div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-content"> <p style="text-align: justify;">Pernahkan anda menyangka bahwa Veda dalam hal ini Bhagavata Purana yang dituliskan ribuan tahun yang lalu telah menjelaskan secara detail mengenai proses terbentuk dan berkembangnya janin manusia? Uniknya, apa yang dijelaskan dalam Veda tersebut benar-benar sesuai dengan apa yang diketahui oleh kedokteran modern saat ini.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam <strong>Bhagavata Purana 3.31.1</strong> disebutkan; “,”<em>Karmana daiva netrena jantur dehopapattaye stryah pravista udaram pumsa retah kanasrayah</em>, dibawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa dan sesuai dengan perbuatan (<em>karma</em>)nya, sang makhluk hidup (<em>jiva</em>) di-masukkan ke dalam rahim sang ibu (oleh para Deva pengendali urusan material dunia fana) melalui mani sang ayah untuk memperoleh badan jasmani baru tertentu”</p> <p style="text-align: justify;"><img class="aligncenter" title="janin1" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwFCF-VfcHkVcGwQ_uuo3MfJqeQUbe5FeYqMNYWznzmDPdv6pMfz3aEL8NxyHQbeeN9GNz7J77mqyDA9fRcgaCNmqEIejpyiBSBY_9Q4DWM-OqFb-tq9b4o2iTFf93cIGwQ6TNz-ZO29Fz/s320/mg+12.jpg" alt="" height="243" width="320" /></p> <p style="text-align: justify;">Lebih lanjut dalam <strong>Bhagavata Purana 3.31.2- 4 dan 10 </strong>dijelaskan bahwa Sang Jiwa memperoleh badan jasmani dan tumbuh berkembang dalam rahim sang ibu.</p> <p style="text-align: justify;"><img class="aligncenter" title="janin" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/janin.jpg" alt="" height="471" width="617" /></p> <p style="text-align: justify;"><img class="aligncenter" title="janin2" src="http://hamilsehat.files.wordpress.com/2008/10/egg_develops_embryo_fetus_baby_grow.jpg" alt="" height="620" width="468" /></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Bhagavata Purana 3.31.5-8</strong> menyebutkan bahwa dengan memperoleh gizi dari makanan dan minuman yang di-konsumsi si ibu, sang <em>jiva</em> dalam janin tumbuh didalam rahim sang ibu, tetapi dalam kondisi sengsara karena:</p> <ol><li style="text-align: justify;">Ia tinggal dalam rahim ibu bagaikan seekor burung dalam sangkar yang tidak bisa bergerak bebas</li><li style="text-align: justify;">Ia tinggal dalam rahim ibu yang bagaikan ruangan amat sempit</li><li style="text-align: justify;">Ia tinggal dalam rahim ibu yang amat panas dan menyesakkan. Dan ia merasakan seluruh tubuhnya seperti terpanggang oleh panasnya api pencernaan si ibu</li><li style="text-align: justify;">Sang janin tidak sadarkan diri dari waktu ke waktu karena sangat menderita seperti itu</li><li style="text-align: justify;">Ia tiada henti merasakan derita akibat dari makanan si ibu yang terlalu pahit, terlalu pedas atau terlalu asin atau asam</li><li style="text-align: justify;">Ia benar-benar secara pisik terbelenggu/terkungkung tanpa kebebasan sedikitpun dan tanpa daya di dalam rahim dengan kepala merunduk ke arah perut. Punggung dan lehernya melengkung bagaikan busur.</li></ol> <p style="text-align: justify;">Dalam <strong>Bhagavata Purana 3.31.9 – 16 </strong>menyebutkan bahwa sang makhluk hidup yang menderita dalam rahim si ibu cukup beruntung, maka ia bisa mengingat segala penderitaan yang dialaminya dalam seratu kali penjelmaannya yang telah lewat. Dalam derita diikat oleh tujuh lapis materi (5 unsur materi kasar + pikiran dan kecerdasan), si bayi berdoa kepada Tuhan yang telah menempatkan dirinya dalam kondisi demikian.</p> <ol><li style="text-align: justify;">Ia menyatakan diri hanya ber-lindung kepada Tuhan dalam beraneka-macam inkarnasi-Nya.</li><li style="text-align: justify;">Ia sadar sebagai jiva spiritual abadi yang kini dicengkram <em>maya</em> dan berulang-kali sujud kepada Tuhan dalam aspek Beliau sebagai <em>Paramatma</em></li><li style="text-align: justify;">Ia tahu bahwa dirinya terpisah dari Tuhan karena terperangkap dalam badan jasmani sehingga salah menggunakan hidupnya</li><li style="text-align: justify;">Ia sadar bahwa dirinya kini menderita di alam material karena melalaikan Beliau yang manjadi penguasa segala sesuatu</li><li style="text-align: justify;">Ia berharap agar bisa kembali berhubungan dengan Tuhan Krishna dalam pelayanan <em>bhakti</em> kepada-Nya</li><li style="text-align: justify;">Ia berjanji akan kembali berserah diri kepada Nya agar bebas dari segala macam derita.</li></ol> <p style="text-align: justify;">Lebih lanjut dalam Bhagavata Purana 3.31.17- 21 dinyatakan bahwa dalam kondisi Terendam dalam genangan darah yang kotor dalam perut sang ibu, si bayi sangat ingin segera keluar dari rahim. Ia menghitung-hitung berapa bulan sudah diri nya berada dalam kondisi amat menyengsarakan seperti itu. Ia berkata,”O Tuhanku, kapankah hambamu ini, sang <em>jiva</em> yang sengsara, akan bebas dari kurungan derita ini?”. Dan ia juga berdoa bahwa atas karunia Tuhan, ia menyadari betul kondisi dirinya begitu menderita meskipun baru berusia 10 (sepuluh) bulan dan Ia bersyukur karena telah diberikan badan jasmani manusia, sehingga bisa menginsyafi diri (sebagai <em>jiva</em> abadi rohani, pelayan kekal Tuhan). Ia berkata tidak mau keluar dari rahim sang ibu meskipun sangat menderita di dalamnya, sebab ia takut jatuh lagi ke dalam sumur gelap kehidupan material. “<em>Tenaga material-Mu maya akan segera menangkap diriku, sehingga hamba menjadi tidak insyaf diri lagi begitu lahir kedunia fana</em>, begitu ia berkata kepada Tuhan. “Paham ke-AKU-an palsuku akan seketika menyelimuti diriku yang merupakan awal dari siklus kelahiran dan kematian (<em>samsara</em>) yang menjerat diriku”. Ia pun berjanji, dengan bantuan kecerdasannya yang suci, akan selalu ingat pada kaki padma Tuhan agar bebas dari gelapnya kehidupan material dan siap lahir ke dunia fana.</p> <p style="text-align: justify;">Sedangkan dalam <strong>Bhagavata Purana 3.31.22-27</strong> lebih lanjut dijelaskan bahwa saat sang <em>Jiva</em> berdoa demikian, angin yang menyebabkan proses kelahiran mendorongnya ke depan dengan kepala menghadap ke bawah. Sang bayi lahir keluar rahim dalam kesusahan amat besar dengan kepala mengarah kebawah tanpa berbernafas dan pingsan akibat penderitaan bukan kepalang. Di dunia fana, si bayi diasuh oleh orang-orang yang tidak memahami keinginannya, tidak mampu menolak apa saja yang diberikan kepada dirinya, dibaringkan di tempat kotor, dan ia tidak bisa menggaruk tubuhnya untuk meniadakan rasa gatal, apalagi duduk,berdiri dan berjalan. Di dunia fana, si bayi yang kulitnya masih amat lembut dan halus, tidak berdaya digigit kutu, agas, nyamuk dan binatang kecil lain. Ia telah kehilangan kearifan berpikir, lupa pada hakekat dirinya sebagai sang <em>jiva</em> rohani abadi (karena dikhayalkan oleh <em>maya</em>) dan menangis dengan sangat memilukan.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam <strong>Bhagavad Gita 14.5.</strong> Sri Krishna berkata,”<em>Sattvam raja tamah iti gunaih prakrti sambhavah nibadhnanti dehe dehinam avyayam</em>, begitu sang makhluk hidup (<em>jiva</em>) berhubungan dengan alam material, ia seketika di-cengkram (oleh <em>maya</em> dengan tangan halus) <em>Tri Guna </em>yaitu tiga sifat alam material <em>sattvam</em> (kebaikan), <em>rajas</em> <span style="text-decoration: underline;">(</span>kenafsuan) dan <em>tamas</em> (kegelapan)”</p> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-17994906265776874762010-03-10T22:20:00.000-08:002010-03-10T22:21:17.781-08:00Kontroversi Seputar Sungai Gangga<div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-photo"><img src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/wp-content/themes/arras-theme/library/timthumb.php?src=http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/tubnail/ganga.jpg&w=630&h=250&zc=1" alt="Kontroversi Seputar Sungai Gangga" title="Kontroversi Seputar Sungai Gangga" /></div> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">“<em>pavanaù pavatäm asmi rämaù çastra-bhåtäm aham jhañäëäà makaraç cäsmi srotasäm asmi jähnavé</em>, Diantara segala sesuatu yang menyucikan, Aku adalah angin, di antara para pembawa senjata Aku adalah Rama. Di antara ikan-ikan Aku adalah ikan hiu, dan diantara sungai-sungai yang mengalir Aku adalah sungai Gangga (<strong>Bhagavad Gita 10.31).</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Sloka di atas hanyalah salah satu sloka Veda dari sekian banyak sloka-sloka Veda yang mengagungkan tentang kesucian sungai Gangga.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="ganga" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhthF6vcCC-oY0lApgmjZ0_Vk31msy3wmHCLJhCpfN9KSAaJsgMuk_zsdN_JfvwFOXzTmJMGTRwWwYVPRRbesODNuXU4-C25UA0PkU7-XYZW8fdxYhRXEJiKo26ksYXxxY8Ey1SX6eDZcxO/s400/nyuci+diantara+mayat.htm" alt="" height="300" width="400" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dari awal peradaban Veda, Sungai Gangga digunakan untuk berbagai kegiatan, terutamanya dalam kegiatan ritual karena dipercaya bahwa air sungai Gangga membawa kesucian dan dapat menjadi <em>prayascita</em>/penyucian terhadap semua kekotoran. Masyarakat yang hidup di sekitar sungai Gangga juga memanfaatkan air sungai Gangga sebagai air minum, mencuci dan juga membuang kotoran. Tidak hanya itu, sungai Gangga juga dijadikan tempat membuang abu jenasah oleh masyarakat Hindu yang tidak hanya dari India, tetapi dari penjuru dunia. Yang lebih mengerikan lagi, acap kali mayat yang belum terbakar secara sempurna sudah dihanyutkan ke dalam sungai Gangga. Sehingga jangan heran jika anda menemukan mayat manusia atau tengkorak utuh di sekitar sungai Gangga. Mengerikan bukan?</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="alignnone" title="ganga1" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjQHN89sHo0_StDHya28sx6iPIAoaQz0_SFbcwrhNvjSL1aB3pgxTWRkGIrlLd36tTEtG_BoplUyX60e8SDkz1cRa98kUVRAtASD-ZTovzMVZBo4W7EDr2R2UCypOFWB0G-k6ii9ZrJyE9/s400/ada+juga+yang+siap+bakar.htm" alt="" height="186" width="265" /> <img class="alignnone" title="ganga2" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5DYKF_mG6Q3f3Wn2uuJpztUnBqqK_qfxeQrAeLHuy4PQ4Fj0HvETPpEG1ndpT6Y1fohfr0AMwy4NFY_ocfPoYZDzPwWCzoanwOgl8KEzgUXTb1Co3RgoWiMIbIwtKF2Jgnr4V9yJkiU-S/s400/MCK+DI+SUNGAI+GANGGA.htm" alt="" height="184" width="246" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Secara kasat mata memang betul bahwasanya air sungai Gangga tampak keruh, dijejali oleh ribuan orang yang melakukan berbagai kegiatan. Ada yang sibuk dengan ritual keagamaan, mandi, mencuci, kakus atau hanya sekedar melancong. Berbagai kotoran tampak berserakan di sekitar sungai yang dianggap suci tersebut sehingga terkesan sangat-sangat kumuh.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Fenomena ini sering kali dijadikan isu menarik untuk melakukan propaganda agama oleh beberapa oknum umat agama lain untuk mengalihkan pengikut Hindu atau mencegah agar orang-orang tidak tertarik menjadi agama Hindu.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="alignnone" title="ganga3" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAjPNl56TrMIqAIZoXh85RtFLcCeCYi0z4qCAQ78ipKYW7udYgARDAfDwoVtr8ajSSUJM0Q5SMS7Bj8Rkl1JoZh-A_PTqko7oXnbcOgkG3JNgGUtV1Z3Zjj0VAAx-3we5x9DEHR7bs3X4W/s400/mayat+dimakan+anjing.htm" alt="" height="188" width="283" /> <img class="alignnone" title="image4" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJjjtBp1nPmBc1GS5dIeqooz0Shk7z_5VxQiV9NkvganCJItO_bluF90UclQ7W6FNc5dMah-GThWo1tJjMMj0Ux0iFc7CcgUmho_I5ziYnpYlesnvxYtGNsHEF_wavoTD3g_2fAMpYfXaP/s400/mayat+terdampar.htm" alt="" height="189" width="280" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Namun dibalik kekotoran dan lingkungan yang kumuh tersebut, terdapat keanehan yang luar biasa yang membuat banyak orang-orang saint tercengang. Seorang senior di Narayana Smrti Ashram Yogayakarta, Budi Raharjo, M.BA yang merupakan seorang dosen dan juga guru di beberapa perguruan tinggi dan Sekolah Mengengah di Yogayakarta sempat hidup dan menempuh pendidikan master di India selama beberapa tahun. Pada suatu kesempatan di tahun 2004 yang lalu beliau mengambil dan membawa pulang sebotol kecil air sungai Gangga. Karena kebetulan beliau juga menjalankan usaha air RO (reverse osmosis) dan memiliki alat penguji kadar logam dan kualitas air yang dapat digunakan untuk menguji suatu air layak minum atau tidak, akhirnya beliau mencoba menguji beberapa sampel air yang beliau miliki. Beberapa sampel itu antara lain air sungai Gangga, air sumur bor yang berlokasi di dekat jalan di depan ashrama, air sumur di belakang yang dekat dengan kandang sapi, air minum bermerk dan air zamzam.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="alignnone" title="ro" src="http://www.melevsreef.com/pics/rodi/ro_tds_meter.jpg" alt="" height="185" width="247" /> <img class="alignnone" title="ro2" src="http://www.melevsreef.com/pics/rodi/ro_tds_reading.jpg" alt="" height="182" width="243" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Apa yang terjadi? Ternyata kualitas air sungai Gangga sangat layak minum dan memiliki kadar logam sedikit di atas air dalam kemasan. Air sumur yang terletak di dekat kandang sapi juga memiliki kualitas yang lebih tinggi dari air sumur bor yang ada di depan dan air samsam memiliki kadar logam yang cukup tinggi. Bagaimana mungkin air sungai Gangga yang terlihat kotor tersebut menjadi layak minum?</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Keanehan sungai Gangga ini ternyata juga mengundang banyak ahli-ahli saint modern melakukan penelitian terhadap air sungai Gangga.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dr. D, Herelle adalah seorang dokter berkebangsaan Perancis. Pada suatu hari beliau melihat sendiri, mayat-mayat mengambang di Sungai Gangga. Mayat-mayat yang bergelimpangan di sungai itu, merupakan korban-korban keganasan wabah kolera dan desentri. Di hilir tidak jauh dari mayat-mayat yang menjijikkan itu, dilihat pula oleh Dr. D,Herele, orang-orang mandi dengan asyiknya. Malahan diantara mereka ada yang meminum air sungai tanpa merasakan jijik. Tetapi mengapa mereka tidak ketularan kolera dan desentri yang kejam itu? Aneh! Dr. D,Herele, yang tahu betul tentang medis sangat keheranan menyaksikan keajaiban dunia yang satu ini.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><img class="aligncenter" title="reserch" src="http://rivers.snre.umich.edu/ganga/images/gangawide.jpg" alt="" height="137" width="581" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Sebagai seorang ilmuwan, dokter Prancis itu terpanggil untuk menyelidikinya. Ia pulang, kemudian mengumpulkan kuman-kuman itu dibawanya ke tepian Sungai Gangga. Dan dicampur dengan air Sungai Gangga yang telah diambilnya dengan gelas. Betapa terkejutnya Dokter itu, ternyata, dalam waktu yang relatif singkat, kuman-kuman kolera dan desentri itu mati.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Penyelidikan pun dilanjutkan. Dr. D, Herelle mendekati mayat-mayat yang mengambang di Sungai Gangga. Dengan menggunakan mikroskop ia melakukan penelitian berikutnya. Dan ternyata cuplikan sampel yang dia ambil dengan radius kurang lebih setengah meter dari mayat-mayat itu sama sekali tidak ditemukan seekorpun kuman desentri dan kolera yang hidup. Dari hasil penyelidikkannya Dr. D,Herelle menyatakan, “suatu mineral yang tak dikenal, yang terkandung oleh air sungai Gangga, bisa membunuh kuman-kuman penyakit”.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Dr. G.E. Nelson, yaitu seorang dokter berkebangsaan Inggris, juga mengadakan penelitian mengenai keberadaan air sungai Gangga ini. Ia membuktikan, bahwa kapal-kapal yang berlayar dari Calcutta, pelabuhan India paling timur , yang menuju Inggris, mengambil air perbekalannya dari Sungai Hugli. Sungai Hugli, adalah suatu muara Sungai Gangga yang airnya paling kotor. Walau kapal-kapal itu berlayar berbulan-bulan, ternyata air yang dibawanya masih segar, tidak berbau. Sedangkan kapal-kapal yang berlayar dari Inggris menuju India, mengambil air perbekalan dari Pelabuhan Inggris, setelah kapal-kapal itu berlayar selama satu minggu, setibanya di pelabuhan India terbarat, Bombay air perbekalannya sudah berbau busuk, tidak dapat diminum lagi, walaupun air perbekalan itu telah diganti terusan Suez atau di Aden (Laut merah). Dari hasil penyelidikannya itu Dr. G.E. Nelson berpendapat, “Air sungai Gangga, mengandung suatu unsur-unsur yang belum dikenal, sehingga air itu tahan berbulan-bulan”. Bahkan telah dibuktikan, bahwa kesegaran air Sungai Gangga itu dapat bertahan bertahun-tahun.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Seorang sarjana Amerika yang berasal dari Kanada, Dr. F.G. Harrison, juga mengadakan penyelidikan terhadap keajaiban Sungai Gangga. Setelah melakukan penyelidikan, Ia berkata: “Suatu keajaiban alam yang belum dapat diterangkan. Ternyata, kuman-kuman kolera dan lain-lainnya, mati dengan cepatnya, setelah berada dalam air sungai Gangga. Anehnya, khasiat pembunuh kuman dari Sungai Gangga itu, akan hilang, jika air itu dimasak. Dan jika air Sungai Gangga dicampur dengan air lain, air sumur ditepian Sungai Gangga sekalipun, dengan seketika kuman-kuman penyakit tidak mati malah akan berkembang biak dengan cepatnya.”</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Seorang doter Prancis yang paling laku di negerinya, memilih tinggal di tepi Sungai Gangga. Ia meninggalkan negerinya, setelah mengetahui Khasiat dari Sunga Gangga. Dan kini, ia menjadi sorang sadhu, orang suci Hindu.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Seorang Amerika, yang baru mendapat title Dotor dalam filsafat dari Benares Hindu University (BHU) dilaporkan meninggalkan asrama walaupun asrama itu mewah. Ia memilih hidup di sebuah perahu, yang mengambang ditepian Sungai Gangga. Kalau ia mandi, tidak pernah memakai sabun. “Percuma”, katanya. Ia percaya bahwa air Sungai Gangga saja sudah membunuh segala kuman yang mungkin ada di badan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Jadi tidaklah salah apa yang disampaikan oleh Veda yang mengagung-agungkan kesucian sungai Gangga yang dikisahkan turun dari svargaloka dan disanggah oleh Dewa Siva dengan kepadanya di pegunungan himalaya sebelum akhirnya mengalir dalam bentuk sungai Gangga.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);">Anda belum yakin? Silahkan buktikan sendiri dengan datang langsung ke sungai Gangga</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><strong>Sumber</strong>; <em>dikutip dari mailinglist dan beberapa website tetangga dengan sedikit modifikasi</em></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-84863201974400662942010-03-10T22:02:00.000-08:002010-03-10T22:05:03.831-08:00Bangkitnya Dharma Pada Jaman Kali<div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-photo"><span style="text-decoration: underline;"><span style="font-weight: bold;"></span></span>by:ngarayana<br /><br /><img src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/wp-content/themes/arras-theme/library/timthumb.php?src=http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/tubnail/GauraChankazi.jpg&w=630&h=250&zc=1" alt="Bangkitnya Dharma pada Jaman Kali" title="Bangkitnya Dharma pada Jaman Kali" /></div> <div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-content"> <p style="text-align: justify;"><strong>Bhagavata Purana 12.3.30 </strong>menegaskan bahwa pada Kali Yuga kebodohan dan kegelapan akan menyelimuti kehidupan di alam material ini<em>. </em>Sebagian besar manusia akan berpaling dari ajaran<em> </em>Dharma, kejahatan merajarela, tipu menipu, sikap angkuh dan faham materialistik mendominasi.</p> <p style="text-align: justify;">Brahma-vaivarta Purana memaparkan percakapan antara Sri Krishna dengan Dewi Gangga prihal apa yang akan terjadi dengan pengamalan prinsip-prinsip Veda di jaman Kali Yuga sebelum Sri Krishna mengakhiri <em>lila</em>-Nya di Bumi ini.</p> <p style="text-align: justify;">Pada <strong>Brahma-vaivarta Purana sloka 49</strong> Dewi Gangga bertanya kepada Sri Krishna; “<em>he natha ramanashreshtha yasi golokamuttamam asmakam ka gatishcatra bhavishyati kalau yuge</em>, Wahai Pelindung, Penikmat Agung, setelah keberangkatan Anda ke tempat tinggal anda yang sempurna, Goloka, kemudian apa yang akan terjadi di jaman Kali ini?”</p> <p style="text-align: justify;">Pada <strong>Brahma-vaivarta Purana sloka 50</strong> Sri Krishna bersabda: “<em>kaleh pancasahasrani</em><em> <em>varshani tishtha bhutale</em> <em>papani papino yani</em> <em>tubhyam dasyanti snanatah, </em></em><em>5.000 tahun pertama jaman Kali, orang-orang akan sangat berdosa dan para pendosa akan mengumpulkan dosanya pada dirimu [sungai Gangga ] dengan cara mandi”. </em>Terjadi degradasi moral dan spiritual yang sangat tajam pada awal jaman Kali. Ajaran Veda hanya dijadikan tameng dalam kegiatan materialistik. Upacara-upacara keagamaan kehilangan empat pondasi Dharma yang utama, yaitu kejujuran, kesederhanaan, kesucian dan cinta kasih. Jumlah pengikut ajaran Veda merosot tajam dan terjerat dalam faham keliru. Sebagian lagi hanya mengaku sebagai pengikut Veda tanpa melakukan prinsip-prinsip yang semestinya. Sebagian besar orang sibuk menjadikan upacara dan ritual keagamaan sebagai media demi kesejahtraan material. Menjadikan materi sebagai sarana empuk menyebarkan faham ketuhanan palsu. Pembunuhan dan pembantaian binatang yang hanya atas dasar nafsu dimana-mana, sex bebas, prostitusi dan perjudian merajarela. Namun atas karunia yang tiada sebabnya dari Tuhan Yang Maha Esa, melalui media air suci sungai Gangga, orang-orang berdosa yang mandi di sana akan berangsung-angsur diangkat menuju pada kesucian.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam sloka berikutnya Sri Krishna bersabda; “<em>man-mantropasakasparshad bhasmibhutani tatkshanat bhavishyanti darsanacca snanadeva hi jahnavi</em>, Setelah itu, dengan penglihatan dan sentuhan menyembah-penyembah-Ku dengan mantra-Ku, semua dosa mereka akan dibakar” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 51)</strong>.</p> <p style="text-align: justify;">Berdasarkan sloka 50 dan 51 ini dapat dikatakan bahwa setelah periode 5.000 tahun Kali Yuga, maka akan mulai muncul para penyembah-penyembah Tuhan yang murni yang dengan mantra dari Tuhan akan membakar dosa-dosa orang-orang yang bergaul dengan mereka (<em>sadhu-sanga</em>, atau <em>sat-sanga</em>). Dengan pergaulan dengan penyembah-penyembah (bhakta) Tuhan yang murni, seseorang akan secara berlahan diangkat dari kehidupan yang berdosa dan mencapai kesucian. Kata “<em>man-mantropasaka</em>” mengacu kepada seseorang yang melakukan “<em>upasana</em>” atau pemujaan terhadap Tuhan dengan melakukan “<em>man-mantra”</em>, atau mengucapkan Mantra dari Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><em>“harernamani yatraiva puranani bhavanti hi tatra gatva savadhanam abhih sarddham ca shroshyasi, </em>Akan terdapat orang-orang yang mengucapkan nama suci Sri Hari dan membaca Purana di berbagai tempat, dan didengar dengan penuh perhatian” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 52)</strong>.</p> <p style="text-align: justify;">“<em>man-mantra</em>” pada sloka 51 dan dengan keterangan sloka 52 mengacu kepada Maha Mantra yang disebutkan dalam<strong> Brhan-Naradiya Purana 38.126; “</strong><em>harer nama harer nama harer namaiva kevalam kalau nastyeva nastyeva nastyeva gatir anyata</em><strong>, </strong>Pada jaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual selain dari pada mengucapkan /mengumandangkan /mengidungkan /menyanyikan nama suci Sri Hari”. Dan dalam <strong>Kalisantarana Upanisad</strong> disebutkan mantra yang cocok pada jaman Kali Yuga ini;<strong> “<em>Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare</em>”.</strong></p> <p style="text-align: justify;">Lebih lanjut tentang nama suci Tuhan dapat dibaca dalam artikel “<a href="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/2009/10/hari-nama-sankirtana/">Hari-Nama Sankirtana</a>”.</p> <p style="text-align: justify;">“<em>purana shravanaccaiva harernamanukirtanat bhasmibhutani papani brahma-hatyadikani ca,</em> Reaksi berdosa termasuk pembunuhan seorang Brahmana dapat diatasi dengan mendengarkan Purana dan mengucapkan nama-nama suci Sri Hari sebagaimana dilakukan oleh para penyembahnya<em>” </em>(<strong>Brahma-vaivarta Purana 53)</strong>. “<em>bhasmibhutani tanyeva vaishnavalinganena ca trinani shushkakashthani dahanti pavako yatha, </em>Sama seperti rumput kering dibakar oleh api, para penyembah-Ku dapat membakar segala dosa” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 54). </strong>“<em>tathapi vaishnava loke papani papinamapi prithivyam yani tirthani punyanyapi ca jahnavi, </em>O Gangga , seluruh planet akan menjadi tempat ziarah suci oleh kehadiran penyembah-Ku, mekipun tempat itu sebelumnya penuh dengan dosa” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 55). </strong>“<em>madbhaktanam sharireshu santi puteshu samtatam madbhaktapadarajasa sadyah puta vasundhara, </em>di dalam<em> </em>badan para penyembah-Ku terdapat kekekalan, Ibu Pertiwi akan menjadi suci oleh debu kaki para penyembah-Ku” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 56)</strong>. “<em>sadyah putani tirthani sadyah putam jagattatha manmantropasaka vipra ye maducchishtabhojinah, </em>Antara tempat ziarah yang suci dan seluruh dunia akan menjadi sama, seluruh penyembah-penyembah-Ku yang cerdas yang mengucapkan mantra-Ku (<em>man-mantro</em>) dan memakan sisa persembahan (<em>mad- ucchishtabhojinah</em>) akan menyucikan segalanya” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 57)</strong>. <em>“mameva nityam dhyayante te mat pranadhikah priyah tadupasparshamatren puto vayushca pavakah, </em>mereka lebih sayang kepada-Ku dari pada kehidupannya. Yang selalu bermeditasi hanya kepada-Ku, udara dan api menjadi murni meskipun tanpa sentuhan langsungnya” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 58). </strong>“<em>kaler dasha-sahasrani madbhaktah santi bhu-tale ekavarna bhavishyanti madbhakteshu gateshu ca, </em>Selama 10.000 tahun pada jaman Kali ini, seluruh penyembah-Ku akan memenuhi semua planet, setelah kepergian penyembah-penyembah-Ku hanya akan menyisahkan satu <em>varna</em>” (<strong>Brahma-vaivarta Purana 59). </strong>“<em>madbhaktashunya prithivi kaligrasta bhavishyati etasminnantare tatra krishnadehadvinirgatah</em>, tanpa mengikuti penyembah-Ku, Bumi ini akan terbelenggu oleh pengaruh buruk kali-Yuga, Krishna mengatakan hal ini pada saat kepergian-Nya”.</p> <p style="text-align: justify;">Kebangkitan ajaran Dharma (Veda) dan khususnya gerakan sankirtana (pengucapan nama-nama suci Tuhan) terjadi setelah 5000 tahun kali yuga dan akan mencapai puncak keemasannya setelah 10.000 tahun. Ciri-ciri kebangkian ini sudah bisa kita saksikan saat ini, dimana semakin banyak orang-orang terpelajar dari dunia barat yang mengikuti prinsip-prinsip ajaran Veda (lihat: <em>Wikipedia.org</em>). Di nusantara sendiri juga terdapat ramalan Sabdo Palon dan Jayabaya yang menyatakan kebangkitan ajaran Hindu/Veda setelah 500-an tahun runtuh Majapahit di Nusanara. Para penekun tenaga dalam Reiki dan Sinci juga percaya bahwa pada jaman ini adalah adalah dimulainya jaman keemasan bagi para spiritualis.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Sanatana Dharma…. Never ending story….! Proud to be Hindu.</p> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-42707398262057176212010-03-08T22:48:00.000-08:002010-03-10T00:55:51.975-08:00Fakta Ilmiah Adanya Perang Mahabharata (Perang Nuklir Zaman Prasejarah?)<p style="color: rgb(0, 102, 0);" class="date"><span style="font-size:100%;">dikutip dari oedi di/pada Juni 19, 2009</span></p> <div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entrytext"> <div class="snap_preview"><p><span style="font-size:100%;"><img class="alignleft size-thumbnail wp-image-1092" title="Mahabharata (Arjuna vs Bisma)" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/mahabharata-arjuna-vs-bisma.jpg?w=108&h=150" alt="Mahabharata (Arjuna vs Bisma)" height="150" width="108" /><strong># Epos Mahabarata</strong><br />Kisah ini menceritakan konflik hebat keturunan Pandu dan Dristarasta dalam memperebutkan takhta kerajaan. Menurut sumber yang saya dapatkan, epos ini ditulis pada tahun 1500 SM. Namun fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya. Artinya peristiwa yang dicatat dalam buku ini diperkirakan terjadi pada masa ±5000 tahun yang silam.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga meskipun akhirnya berperang di Kurukshetra. Namun yang membuat orang tidak habis berpikir adalah kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Padahal jika dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang sebegitu besarnya.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><span id="more-1091"></span>Spekulasi baru dengan berani menyebutkan perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah semacam perang nuklir! Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh. seperti hujan lebat yang kencang, mengepungi musuh, dan kekuatannya sangat dahsyat.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup wuuus..wuuus.. disertai dengan debu pasir. Burung-burung bercicit panik seolah-olah langit runtuh, bumi merekah. Matahari seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 antara Rama dan Rahwana lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri: pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke ketiga kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir? Sedangkan masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa prasejarah dimana peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia tidak ditemukan kemajuan semacam ini?</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong># Penelusuran fakta ilmiah</strong><br />Akhir-akhir ini perhatian saya tertuju pada sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah. Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 SM). Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Dalam suatu cuplikan cerita dalam Epos Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Yang membuat orang tidak habis pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan Weimana-nya itu?</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Ada beberapa penelitian yang berusaha menguak tabir misteri kehidupan manusia di masa lampau ini. Tentang bagaimana kehidupan sosial hingga kemajuan ilmu dan teknologi mereka. Beberapa waktu belakangan banyak hasil penelitian yang mengejutkan. Dan dari berbagai sumber yang telah saya pelajari, secara umum penggambaran melalui berbagai macam teori dan penelitian mengenai subyek ini telah pula memberikan beberapa bahan kajian yang menarik, antara lain adalah:</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Permulaan sebelum dua milyar tahun hingga satu juta tahun dari peradaban manusia sekarang ini teryata telah terdapat peradaban manusia. Dalam masa-masa yang sangat lama ini terdapat berapa banyak peradaban yang demikian maju namun akhirnya menuju pada sebuah kebinasaan? Dan penyebab kebinasaan itu adalah tiada lain akibat peperangan yang pernah terjadi.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30.000-15.000 SM). Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir. Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato. Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo. Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar. Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini. Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir (Foto: relief jenis pesawat di Piramida Mesir di bawah ini) dan Amerika Selatan.</span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-1093" title="relief pesawat terbang dan helikopter di Mesir" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/relief-pesawat-terbang-dan-helikopter-di-mesir.jpg?w=300&h=100" alt="relief pesawat terbang dan helikopter di Mesir" height="100" width="300" /><br />Foto: relief jenis pesawat di Piramida Mesir</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Dari hasil riset dan penelitian yang dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 °C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan didalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Bukti ilmiah peradaban Veda. Bukti-bukti arkeologis, geologis telah terungkap dari penemuan fosil-fosil maupun artefak- alat yang digunakan manusia pada masa itu telah terbukti menunjukkan bahwa peradaban manusia modern telah ada sekitar ratusan juta bahkan miliaran tahun yang lalu. Bukti-bukti tersebut diungkapkan oleh Michael Cremo, seorang arkeolog senior, peneliti dan juga penganut weda dari Amerika, dengan melakukan penelitian lebih dari 8 tahun.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Dari berbagai belahan dunia termasuk juga dari Indonesia telah dapat mengungkapkan misteri peradaban weda tersebut secara bermakna. Laporan tersebut ditulis dalam beberapa buku yang sudah diterbitkan seperti ; Forbidden Archeology, The Hidden History of Human Race, Human Devolution: A Vedic alternative to Darwin’s Theory, terbitan tahun 2003. Dalam buku tersebut akan banyak ditemukan fosil, artefak- peninggalan berupa kendi, alas kaki, alat masak dan sebagainya yang telah berusia ratusan juta tahun bahkan miliaran tahun, dibuat oleh manusia yang mempunyai peradaban maju, tidak mungkin dibuat oleh kera atau primata yang lebih rendah.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Dari buku-buku tersebut juga ditemukan adanya manipulasi beberapa arkeolog dengan mengubah dimensi waktunya, hal ini bertujuan untuk mendukung teori evolusi Darwin, karena kenyataannya teori evolusi masih sangat lemah. Bukti ilmiah sudah dengan jelas menyatakan bahwa peradaban weda telah ada miliaran tahun. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa perang besar di tanah suci Kukrksetra, kota Dwaraka, sungai suci Sarasvati dan sebagainya merupakan suatu peristiwa sejarah, bukan sebagai mitologi. Setiap kali kongres para arkeolog dunia selalu menyampaikan bukti-bukti baru tentang peradaban Barthavarsa purba. Dibawah ini ditampilkan sekelumit dari bukti ilmiah tersebut.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Sebenarnya masih banyak bukti ilmiah lainnya yang menunjukkan peradaban weda tersebut, sehingga Satya yuga, Tretha yuga, Dvapara yuga dan Kali yuga dengan durasi sekitar 4.320.000 tahun merupakan suatu sejarah peradaban manusia modern yang memegang teguh perinsip dharma.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Perang Bharatayuda. Para arkeolog terkemuka dunia telah sepakat bahwa perang besar di Kuruksetra merupakan sejarah Bharatavarsa (sekarang India) yang terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Sekarang para peneliti hanya ingin menentukan tanggal yang pasti tentang peristiwa tersebut. Dari hasil pengamatan beserta bukti-bukti ilmiah. Dari berbagai estimasi maka dibuatlah suatu usulan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong>*</strong> Sri Krishna tiba di Hastinapura diprakirakan sekitar 28 September 3067 SM<br /><strong>*</strong> Bhishma pulang ke dunia rohani sekitar 17 Januari 3066 SM<br /><strong>*</strong> Balarama melakukan perjalanan suci di sungai Saraswati pada bulan Pushya 1 Nov. 1, 3067 SM<br /><strong>* </strong>Balarama kembali dari perjalanan tersebut pada bulan Sravana 12 Dec. 12, 3067 SM<br /><strong>* </strong>Gatotkaca terbunuh pada 2 Desember 3067 SM.</span> </p> <p><span style="font-size:100%;">Dan banyak lagi penanggalan peristiwa-peristiwa penting sudah di kalkulasi.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong>* Kota kuno Dvaraka.</strong> Demikian juga keberadaan kota Dvaraka yang dulu menjadi misteri, kota tersebut disebutkan dalam Mahabharata bahwa Dvaraka tenggelam di pantai. Doktor Rao adalah seorang arkeolog senior yang dengan tekun menyelidiki dengan “marine archaeology” dan hasilnya ditemukannya reruntuhan kota bawah laut, beserta ornamennya, didaerah Gujarat. Dwaraka, kota kerajaan Sri Krishna masa lalu.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong>* Sungai Sarasvati.</strong> Keberadaan kota purba Harrapa dan Mohenjodaro serta keberadaan sungai suci Sarasvati telah dijumpai dalam Rig Weda, namun tidak diketahui keberadaannya, kemudian oleh NASA dengan pemotretan dari luar angkasa ternyata dijumpai sebuah lembah yang merupakan bekas sungai yang telah mengering, namun dalam kedalaman tertentu masih tampak ada aliran air di wilayah Pakistan yang bermuara ke lautan Arab, arahnya sesuai dengan yang digambarkan dalam sastra.</span></p> <p style="text-align: left;"><span style="font-size:100%;"><strong>* Jembatan Alengka.</strong> Pemotretan luar angkasa yang dilakukan oleh NASA telah menemukan adanya jembatan mistrius yang menghubungkan Manand Island (Srilanka) dan Pamban Island (India) sepanjang 30 Km, dengan lebar sekitar 100 m, tampak pula jembatan tersebut buatan manusia dengan umur sekitar 1.750.000 tahun. Angka ini sesuai dengan sejarah Ramayana yang terjadi pada Tretha yuga. Sekarang sedang diteliti jenis bebatuannya. Jadi Ramayana itu adalah ithihasa (sejarah), bukan merupakan dongeng.</span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-1094" title="jembatan ramayana 2" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/jembatan-ramayana-2.jpg?w=300&h=239" alt="jembatan ramayana 2" height="239" width="300" /></span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-1095" title="Sri Rama Bridge 1" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/sri-rama-bridge-1.jpg?w=300&h=225" alt="Sri Rama Bridge 1" height="225" width="300" /></span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-1096" title="Sri Rama Bridge 2" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/sri-rama-bridge-2.jpg?w=225&h=300" alt="Sri Rama Bridge 2" height="300" width="225" /></span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;">Foto: Sri Rama Bridge hasil pantauan NASA</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Citra dari Rama Brige sendiri sangat mudah terlihat dari atas permukaan air laut karena letaknya yang tidak terlalu dalam, yaitu hanya tergenang sedalam kira-kira 1,2 meter (jika air laut sedang surut) dengan lebar hampir 100 m.<br />Tahun 1972 silam, ada sebuah penemuan luar biasa yang barangkali bisa semakin memperkuat dugaan bahwa memang benar peradaban masa silam telah mengalami era Nuklir yaitu penemuan tambang Reaktor Nuklir berusia dua miliyar tahun di Oklo, Republik Gabon.</span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-1097" title="peta Oklo" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/peta-oklo.jpg?w=300&h=186" alt="peta Oklo" height="186" width="300" /><br />Foto: Peta Oklo, Republik Gabon</span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-1098" title="oklo15_curtin" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/oklo15_curtin.jpg?w=300&h=214" alt="oklo15_curtin" height="214" width="300" /></span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-1099" title="2004-05-Oklo" src="http://oediku.files.wordpress.com/2009/06/2004-05-oklo.png?w=300&h=226" alt="2004-05-Oklo" height="226" width="300" /></span></p> <p style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;">Foto: bekas Reaktor Nuklir Berusia 2 Milyar Tahun di Oklo, Republik Gabon.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong>* Pada tahun 1972</strong>, ada sebuah perusahaan (Perancis) yang mengimpor biji mineral uranium dari Oklo di Republik Gabon, Afrika untuk diolah. Mereka terkejut dengan penemuannya, karena biji uranium impor tersebut ternyata sudah pernah diolah dan dimanfaatkan sebelumnya serta kandungan uraniumnya dengan limbah reaktor nuklir hampir sama. Penemuan ini berhasil memikat para ilmuwan yang datang ke Oklo untuk suatu penelitian, dari hasil riset menunjukkan adanya sebuah reaktor nuklir berskala besar pada masa prasejarah, dengan kapasitas kurang lebih 500 ton biji uranium di enam wilayah, diduga dapat menghasilkan tenaga sebesar 100 ribu watt. Tambang reaktor nuklir tersebut terpelihara dengan baik, dengan lay-out yang masuk akal, dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun lamanya.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Yang membuat orang lebih tercengang lagi ialah bahwa limbah penambangan reaktor nuklir yang dibatasi itu, tidak tersebarluas di dalam areal 40 meter di sekitar pertambangan. Kalau ditinjau dari teknik penataan reaksi nuklir yang ada, maka teknik penataan tambang reaktor itu jauh lebih hebat dari sekarang, yang sangat membuat malu ilmuwan sekarang ialah saat kita sedang pusing dalam menangani masalah limbah nuklir, manusia zaman prasejarah sudah tahu cara memanfaatkan topografi alami untuk menyimpan limbah nuklir!</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Tambang uranium di Oklo itu kira-kira dibangun dua milyar tahun yang lalu setelah adanya bukti data geologi dan tidak lama setelah menjadi pertambangan maka dibangunlah sebuah reaktor nuklir ini. Mensikapi hasil riset ini maka para ilmuwan mengakui bahwa inilah sebuah reaktor nuklir kuno, yang telah mengubah buku pelajaran selama ini, serta memberikan pelajaran kepada kita tentang cara menangani limbah nuklir.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Sekaligus membuat ilmuwan mau tak mau harus mempelajari dengan serius kemungkinan eksistensi peradaban prasejarah itu, dengan kata lain bahwa reaktor nuklir ini merupakan produk masa peradaban umat manusia. Seperti diketahui, penguasaan teknologi atom oleh umat manusia baru dilakukan dalam kurun waktu beberapa puluh tahun saja, dengan adanya penemuan ini sekaligus menerangkan bahwa pada dua miliar tahun yang lampau sudah ada sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita sekarang ini, serta mengerti betul akan cara penggunaannya.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Semua temuan arkeologis ini sesuai dengan catatan sejarah yang turun-temurun. Kita bisa mengetahui bahwa manusia juga pernah mengembangkan peradaban tinggi di India pada 5.000 tahun silam, bahkan mengetahui cara menggunakan reaktor nuklir, namun oleh karena memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan dengan sewenang-wenang, sehingga mereka mengalami kehancuran.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000 SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif. Masa primitif ini berakhir dengan munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Lagi-lagi perang dan haus kekuasaanlah yang mengakibatkan manusia menjadi terpuruk. Dan hal ini patut kita renungkan lebih seksama sebagai buah pelajaran bahwa mengapa manusia zaman prasejarah yang memiliki sebuah teknologi maju tidak bisa mewariskan teknologinya, malah hilang tanpa sebab, yang tersisa hanya setumpuk jejak saja. Lalu bagaimana kita menyikapi atas penemuan ini?</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Saudaraku, sebagai manusia sekarang, jika kita abaikan terhadap semua peninggalan-peninggalan peradaban prasejarah ini, sudah barang tentu kita pun tidak akan mempelajarinya secara mendalam, apalagi menelusuri bahwa mengapa sampai tidak ada kesinambungannya, lebih-lebih untuk mengetahui penyebab dari musnahnya sebuah peradaban itu. Dan apakah perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi kita sekarang akan mengulang seperti peradaban beberapa kali sebelumnya? Betulkah penemuan ini, serta mengapa penemuan-penemuan peradaban prasejarah ini dengan teknologi manusia masa kini begitu mirip? Semua masalah ini patut kita renungkan dalam-dalam sebagai upaya tidak mengulangi kesalahan fatal yang pernah dilakukan.</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong> </strong></span></p> <p><span style="font-size:100%;">Yogyakarta, 17 Juni 2009<br />Mashudi Antoro (Oedi`)</span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong>Disadur dari: </strong><br />* http://www.wikipedia.org<br />* http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_di_Kurukshetra<br />* http://www.erabaru.or.id<br />* Dajiyuan<br />* Ambara, Gede Ngurah \(KPC\), Thu, 04 Oktober 2007<br />* Pedalangan untuk SMK oleh Supriyono dkk<br />* Dan beberapa sumber lain di Internet</span></p> </div></div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-48242997566108580302010-03-03T00:22:00.000-08:002010-03-10T00:57:30.949-08:00Minoritas?<div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-photo"><span style="font-size:100%;"><img style="width: 425px; height: 250px;" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/wp-content/themes/arras-theme/library/timthumb.php?src=http://ngarayana.web.ugm.ac.id/Gallery/Pictures/gambar-untuk-artikel/map.jpg&w=630&h=250&zc=1" alt="Minoritas?" title="Minoritas?" /></span></div> <div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-content"> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Seolah-olah label minoritas menjadi semacam fobia akut bagi penganut Veda di Nusantara. Banyak penganut Veda tidak PD mengakui diri beragama Hindu. Jangankan orang Hindu etnis non Bali atau India, Hindu etnis Bali yang merantau ke luar Bali saja sering kelimpungan saat ditanya dasar keyakinannya. Kenapa bisa seperti ini? Masalah yang pertama mungkin karena dalam otak mereka sudah bercokol masalah tidak percaya diri karena telah terlabeli istilah minoritas. Dan masalah kedua adalah masalah klasik dimana sudah menjadi rahasia umum dimana banyak umat Hindu Nusantara yang meskipun sangat taat dalam hal susila (tingkah laku) dan upakara (upacara-upacara keagamaan) namun sangat miskin dalam filsafat.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Apakah filsafat Veda sangat rendah sehingga umat Hindu miskin filsafat? Saya yakin semua umat Hindu akan menjawabnya tidak karena mereka yang lahir bukan sebagai Hindu dan baru bersentuhan dengan Veda saja sangat membanggakan Veda. <strong>Ralph Waldo Emerson</strong> pernah berkata: “<em>Veda memuliakan hidup kita. Seluruh filsafat dan ilmu pengetahuan Barat tampak kecil dan tak berarti di hadapan Veda. Seluruh manusia di bumi ini harus kembali ke Veda</em>”. <strong>Lord Morley </strong>juga<strong> </strong>berujar: “<em>Apa yang ditemukan dalam Veda, tidak ada di tempat lain</em>”. <strong>Leo Tolstoy</strong> <strong>mengatakan</strong>: “<em>Agama Veda tidak hanya agama yang tertua tapi juga agama yang paling sempurna. Ia menempati posisi pertama dan yang paling utama di antara agama-agama dunia</em>”. Dan <strong>Gerald Heard</strong> mengatakan: ”<em>Vedanta sangat ilmiah tentang – hukum-hukum yang mengatur alam semesta</em>”.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Lalu bagaimana dengan label minoritas?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Jika orang Hindu di Indonesia masih menggunakan parameter Bali, maka Hindu memang sangat-sangat kecil. Bayangkan dari 250 juta penduduk Indonesia, populasi orang Bali hanya sekitar 2 juta orang saja. Terlebih lagi dengan giat-giatnya para kaum misionaris dan kaum dakwah menancapkan cakarnya di pulau Dewata dimana usaha mereka cukup sukses mengkerutkan populasi Hindu Bali. Ironisnya, masyarakat Hindu etnis non-Bali sering kali menjadikan Bali sebagai kiblat mereka, padahal Bali sendiri tengah meradang menghadapi penghancuran dari dalam dan juga gempuran dari luar.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Lalu kemanakah umat Hindu harus bercermin?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Jika kita mau berpikir global dan melihat ke luar, ternyata Hindu bukanlah agama kecil. Menurut data dari adherents.com (data tahun 1999 di update tahun 2007), Hindu menduduki populasi ketiga terbesar di dunia. Bahkan menurut statistic disana dan menurut buku “<em>Hindu the greatest religion in the world</em>” disebutkan jika populasi Kristen (Christian) di pecah dalam agama Protestan, Katolik, Anglikan, dan lain-lain yang pada dasarnya berbeda dan demikian juga Islam terpecah menjadi Suni dan Syiah maka populasi umat Hindu di dunia adalah yang terbesar.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Menurut American Religious Identification Survey (ARIS) tahun 2009, terjadi tren penurunan populasi Kristen di Amerika sekitar 10-15%. Sebagian dari mereka beralih ke filsafat Timur seperti Hindu dan Buddha atau malahan ada yang menjadi Atheis.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter" title="religion map" src="http://www.adherents.com/images/rel_pie.gif" alt="" height="379" width="408" /></span></p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Kuantitas tanpa kualitas tentu tidak ada gunanya, lalu bagaimana dengan kualitas masyarakat Hindu dunia? Bisakah di sejajarkan dengan bangsa minoritas Yahudi tetapi memiliki kualitas yang prima?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><strong>Ravi Kumar</strong> dalam sebuah presentasinya “<em>Hindutva</em>” memberikan data-data yang cukup menarik seputar Hindu di dunia. Sangat banyak umat Hindu yang menduduki jabatan-jabatan penting dan berpengaruh. <strong>SR Nathan</strong> dan <strong>Devan Nair</strong> adalah tokoh Hindu yang pernah menjabat sebagai kepala Negara Singapura. Disamping itu di Mauritus juga pernah di jabat oleh tokoh Hindu <strong>Sir Ram Goolam, Dr Navin Ram Gulam, Anirudha Jagannath</strong>. Negara Fiji pernah dipimpin oleh <strong>Mahendra Chowdhary</strong>, di Trinidad oleh <strong>Basdeo Pandey</strong>, Guyana oleh <strong>Cheddi Jagan</strong> dan <strong>Bharat Jagdeo</strong> dan masih banyak Negara-negara lainnya yang kepala negaranya adalah tokoh-tokoh Hindu.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dalam dunia bisnis dan ilmu pengetahuan tercatat bahwa pendiri Sun Micro-systems adalah tokoh Hindu bernama <strong>Vinod Khosla</strong>. Pendesain chip Intel Pentium adalah <strong>Vinod Dahm</strong>. Orang terkaya ketiga di dunia <strong>Aziz Premji, </strong>Pendiri hotmail adalah <strong>Sabeer Bhatia, Arun Netravalli </strong>adalah pendiri AT & T Bell Labs dan Presiden C, C++, unix. <strong>Rajiv Gupta </strong>adalah<strong> </strong>General Manajer Hewlett Packard. <strong>Sanjay Tejwrika </strong>adalah direktur pengujian Microsoft. <strong>Victor Menezes, Rajat Gupta dan Rana Talwar </strong>adalah<strong> </strong>CEO of Citi Bank, Mckensey dan Stanchart.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Australia, New Zealand, Jepang, Hong Kong, Thailand, Taiwan, Kenya, Nigeria dan Panama etnis Hindu tercatat sebagai etnis terkaya di bandingkan dengan etnis-etnis lainnya. Bahkan sebagaiana tertulis dalam artikel <em>Bali Discovery Tours, </em>dikatakan bahwa 60% orang terkaya di dunia adalah Hindu, dalam hal ini etnis India.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Di Amerika, meskipun populasi umat Hindu hanya sekitar 1 % dari total jumlah penduduknya, namun tercatat bahwa mereka memiliki kualitas yang jauh di atas rata-rata dan tidak kalah dengan etnis Yahudi yang selama ini di agung-agungkan sebagai bangsa terpilih oleh sekelompok kaum Abrahamik. 38% Doktor, 36% Ilmuan NASA, 34 % karyawan Microsoft, 28 % karyawan IBM, 17% ilmuan Intel, 13% karyawan Xerox dan 12 % Ilmuan Amerika adalah Hindu.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Orang-orang besar yang akhirnya memilih untuk masuk Hindu juga sangat banyak, beberapa di antaranya antara lain; <strong>Benitto Craxi</strong>, mantan perdana mentri Italia. Kedua anak dari <strong>Max Mulrony</strong>, mantan perdana mentri kanada. <strong>Mrs Anwar Sadat</strong>, putri pertama Mesir. <strong>Keluarga kerajaan Inggris</strong> yang berawal dari organisasi RK Mission, <strong>Alan Ford/ Rockefeller</strong> yang merupakan pendiri perusahaan otomotif Ford dan juga <strong>Gorge Harrison</strong>, musisi The Battle melalui organisasi ISKCON/<em>Hare Krishna Movement</em> dan masih banyak orang-orang terkenal lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu dalam artikel ini.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Salah satu penyebar ajaran Veda pada abad ke-19 ke dunia Barat adalah <strong>A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada</strong>. Beliau berangkat dari India ke New York pada tahun 1965. Setelah mengalami banyak kesulitan dan tanpa uang sepeserpun, beliau berhasil mendirikan “International Society for Krishna Consciousness” pada bulan Juli 1966. Srila Prabhupada meninggal dunia pada 14 November 1977. Dengan masa penyebaran ajaran Veda yang relative singkat ini (11 tahun), Srila Prabhupada berhasil membangun 108 temple/center ISKCON di seluruh dunia dan dengan jutaan pengikut. Murid-murid beliau sendiri bukan hanya kaum hippies, tetapi banyak di antaranya adalah pengusaha, ilmuan dan pejabat terkemuka. Bahkan tidak sedikit diantara murid-murid beliau yang kaya raya bersedia meninggalkan kekayaannya dan mengabdikan hidupnya sebagai guru kerohanian untuk mengajarkan filsafat Veda keliling dunia<a href="http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_ISKCON_members_and_patrons"><br /></a></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Melihat kenyataan bahwa populasi umat Hindu di dunia sangat besar dan adanya kecenderungan bertambah dengan semakin banyaknya orang Barat yang tertarik dengan filsafat Veda serta di tambah lagi dengan kenyataan bahwa umat Hindu di dunia adalah orang-orang berkualitas, masihkah kita merasa kecil dan minder meski saat ini sebagai minoritas di Indonesia?</span></p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><strong>Dikutip dari berbagai sumber</strong></span></p> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-30719147681073222982010-03-03T00:15:00.000-08:002010-03-10T00:58:56.184-08:00Dewa-dewa orang Hindu abnormal???<h1 style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-title"><span style="font-size:100%;"><a href="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/2009/07/dewa-dewa-dan-orang-hindu-abnormalcacat/" rel="bookmark">Dewa-dewa orang Hindu abnormal?</a></span></h1> <div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-content"> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><strong><em> <a href="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/wp-content/gallery/hindus-gods/pg-143.jpg" title="" class="shutterset_singlepic112"> <img class="ngg-singlepic ngg-center" src="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/wp-content/gallery/cache/112_watermark_320x240_pg-143.jpg" alt="pg-143.jpg" title="pg-143.jpg" /> </a> </em></strong></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><strong><em>“Kok Dewa-dewa orang Hindu cacat dan abnormal sih? Ada yang bertangan empat, ada yang berkepala gajah dan ada juga yang bermata tiga.”</em></strong> Pertanyaan ini sangat sering diutarakan pada saya disaat teman debat saya mungkin sudah merasa kepepet dan kehabisan amunisi kali ya?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Saya tidak serta merta menjelaskan dengan sloka-sloka Veda ataupun mencoba dengan logika, tetapi saya balik bertanya ke mereka; <strong><em>“Malaikat-malaikat dalam agamamu kok punya sayap sih? Itu abnormal juga ya?”</em></strong></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Sering kali dengan pertanyaan balik ini saja sudah mematahkan pandangan mereka dan membuat mereka tidak berkutik lagi. Meski demikian dalam artikel ini saya akan mencoba memberikan gambaran kenapa dewa-dewa ada yang berpenampilan tidak seperti manusia normal.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Yang pertama yang harus kita kondisikan adalah <strong>mindset</strong> yang kita gunakan untuk menilai sesuatu. Jangankan jauh-jauh menilai para Dewa, Malaikat atau mahluk lain, dalam menilai sesama manusia saja anda tidak bisa menggunakan standar mindset anda untuk menilai orang lain. Andaikan anda adalah seorang perokok yang hobi sepak bola. Maka anda akan mengatakan bahwa merokok itu sangat nikmat. Lebih baik tidak makan satu hari dari pada tidak dikasi rokok, apa lagi merokok sambil menonton liga Inggris…. Wah betapa nikmatnya! Akan tetapi jika pandangan anda ini anda terapkan ke saya yang tidak merokok dan tidak hobi sepak bola tentunya akan menjadi masalah besar. Saya bahagia dengan surfing di Internet atau keliling naik motor besar, tetapi sangat menderita jikalau teman di sebelah saya merokok dan asapnya memenuhi ruangan. Satu contoh lagi, mungkin sebagain besar dari kita, yang cowok sangat senang melihat gadis-gadis asia (cina, korea, jepang) yang kulitnya kuning keputihan, bodinya semampai, tapi apa anda tahu ternyata sebagian besar orang bule tidak menganggap orang asia cantik? Seorang pejabat Amerika Serikat pernah melontarkan kritikan dalam rangka mencibir seorang pejabat asia bahwa wanita-wanita cina sangat buruk rupa, payudaranya kecil dan sama sekali tidak menarik. Berbeda jauh dengan gadis-gadis amerika dan eropa. Hanya karena hal seperti ini akhirnya pejabat yang bersangkutan di kecam oleh Cina. Sekarang kita beralih ke mahluk hidup lain. Kelabang memiliki banyak kaki, apakah kelabang itu cacat? Tidak bukan?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Veda menjelaskan terdapat 6.400.000 jenis kehidupan, sebagaimana tertuang dalam <strong>padma purana;</strong></span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong><em>Jalala nava-laksani sthavara laksa-vimsati</em></strong></span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong><em>Krmayo rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksanam</em></strong></span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong><em>Trimsal-laksani pasavah catur-laksani manusah</em></strong></span></p> <p><span style="font-size:100%;"><strong>Artinya:</strong></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Terdapat 8.400.000 bentuk kehidupan. 900.000 bentuk kehidupan dalam air; 2.000.000 bentuk pohon dan tumbuhan; kemudian terdapat 1.100.000 spesies burung. Akhirnya terdapat 3.000.000 spesies binatang buas dan 400.000 spesies manusia.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Sebagaimana gambaran alam semesta yang sudah saya buat dalam sebuah poster yang dapat anda <a href="http://ngarayana.web.ugm.ac.id/?file_id=39">download </a>dalam website ini, kehidupan tidak hanya ada di bumi, bumi hanyalah bagian kecil dari satu alam semesta kita yang maha luas. Dan alam semesta kita ternyata hanyalah salah satu dari jutaan alam semesta yang lain. Jika dalam spesies manusia yang hidup di bumi saja sudah sangat berbeda, bagaimana dengan spesies manusia di planet-planet yang lain? Jin dan gendruwo juga salah satu dari 400.000 spesies manusia. Kenapa mereka begitu berbeda? Bagaimana dengan alien yang digambarkan berkepala besar dan bertangan panjang sampai selutut? Bagaimana dengan malaikat/ dewa yang hidup di planet lain dengan parameter lingkungan yang berbeda? Wajarkah jika mereka dikarunia oleh Tuhan badan dengan jenis yang berbeda dari yang di Bumi?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Serangan yang tidak kalah gencarnya ke Hindu adalah <strong>“Kenapa Tuhan Hindu porno dengan memperlihatkan auratnya?”</strong>. Lagi-lagi pertanyaan konyol. Sebenarnya yang porno itu adalah otak si penanya, kenapa? Sesuatu dapat dikatakan prono tergantung dari mana orang memandangnya. Orang pedalaman kalimantan dan irian hanya mengenakan penutup kemaluan dalam berinteraksi dengan orang lain, meski demikian mereka tidak melakukan kejahatan pemerkosaan. Tetapi kenapa orang-orang Arab yang hanya melihat wanita berkerudung full yang kebetulan tersingkap penutup betisnya saja sudah membuat pria bersangkutan tidak bisa mengendalikan diri dan akhirnya terjadi pemerkosaan? Disinilah harus kita akui bahwasanya pengendalian diri sebagaian masyarakat manusia sudah sangat buruk. Sebagian dari kita lebih suka menyalahkan orang lain, mengkambing hitamkan setan untuk menutupi kesalahan akibat nafsu kita sendiri.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Anda tidak bisa menyamakan kondisi anda dengan mahluk hidup yang lain. Jika anda ingin mengerti tentang mereka, rubahlah mindset anda dan lihatlah permasalahan itu dengan menggunakan kaca mata yang sesuai sehingga hasil yang anda peroleh adalah objektif.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Jadi orang yang menuduh dewa-dewa Hindu abnormal adalah orang-orang bodoh yang pengetahuannya perlu di up-grade dan mindset-nya perlu di buka lebar agar tidak selalu menilai sesuatu dengan kaca mata pemahamannya saja. Tidak serta merta menyalahkan agama yang lain hanya dengan mengacu pada “kebenaran” yang disampaikan oleh ajaran agamanya.</span></p> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-46009735333607846292010-03-03T00:11:00.000-08:002010-03-10T00:59:11.535-08:00Tuhan,nama-Mu siapa???<p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Hidup di masyarakat yang heterogen sangatlah menyenangkan. Memiliki banyak sahabat dari berbagai suku, ras, agama dan golongan memberikan nilai tersendiri pada masing-masing pribadi. Namun harus disadari bahwa tabiat masing-masing pribadi sangatlah berbeda-beda. Sikap dan kejiwaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi dimana seseorang dilahirkan, dibesarkan dan dasar keyakinan yang ditanamkan pada dirinya.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Membicarakan masalah keyakinan kadangkala menjadi suatu yang imajiner, yang sangat irasional dan hanya karena masalah keyakinan seseorang dapat melakukan apa saja diluar akal sehat manusia. Kasus-kasus bom bunuh diri dan perang atas nama Tuhan sudah mengorbankan jutaan nyawa dalam sejarah kehidupan manusia.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Sebagai golongan minoritas sering kali saya disuguhi pertanyaan yang sangat menggelitik tetapi juga menarik untuk di bahas. Salah satunya adalah masalah “siapa Tuhanmu?”. Seorang teman kuliah pernah berkata kepada saya; “Kalau Tuhanku kan Allah, Tuhan orang kristen Yesus, Alah Bapa dan Roh Kudus, sementara Tuhan kamu siapa? Terus Dewa favorit kamu yang mana yan?”</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Ternyata Tuhan yang selama ini saya pahami sebagai Yang Esa dan Tuhan semua mahluk hidup di alam semesta ini tidak sama dengan Tuhan yang dibayangkan oleh teman saya itu. Apa benar Tuhan kita berbeda-beda?</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Menurut <strong>Karen Amstrong</strong> dalam bukunya “<strong><em>A History of God</em></strong>” menyatakan bahwa asal-usul masing-masing Tuhan dalam agama Abrahamik (Yahudi, Kristen dan Islam) berbeda-beda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Karakter masing-masing Tuhan agama Abrahamik tersebut sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan yang paling pencemburu, gampang marah, dan suka menghukum pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Apakah pernyataan <strong>Karen Amstrong </strong>mengenai Tuhan penganut agama Abrahamik adalah berbeda sebagaimana disebutkan dalam bukunya tersebut? Mari kita coba analisis dari masalah wahyu yang diturunkan kepada ketiga agama ini. Agama Yahudi adalah agama yang paling tua dari ke-3 rumpun agama ini, kitab suci-nya adalah Taurat / Torah. Namun demikian sebagaimana pernyataan Yesus dalam di <strong>Matius 5:17</strong>. Dikatakan: “<em>Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya</em>“. Ayat ini menegaskan bahwa Ajaran Kristen diwahyukan kembali untuk melengkapi ajaran yang sebelumnya yang kurang sempurna. Demikian juga Islam lewat <strong>Q.S. Al Maidah ayat 3</strong> mengatakan “<em>Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. <strong>pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu</strong>, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang</em>.”. Ayat ini mengklaim bahwa agama Islam adalah ajaran yang menyempurnakan ajaran-ajaran agama-agama sebelumnya (Yahudi dan Kristen).</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Jika memang Tuhan ke-3 agama ini berbeda, sepertinya masalah ini dapat dimengerti karena satu Tuhan mengoreksi Tuhan yang lainnya. Namun jika kita kembali lagi ke titik pangkal Agama dimana setiap umat agama memuja Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Adil dan berbagai sebutan Tuhan dengan kemahakuasaannya, apakah mungkin posisi “maha/paling” disini dikuasai oleh lebih dari satu entitas (Tuhan)? Tentunya harus ada satu yang laing berkuasa, yang paling sempurna, yang paling adil dan sebagainya.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Namun jika kita mengatakan bahwa Tuhan dalam ajaran Abrahamik ini sejatinya hanya ada satu, maka permasalahannya adalah pada model pewahyuan/penurunan ajaran-ajarannya. Kenapa Tuhan menurunkan ajarannya dalam kondisi tidak sempurna sehingga harus diperbaiki, ditambahkan dan disempurnakan sebagaimana kasus Taurat/Torah yang digenapi dengan kehadiran Yesus dan berikutnya disempurnakan lagi dengan kehadiran Nabi Muhammad? Bukankah Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna? Kenapa Beliau Yang Maha Sempurna dapat menurunkan kitab suci yang tidak sempurna?</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Mungkin permasalahan inilah yang menyebabkan kenapa beberapa teman saya menanyakan pada saya prihal siapa Tuhan saya. Kalau memang benar demikian adanya, saya sebagai pengikut Veda yang berada di luar komunitas agama-agama Abrahamik tentunya dapat memahami pola pikir mereka.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tapi sebelum kita menyimpulakan bahwa Tuhan itu memang banyak dan mengatakan bahwa masing-masing agama punya Tuhan yang berbeda, mari kita coba untuk menggunakan akal sehat kita terlebih dahulu untuk bertanya pada Tuhan, siapa nama Tuhan yang sebenarnya.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Sekarang kita coba tatap langit dan lihatlah benda yang berpijar dan memberikan penerangan terhadap bumi, yang menyebabkan adanya siang dan malam. Apa nama benda langit tersebut?</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kita sebagai orang Indonesia akan menyebutnya “Matahari”. Bangsa yang menggunakan bahasa Inggris akan menyebutnya “Sun”. Orang Bali menyebutnya sebagai Surya / Matanai. Orang Tengger menyebutnya “Srengenge” dan orang Sunda menyebutnya “Baskara”, kalangan ilmiah kadang menyebutkannya dengan istilah “Solar”. Apakah salah kalau kita menyebutkaan benda langit yang menyebabkan siang dan malam itu sebagai Sun, Surya, Matahari dan sebagainya? Tidak kan?</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Demikian juga halnya dengan Sang Pencipta, Penguasa Alam Raya ini yang terkadang disebut “God atau Lord” oleh bangsa yang bertutur kata dengan bahasa inggris, disebut “Gusti” oleh orang Jawa, disebut Tuhan dalam bahasa Indonesia, Allah dalam bahasa Arab, Hyang Widdhi dalam bahasa Sansekerta, dan sebagainya. Salahkan orang yang menyebut Sang Pencipta dengan nama yang sesuai dengan bahasa yang digunakan di daerahnya?</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Jika kita mau jujur, sebenarnya cara kita menyebut Sang Maha Pencipta adalah dengan menggunakan sifat-sifat dari beliau. Dalam Islam dikenal istilah <em>Asmaaa-ul-husnaa</em>, yaitu 100 nama suci Tuhan (1 nama belum diketahui) berdasarkan sifat-sifatnya. Menurut <strong>Akif Manaf Jabir, Ph.D (1997</strong>), Nabi Muhammad sendiri menyatakan bahwa ada 99 nama Tuhan yang apabila seseorang melafalkan kesemua nama itu, maka ia akan masuk surga. Itulah sebabnya, biji tasbih yang digunakan oleh umat Islam untuk berzikir jumlahnya 99, mengikuti jumlah nama Allah itu.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Nama yang pertama adalah “Allah” yang berarti “<strong><em>that which there is no other</em></strong><em>” </em>atau “hanya satu tiada duanya”. Nama inilah yang paling menonjol di antara nama-nama lainnya, sehingga lahirlah “<em>Lailahaillalah”, </em>atau “tiada Tuhan selain Allah.” Allah memiliki nama lain <em>Al-Alim </em>yaitu “Beliau Yang Maha Tahu”,<em>Al-Kudus</em> “Beliau Yang Maha Suci<em>“</em>, Al-Rahman “Maha Pengasih”, Al-Rahim “Maha penyayang”, Al-Awwal, Al-Akhir, Al-Sabr “Yang Paling Sabar” dan lain-lain.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tentunya ke 99 nama Tuhan diatas dalam bahasa Arab, nah bagaimana halnya jika kita menyebutkan nama Tuhan dalam bahasa Veda, bahasa Sansekerta? Dalam Veda dikenal istilah “Visnusahasranama” yaitu 1000 nama suci Tuhan yang sesui dengan sifat-sifatnya yaitu antara lain Hyang Widdhi (Vidhi) “Yang Maha Tahu”, Krishna “Yang Maha Menarik”, Acintya “Yang Tidak Terpikirkan”, maadhavo, Visnu “Beliau yang ada dalam segala sesuatu”, Narayana, Govinda, dan sebagainya.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Terus bagaimana halnya dengan penyebutan Tuhan dalam bahasa yang lain? Tentu ada banyak sebutan unik yang tidak terhingga banyaknya sesuai dengan bahasa yang digunakan kan?</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Jika dengan analogi diatas menyatakan bahwa Tuhan setiap orang sebenarnya hanya satu, lalu mengapa sebagian orang Islam masih tetap ngotot<em> </em>pada pendirian bahwa “orang yang tidak menyebut Tuhan dengan nama ‘Allah’ berarti kafir”? Mengapa mereka beranggapan bahwa tiada kebenaran lain dalam agama selain Islam? Jawabannya, semua itu dipengaruhi oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan dalam konteks situasi yang dihadapi oleh Nabi Muhammad. Pada masa itu, sebagian ayat-ayat seperti itu memang sesuai dengan keadaan jaman <em>jahilliyah</em>. Kalau kemudian ayat-ayat itu ditafsirkan apa adanya, tanpa memandang konteks situasi jaman yang sudah berubah, yang terjadi adalah sebuah kekonyolan semata.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><strong>Referensi</strong>;</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">1. Steven Rosen<em>. The Hidden Glory of India, Bhaktivedanta Book Trust, Hongkon, 2002</em></span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><em>2. Stephen Knapp. Vedic Prophecies, 2004</em></span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><em>3. Akif Manaf Jabir, Ph.D, The Hidden Treasure of Al-Qur’an, 1997</em></span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><em>4. Karen Amstorng, The history of God</em></span></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-41475311465159504552010-03-03T00:04:00.001-08:002010-03-10T00:59:26.635-08:00Propaganda Agama<div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="entry-content"> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Berbicara masalah Tuhan yang abstrak memang gampang-gampang susah. Gampang karena Tuhan adalah abstrak, sehingga bersilat lidah, berbohong dan menipu atas nama Tuhan tidaklah sulit. Tapi Tuhan juga susah. Susah karena Beliau imajiner sehingga sulit dibuktikan dengan panca indra dan metode ilmiah yang diyakini oleh manusia modern saat ini yang memang sangat terbatas.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Berbagai macam agama, aliran, masab, sekte berloma-lomba melakukan propaganda bahwa agamanyalah yang paling baik, paling sempurna, paling terakhir, paling mudah dan paling segalanya. Semuanya berlomba-lomba merebut hati calon “konsumen”-nya baik dengan cara sportif maupun dengan tipu muslihat. Mereka sibuk berkoar-koar mengatakan bahwa hanya agamanyalah yang merupakan jalan TOL bebas hambatan menuju kenikmatan Surga.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Agama Kristen mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya juru selamat, hanya dengan percaya padanyalah umat manusia akan mencapai surga. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok” (<strong>Yohanes 10:7-8</strong>).</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Agama Islam mengatakan bahwa Islam adalah Agama yang terakhir dan merupakan agama yang disempurnakan oleh Allah. “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama” <strong>(Quran 5:3).</strong></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Sebagaimana pernah saya bahas dalam artikel yang lainnya bahwasanya agama serumpun, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam memang selalu mengklaim bahwa satu dengan yang lainnya saling menyempurnakan. Agama Kristen menyempurnakan Agama Yahudi yang ditandai dengan ucapan Yesus dalam Alkitab yang menyatakan bahwa beliau datang ke dunia ini bukan untuk menghapuskan Taurat/Torah (kitab suci Yahudi) meski hanya satu noktah(titik)-pun, melainkan hanya menggenapinya. Demikian juga dengan Islam yang mengatakan bahwa agamanya adalah penyempurnaan dari agama-agama sebelumnya dan Muhammad adalah Nabi yang terakhir. Dengan ayat <strong>Qur’an 5.3 </strong>ini seolah-olah semua kebenaran agama yang lain terkunci dan harus berakhir dengan pengakuan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna dan terakhir.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><img class="aligncenter" title="is" src="http://abuthalhah.files.wordpress.com/2008/12/bulan.jpg" alt="" height="351" width="468" /></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Perebutan akan “janji Tuhan” adalah suatu pertentangan yang selalu muncul dan yang tidak pernah terselesaikan pada agama-agama yang mendeklarasikan dirinya sebagai agama-agama langit yang menimbulkan pertikaian yang tiada hentinya di daerah Timur Tengah dan merenggut sangat banyak nyawa manusia. Hanya atas nama Agama dan Tuhan mereka saling bunuh. Semuanya mengaku sebagai prajurit Tuhan yang siap mati membela Tuhan. Untunglah hal ini tidak pernah terjadi pada agama-agama yang liberi label agama Bumi oleh para superior agama-agama langit ini.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Prajurit Tuhan? Membela Tuhan? Kata-kata yang sering kali terlontar dari mulut mereka. Entah mereka adalah pemeluk agama langit yang taat atau adalah oknum pemeluk agama langit. Saya tidak mau ambil pusing dan menjustis hal ini, biarlah mereka yang melabeli diri mereka masing-masing. Namun yang menjadi pertanyaan adalah “Apakah Tuhan masih perlu di bela?” Bukankah semua agama setuju mengatakan bahwa Tuhan adalah yang maha kuasa, maha perkasa dan maha kuat? Kalau demikian, buat apa membela Tuhan? Apakah Tuhan mereka lemah? Apakah para “prajurit Tuhan” jauh lebih kuat dari Tuhan mereka?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Semua agama pasti setuju bahwa Tuhan adalah maha sempurna, ciptaan Tuhan adalah sempurna, karena beliau maha mengetahui. Bukan begitu? Namun pertanyaannya, Apakah Kitab Suci juga diciptakan Tuhan? Kalau memang benar Kitab suci diciptakan oleh Tuhan yang maha sempurna dan maha tahu, tentunya kitab suci juga sempurna bukan? Kalau demikian halnya, kenapa Tuhan harus melakukan revisi, menyempurnakan dan mengklaim bahwa suatu kitab suci adalah yang paling akhir dan telah disempurnakan? Apakah Tuhan seperti seorang mahasiswa yang menyusun thesis? Menyusun sedikit demi sedikit, dirubah dan disempurnakan? Terus apa bedanya Tuhan dengan seorang mahasiswa? Jangan-jangan Tuhan mereka tidak maha sempurna dan maha tahu ya?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Namun artikel ini ditulis bukan untuk membahas itu, tetapi membahas sebuah buku yang ditulis oleh Maulana Abdul Haque Vidyarthi<strong>, </strong>seorang Muslim Ahmadiayah<strong> </strong>yang<strong> </strong>mengarang sebuah buku “<a href="http://www.pakdenono.com/download/muhammad_kitab_dunia.zip">Muhammad dalam kitab-kitab suci dunia</a>” yang sangat erat kaitannya dengan Hindu. Di dalam buku itu sangat banyak dikutip ayat-ayat/sloka-sloka Veda dan penafsiran-penafsiran mengenai Veda yang menurut penulis dan para pendukungnya membenarkan Islam sebagai agama yang paling universal dan yang terakhir sehingga penulis dengan getolnya menyarankan umat Hindu berpindah agama menjadi Islam. Tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan ajaran Islam, tetapi untuk menjawab pandangan-padangan dan mencoba memutarbalikkan tuduhan yang disampaikan oleh buku tersebut. Tentunya jawaban saya pada artikel ini tidaklah mewakili seluruh umat Hindu, karena saya hanyalah seorang yang baru mencoba belajar Veda dan sama sekali bukan expert dalam bidang spiritual kitab suci Veda yang sangat-sangat luas.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dalam bagian “macam-macam kesaksian atas kebenaran” dan juga “sepatah kata untuk saudara-saudara penganut Hindu, Buddha, Kristen dan yahudi” disebutkan bahwa Ramalan /nubuat kehadiran Nabi Muhammad dituliskan dalam kitab suci agama-agama yang lain, termasuk Yahudi, Kristen dan Juga Hindu, dimana menurut penulisnya, hanya Muhammad-lah yang diramalkan seperti ini, tidak seperti Yesus yang diramalkan hanya dalam kitab suci agama Yahudi saja. Apa benar pernyataan penulis ini? Mari kita uji sebagaimana ramalan-ramalan kemunculan nabi-nabi agama Abrahamik yang mereka klaim sepihak untuk membenarkan agama mereka.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Kemunculan Nabi Muhammad telah diramalkan dalam kitab <strong>Atharva Weda , Kanda 20, Sukta 127, Mantra 1 – 3</strong> dan juga dalam <strong>kitab Bhavishya Purana, Parva 3, Kandha 3, Adhya 3, Sloka 5</strong> : “<em>etan mitrantare mleccha acaryena samanvitah Mahamad iti Khyatah siyyagrasva samanvitah,</em> Seorang guru (<em>acarya</em>) yang buta huruf akan datang, namanya Mohammad (Mahamad). Beliau akan mengajarkan agama pada kaum pemuja berhala (mleccha)”. Sampai disini Veda memang membenarkan Muhammad adalah seorang guru diantara kaum buta hurup dan para kaum mleccha yang barbar dan disitilahkan dengan sebutan “Sakyta Avesya Avatara”, atau kepribadian suci yang diutus oleh Tuhan untuk mengemban misi dan tugas tertentu sesuai dengan kontek jaman pada saat itu. Kita harus menghormati Muhammad sebagai seorang Nabi untuk kaum mleccha, namun apakah itu berarti umat Hindu harus masuk Islam sebagaimana buku yang disampaikan Maulana Abdul Haque Vidyarthi? Nanti dulu, mari kita kutip ayat-ayat yang lainnya.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dalam kitab <strong>Bhavisya Purana, Pratisarga Parva, Khanda 3, ayat 16-33</strong> disebutkan tentang pertemuan antara Maharaja Shalivahana dengan Issa di Srinagar, India. Selengkapnya, uraian tersebut adalah sebagai berikut : “Shalivahan, cucu Vikrama Jit akhirnya mengambil alih pemerintahan. Beliau mengalahkan gerombolan penyerang dari Cina, Parthian, Scythians dan Bactrians. Raja Shalivahan membangun tembok pembatas antara para Arya dengan para mleccha (non-Hindu), dan memerintahkan orang-orang mleccha itu untuk berdiamdi pinggiran wilayah India.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Suatu hari, raja Shalivahana, pemimpin kaum Sakhya, pergi ke Himalaya. Di sana, di wilayah bernama Hun (Ladakh, bagian dari kerajaan Kushan) raja yang perkasa itu bertemu seseorang yang duduk di atas sebuah bukit, yang tampak sangat saleh. Kulitnya cerah, dan mengenakan pakaian putih-putih. Raja Shalivahan bertanya kepada orang suci itu, dan yang ditanya menjawab : “Saya dikenal sebagai Anak Tuhan, lahir dari seorang perawan, saya adalah pemimpin orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan, berusaha keras mencari kebenaran sejati.”</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Sang Raja bertanya lagi : “Apa agama Anda?” Orang itu menjawab : “Wahai Raja, saya berasal dari negeri asing, dimana tidak ada lagi kebenaran di sana dan kejahatan merajalela. Di tanah orang-orang yang tidak beriman, saya muncul sebagai Al-Masih. Namun raksasa Ishamasi menjelmakan dirinya dalam bentuk orang-orang biadab yang mengerikan; saya dibuang oleh orang-orang biadab itu…. Wahai Raja, dengarlah olehmu, agama yang saya bawa kepada orang-orang yang tidak percaya itu : setelah menyucikan hati dan pembersihan badan yang tidak suci, dan setelah mencari perlindungan dalam doa kepada Naigama, manusia akan berdoa kepada Dia Yang Kekal. Melalui jalan keadilan, kebenaran, meditasi, dan penyatuan jiwa, manusia akan menemukan jalan untuk mencapai Isa ditengah-tengah cahaya. Tuhan, seteguh matahari, pada akhirnya akan menyatukan seluruh jiwa yang mengembara dalam diri Beliau. Wahai Raja, dengan demikian, Ishamasi akan dihancurkan, dan wujud Isa yang penuh kebahagiaan, pemberi kebahagiaan, akan bersemayam selamanya di dalam hati; dan saya disebut Masehi (Imam Mahdi) …”</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Perhatikan bahwa dalam percakapan itu, Yesus memperkenalkan diri dengan sebutan Issa. Sebutan itu pulalah yang digunakan dalam naskah berbahasa Pali yang tersimpan dalam vihara Buddha yang ditemukan oleh Nicolas Notovitch dan juga ramalan dalam Bhavisya Purana yang menyebutkan bahwa Isaputra akan lahir dari seorang ibu yang perawan yang mengajarkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Veda juga meramalkan akan kehadiran Buddha yang menjadi pendiri agama Buddha sebagaimana tertulis dalam<strong> Bhagavata Purana 1.3.24; “</strong>Pada awal jaman kali-yuga, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa akan muncul di provinsi Gaya sebagai Buddha, putra dari Anjana, untuk membingungkan orang-orang yang dengki pada Tuhan.” Dan kemunculan dari Sankaryacharya yang melanjutkan misi Buddha juga disebutkan dalam<strong> Padma Purana – Uttara Kanda 25.7;</strong> “Dewa Siva berkata; <em>mayavadam asac chastram pracchannam baudham ucyate mayaiva kalpitam devi kalau Brahmana rupena, </em>Wahai Devi istriku, pada jaman Kali aku akan lahir sebagai seorang <em>Brahman</em>a dan menjelaskan Veda dengan filsafat palsu <em>mayavada</em> yang mirip dengan filsafat Buddha”</span></p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Jadi dari beberapa sloka Veda ini sudah sangat jelas bahwa yang diramalkan oleh Veda sebagai nabi bukan hanya Muhammad, tetapi Isa (Yesus) dan Buddha-pun diramalkan dalam kitab suci Veda. Nah, bagaimana dengan kalim yang mengatakan Muhammad adalah Nabi terakhir dan Islam adalah agama yang terakhir dan yang paling sempurna?</span></p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Ternyata Veda tidak hanya meramalkan nabi-nabi dan pemuka agama pada jaman Muhammad dan sebelumnya, melainkan masih ada ramalan-ramalan yang lain yang mengatakan bahwa akan hadir sosok agung yang lain dan bahkan jauh lebih mulia dari Muhammad dan juga Isa.</span></p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dalam Mahabharata Dhana-dharma,Vishnu Sahasranama Stotra juga diramalkan akan kemunculan Avatara agung yang akan meluruskan ajaran mayavadi, beliau adalah Chaitanya yang muncul 500 tahun yang lalu dalam garis perguruan Vaisnava yang artinya setelah jaman nabi Muhammad. Adapun penggalan ramalannya adalah sebagai berikut; ”<em> suvarna varno hemangovarangas candanangadi sannyasa-krc chamah santonistha-santi-parayanah, </em>Dalam kegiatan-Nya pada usia muda Beliau muncul sebagai orang yang berumah tangga yang berwajah kuning emas. Anggota-anggota badan-Nya tampan sekali. Badan-Nya diolesi dengan tapal terbuat dari kayu cendana. Warna badannya seperti emas cair. Dalam kegiatan berikutnya, Beliau menjadi sannyasi dan Beliau tenang sentosa. Beliaulah tempat kedamaian dan bhakti tertinggi, sebab beliau membuat terdiam orang yang bukan penyembah dan tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan”<em>.</em></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Chaitanya muncul pada jaman penjajahan Islam di India dan kisah beliau yang paling terkenal adalah pada saat debat terbuka dengan penguasa muslim, Chan Kazi waktu itu. Beliau memukul telak penguasa muslim tersebut sehingga akhirnya menjadi pengikut Beliau dan Islamisasi di India berhasil di gagalkan.</span></p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Ramalan Veda yang lain yang belum terwujud dan sedang di nanti-nanti oleh pengikut Veda adalah tentang ramalan Kalki Avatara yang diyakini sebagai penjelmaan Tuhan pada akhir jaman kali-yuga dan juga sebagai tanda bahwa pralaya/kiamat sudah dekat.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Ramalan kemunculan kalki disebutkan dalam <strong>Bhagavata Purana,</strong> <strong>Agni Purana</strong>, <strong>Linga Purana (40.50 – 92), Brahmanda Purana (1.2.31. 76 – 106</strong> dan <strong>2.3.73.104 – 126)</strong>, serta <strong>Vayu Purana (58.75 – 110). </strong>Dalam<strong> Bhagavata Purana 2.7.38 </strong>disebutkan; “<em>yarhy älayeñv api satäà na hareù kathäù syuù päñaëòino dvija-janä våñalä nådeväù svähä svadhä vañaò iti sma giro na yatra çästä bhaviñyati kaler bhagavän yugänte,</em> Pada akhir jaman Kali, ketika tidak ada lagi mata pembicaraan tentang Tuhan, bahkan ditempat tinggal orangorang yang menyebut dirinya orang suci, ataupun di tempat-tempat orang terhormat dari tiga golongan tertinggi, dan ketika kekuasaan pemerintahan di pindahkan ke tangan-tangan para mentri</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">yang dipilih dari para sudra atau yang lebih rendah dari itu, ketika tata cara pelaksaan korban suci tak diketahui lagi bahkan lewat kata-kata sekalipun, pada waktu itulah, Tuhan akan menjelma menjadi penghukum yang perkasa<em>”. </em>Dalam <strong>Bhagavata Purana 1.3.25 </strong>disebutkan; “<em>athäsau yuga andhyäyäà dasyu-präyeñu räjasu janitä viñëu-yaçaso nämnä kalkir jagat-patiù</em>, Setelah itu, menjelang pergantian dua yuga (Kali-Yuga dan Satya-Yuga), Tuhan Pencipta alam semesta akan menjelma sebagai Kalki dan menjadi putra Vishnuyasha. Pada waktu itu, para penguasa di bumi ini telah merosot menjadi perampas semata”<em>.</em> Lebih lanjut dikatakan dalam <strong>Bhagavata Purana 12.2.28</strong>; “<em>çambhala-gräma-mukhyasya</em></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><em>brähmaëasya mahätmanaù bhavane viñëuyaçasaù kalkiù prädurbhaviñyati</em> <em>“</em>Tuhan Kalki akan muncul dalam keluarga seorang brahmana terkemuka, roh yang mulia bernama Vishnuyasha, di desa hambhala”.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dan dalam <strong>Bhagavata Purana 12.219-20</strong> disebutkan; ”<em>açvam äçu-gam äruhya devadattaà jagat-patiù asinäsädhu-damanam añöaiçvarya-guëänvitaù vicarann äçunä kñauëyäà hayenäpratima-dyutiù nåpa-liìga cchado dasyün koöiço nihaniñyati</em>, Kalki, Tuhan bagi alam semesta, akan mengendarai kuda putihnya yang bernama Devadatta, dan dengan pedang di tangan, Beliau mengembara keseluruh muka bumi memperlihatkan delapan jenis kesaktian bhatin-Nya dan delapan sifat ketuhanan yang dimiliki-Nya. dengan cahaya yang berkilauan dan mengendari kuda dengan kecepatan tinggi, Beliau akan membunuh para pencuri yang telah berani menyamar dan berkedok sebagai raja dan penguasa”</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Jadi dari dua buah ramalan sosok yang lain selain Nabi Muhammad yang sudah muncul dan akan muncul setelah jamannya Nabi Muhammad sudah mematahkan anggapan yang disampaikan oleh Maulana Abdul Haque Vidyarthi yang mengatakan Hindu juga membenarkan Nabi Muhammad sebagai Nabi Terakhir dan membawa Islam sebagai agama paling sempurna dan paling akhir. Jadi anda harus mengakui bahwa Veda adalah sebuah buku pengetahuan spiritual tertua di dunia, yang paling komprehensif dan lengkap. Bukti adanya ramalan Yesus, Sang Buddha, dan Nabi Muhammad, serta ciri-ciri ajaran mereka dalam kitab Bhavisya Purana, Bhagavata Purana, dan lain-lain menunjukkan bahwa ajaran Veda-lah yang bersifat universal, bukan klaim yang disampaikan Maulana Abdul Haque Vidyarthi dalam bukunya yang lebih terlalu egosentris dan absur tersebut. Ramalan-ramalan ini juga membuktikan bahwa ajaran Veda tidak dimaksudkan hanya untuk golongan tertentu, sebagaimana yang sering terjadi dalam kitab-kitab yang lebih muda usianya.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dari penjelasan-penjelasan dan penyampaian akan pembenaran bahwa Islam adalah agama terakhir menurut Veda, Maulana Abdul Haque Vidyarthi juga terkesan terlalu memaksakan. Veda diperlakukan sebagaimana halnya menafsirkan Al-Qur’an, sehingga terjadi distorsi makna dan ambiguitas. Padahal Veda harus dipahami secara <em>muhkhya-vrtti, </em>yaitu pemahaman langsung tanpa<em> </em>tafsir dan harus melalui <em>parampara</em>, garis perguruan. Sebagaimana pernah saya tuliskan bahwa Veda terdiri dari jutaan sloka dan amat sangat banyak cabang ilmu/kitab yang tidak mungkin dapat dipahami hanya dalam waktu singkat, apalagi hanya dengan mengandalkan membaca sebagai Veda. Veda juga tidak akan dipahami oleh mereka yang memendam egoisme-nya, apa lagi hanya untuk mencari pembenaran semu dan dangkal sebagaimana disebutkan dalam <strong>Bhagavad Gita 4.3 dan 13.19</strong>, ”<em>bhakto’si me sakha ceti rahasyam hy etad uttamam</em>”, “<em>mad bhakto etad</em> <em>vinaya mad bhava yo papadyate</em>”.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dalam penulisan dan pengulasannya dari judulnyapun sudah ketahuan bahwasanya penulis tidak memahami Veda dengan benar. Kenapa saya katakan demikian?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Coba perhatikan bab “Muhammad dalam kata singkatan mistik dari kitab suci Hindu”, dalam sub-bab-nya malahan dijelaskan mengenai kata OM dalam kitab Buddha, padahal semua orang juga tahu bahwa Hindu dan Buddha adalah agama yang berbeda. Disamping itu penulis juga mengatakan bahwa Upanisad adalah kitab suci yang terletak setelah Veda. Bukankah Upanisad adalah bagian dari Veda itu sendiri?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dalam bab yang lain yang berjudul “Misteri Swastika diungkap” terdapat sub-bab yang juga janggal, terdapat dua sub-bab yang aneh, yaitu “Swastika dalam Kitab Suci Hindu” dan “Swasika dalam kitab suci Veda”. Padalah kitab suci Hindu adalah Veda, kenapa dimasukkan dalam sub-bab yang terpisah? Tidakkah si penulis tahu bahwa Veda adalah kitab suci Hindu? Bukankah dalam Kata Pengantar dia mengatakan bahwa dia menguasai Veda, bahasa-bahasa tradisional dan juga kitab-kitab suci agama uang lain dengan sangat baik. Kenapa hal fundamental seperti ini saja tidak tahu? Betapa bodoh dan egoisnya sang penulis ini.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dan dari penjelasan-penjelasan yang lainnya disebutkan bukti-bukti bahwa Ka’bah sudah di kenal pada jaman Veda dan hal ini distir agar para pembaca mengikuti pola pikir penulis dan mengatakan bahwa Al-Qur-an sesuai dengan Veda. Padahal kalau pembaca adalah orang yang telah memahami Veda, walaupun hanya sebagian sudah pasti akan menyimpulkan hal yang bertolak belakang dengan apa yang disampaikan penulis. Hal-hal yang disampaikan oleh penulis mengenai Ka’bah, Swastika Om kara dan sebagainya sudah pasti akan memunculkan rasa bangga seorang penganut Veda dan membuktikan Veda sangat-sangat lengkap.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Dengan memperhatikan bahwa ramalan Veda tentang Muhammad hanyalah salah satu dari sekian banyak ramalan nabi-nabi yang lain dan dengan adanya bukti ramalan akan adanya penjelmaan lain selain Muhammad malahan menunjukkan bahwa Vedalah yang universal, bukan Al-Qur-an. Kenapa? Veda dapat meramalkan semua kemunculan itu, tetapi apakah Al-Qur’an dapat meramalkan kemunculan Rsi Vyasa, Krishna, Rama, Kurma, Matsya, Vamana, Varaha, Nrsmimha dan penjelmaan-penjelmaan agung lainnya? Tidak bukan?</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Saya sadar bahwa artikel ini tidak membahas semua masalah yang disampaikan dalam buku “Muhammad dalam kitab-kitab suci dunia” karya Maulana Abdul Haque Vidyarthi<strong>. </strong>Namun<strong> </strong>hanya dengan menunjukkan bahwa Muhammad bukan nabi/penjelmaan terakhir menurut Veda sudah merupakan bukti yang sangat kuat dalam membantah kesimpulan buku ini. Apalagi setelah membaca daftar isi yang terkesan ngawur, sudah dapat dipastikan bahwa isinyapun tidak konsisten dan jauh dari fakta.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Namun demikian isi dari buku ini sangat penting buat umat Hindu semua, karena memaparkan bukti-bukti keuniversalan dan lengkapnya kitab suci Veda. Seperti contohnya ayat-ayat Veda yang distir oleh penulis dan dijadikan bukti bahwa Ka’bah telah tertulis dalam kitab suci Veda. Bukankah dari sini kita dalam melanjutkan klaim bahwa Ka’bah adalah bekas tempat suci Hindu? Yang artinya sejarah yang disampikan Al-Qur’an mengenai asal-usul Ka’bah mau tidak mau terbantahkan. Meskipun “senjata” hasil karya Maulana ini digunakan oleh kaum muslim secara umum dalam menyerang dan berdakwah pada umat Hindu yang masih miskin pengetahuan Veda-nya, namun sayangnya penulis adalah seorang Ahmadyah yang merupakan salah satu dari sekian banyak aliran dalam Islam, sehingga jika bukti-bukti yang dia sampaikan dan digunakan oleh pengikut Veda yang paham betul akan Veda, mungkin tidak akan di-iya-kan oleh muslim yang lain. Jadi dalam kasus ini seolah-olah seperti “selaput selektif-fermiabel”. Sesuatu yang digunakan untuk menyerang ke “luar”, tetapi tidak “dibenarkan” jika digunakan ke “dalam”.</span></p> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-22527780016265530702010-03-01T02:36:00.000-08:002010-03-10T00:59:41.645-08:00Merendah Itu Indah<p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><span class="verdana8point">Di satu kesempatan, ada turis asing yang meninggal di Indonesia. Demikian baiknya turis ini ketika masih hidup, sampai-sampai Tuhan memberikan kesempatan untuk memilih : surga atau neraka. Tahu bahwa dirinya meninggal di Indonesia, dan sudah teramat sering ditipu orang, maka iapun meminta untuk melihat dulu baik surga maupun neraka. Ketika memasuki surga, ia bertemu dengan pendeta, kiai dan orang-orang baik lainnya yang semuanya duduk sepi sambil membaca kitab suci. Di neraka lain lagi, ada banyak sekali hiburan di sana. Ada penyanyi cantik dan seksi lagi bernyanyi. Ada lapangan golf yang teramat indah. Singkat cerita, neraka jauh lebih dipenuhi hiburan<br />dibandingkan surga.</span></span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Yakin dengan penglihatan matanya, maka turis tadi memohon ke Tuhan untuk tinggal di neraka saja. Esok harinya, betapa terkejutnya dia ketika sampai di neraka. Ada orang dibakar, digantung, disiksa dan kegiatan-kegiatan mengerikan lainnya. Maka proteslah dia pada petugas neraka yang asli Indonesia ini. Dengan tenang petugas terakhir menjawab : ‘kemaren kan hari terakhir pekan kampanye pemilu”. Dengan jengkel turis tadi bergumam : ‘dasar Indonesia, jangankan pemimpinnya, Tuhannya saja tidak bisa dipercaya!’.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Anda memang tidak dilarang tersenyum asal jangan tersinggung karena ini hanya lelucon. Namun cerita ini menunjukkan, betapa kepercayaan(trust) telah menjadi komoditi yang demikian langka dan mahalnya di negeri tercinta ini. Dan sebagaimana kita tahu bersama, di masyarakat manapun di mana kepercayaan itu mahal dan langka, maka usaha-usaha mencari jalan keluar amat dan teramat sulit.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Jangankan dalam komunitas besar seperti bangsa dan perusahaan dengan ribuan tenaga kerja, dalam komunitas kecil berupa keluarga saja, kalau kepercayaan tidak ada, maka semuanya jadi runyam. Pulang malam sedikit, berujung dengan adu mulut. Berpakaian agak dandy sedikit mengundang cemburu.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Di perusahaan malah lebih parah lagi. Ketidakpercayaan sudah menjadi kanker yang demikian berbahaya. Krisis ekonomi dan konglomerasi bermula dari sini. Buruh yang mogok dan mengambil jarak di mana-mana, juga diawali dari sini. Apa lagi krisis perbankan yang memang secara institusional bertumpu pada satu-satunya modal : trust capital.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Bila Anda rajin membaca berita-berita politik, kita dihadapkan pada siklus ketidakpercayaan yang lebih hebat lagi. Polan tidak percaya pada Bambang. Bambang membenci Ani. Ani kemudian berkelahi dengan Polan. Inilah lingkaranketidakpercayaan yang sedang memperpanjang dan memperparah krisis.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Dalam lingkungan seperti itu, kalau kemudian muncul kasus-kasus perburuhan seperti kasus hotel Shangrila di Jakarta yang tidak berujung pangkal, ini tidaklah diproduksi oleh manajemen dan tenaga kerja Shangrila saja. Kita semua sedang memproduksi diri seperti itu.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Andaikan di suatu pagi Anda bangun di pagi hari, membuka pintu depan rumah, eh ternyata di depan pintu ada sekantong tahi sapi. Lengkap dengan pengirimnya : tetangga depan rumah. Pertanyaan saya sederhana saja : bagaimanakah reaksi Anda ? Saya sudah menanyakan pertanyaan ini ke ribuan orang. Dan jawabannyapun amat beragam.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Yang jelas, mereka yang pikirannya negatif, ’seperti sentimen, benci, dan sejenisnya ‘, menempatkan tahi sapi tadi sebagai awal dari permusuhan (bahkan mungkin peperangan) dengan tetangga depan rumah. Sebaliknya, mereka yang melengkapi diri dengan pikiran-pikiran positif ’sabar, tenang dan melihat segala sesuatunya dari segi baiknya’ menempatkannya sebagai awal persahabatan dengan tetangga depan rumah. Bedanya amatlah sederhana, yang negatif melihat tahi sapi sebagai kotoran yang menjengkelkan. Pemikir positif meletakkannya sebagai hadiah pupuk untuk tanaman halaman rumah yang<br />memerlukannya.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kehidupan serupa dengan tahi sapi. Ia tidak hadir lengkap dengan dimensi positif dan negatifnya. Tapi pikiranlah yang memproduksinya jadi demikian. Penyelesaian persoalan manapun ‘termasuk persoalan perburuhan ala Shangrila’ bisa cepat bisa lambat. Amat tergantung pada seberapa banyak energi-energi positif hadir dan berkuasa dalam pikiran kita.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Cerita tentang tahi sapi ini terdengar mudah dan indah, namun perkara<br />menjadi lain, setelah berhadapan dengan kenyataan lapangan yang teramat berbeda. Bahkan pikiran sayapun tidak seratus persen dijamin positif, kekuatan negatif kadang muncul di luar kesadaran.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Ini mengingatkan saya akan pengandaian manusia yang mirip dengan<br />sepeda motor yang stang-nya hanya berbelok ke kiri. Wanita yang terlalu sering disakiti laki-laki, stang-nya hanya akan melihat laki-laki dari perspektif kebencian. Mereka yang lama bekerja di perusahaan yang sering membohongi pekerjanya, selamanya melihat wajah pengusaha sebagai penipu. Ini yang oleh banyak rekan psikolog disebut sebagai pengkondisian yang mematikan.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Peperangan melawan keterkondisian, mungkin itulah jenis peperangan<br />yang paling menentukan dalam memproduksi masa depan. Entah bagaimana<br />pengalaman Anda, namun pengalaman saya hidup bertahun-tahun di pinggir sungai mengajak saya untuk merenung. Air laut jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sungai. Dan satu-satunya sebab yang membuatnya demikian, karena laut berani merendah.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Demikian juga kehidupan saya bertutur. Dengan penuh rasa syukur ke<br />Tuhan, saya telah mencapai banyak sekali hal dalam kehidupan. Kalau uang dan jabatan ukurannya, saya memang bukan orang hebat. Namun, kalau rasa syukur ukurannya, Tuhan tahu dalam klasifikasi manusia mana saya ini hidup. Dan semua ini saya peroleh, lebih banyak karena keberanian untuk merendah.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Ada yang menyebut kehidupan demikian seperti kaos kaki yang diinjak-<br />injak orang. Orang yang menyebut demikian hidupnya maju, dan sayapun melaju dengan kehidupan saya. Entah kebetulan entah tidak. Entah paham entah tidak tentang pilosopi hidup saya seperti ini. Seorang pengunjung web site saya mengutip Rabin Dranath Tagore : ‘kita bertemu yang maha tinggi, ketika kita rendah hati’. ***</span></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-84041903657709179082010-03-01T02:30:00.000-08:002010-03-10T00:59:59.828-08:00Mengapa Beragama Hindu?<div style="color: rgb(0, 102, 0);" class="postentry"> <div class="snap_preview"><p><span style="font-size:100%;"><strong>I Wayan Sudarma (Shri Danu D.P.), – Bekasi</strong></span></p> <p><span style="font-size:100%;">Agama–agama memiliki persamaan dan perbedaan. Agama- agama pada dasar nya memiliki fungsi yang sama. Agama-agama memberikan kita jalan untuk berhubungan dengan diri kita sendiri dan untuk berhubungan dengan lingkungan, makhluk hidup dan alam di sekitar kita, yaitu etika dan moral. Agama- agama juga mewajibkan kita untuk menghormati hidup, hidup kita sendiri dan hidup orang lain.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Tapi bagaimana hubungan itu dilakukan, bagaimana kewajiban itu dilaksanakan, masing- masing agama memiliki cara serta aturannya sendiri. Tiap- tiap agama memiliki kitab sucinya sendiri, ajaran-ajarannya sendiri, ibadahnya sendiri, tokoh-tokoh nya dan sejarahnya sendiri. Bahkan pandangan mereka masing-masing tentang Tuhan juga berbeda. Inilah sebabnya mengapa ada agama Hindu, agama Buddha, agama Shinto, agama Kong Hu Chu, agama Tao, agama Islam, agama Kristen, dan agama Yahudi.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Pada umumnya agama Hindu atau orang Hindu karena sikapnya yang sangat toleran, lebih suka menekankan persamaan – persamaan agama. Namun kadang kala ini kan membawa kita pada suatu kesalahan lain yaitu mengabaikan aspek- aspek khusus dari masing – masing agama yang menjadi ciri khas dan identitas dari masing- masing agama tersebut. Adanya agama – agama tertentu percaya pada takdir dimana nasib manusia sepenuhnya telah ditentukan oleh Tuhan. Agama Hindu percaya pada hukum karma dimana nasib manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Ada agama yang percaya manusia hanya hidup sekali, setelah mati, menunggu hari kiamat. Pada saat itu manusia dibangkitkan kembali untuk diadili. Agama Hindu percaya akan adanya reinkarnasi dimana manusia lahir kembali, diberikan kesempatan untuk menyempurnakan dirinya.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Perbedaan antar agama adalah suatu fakta yang harus diketahui. Agar kita tidak mencampuradukkan agama. Ibarat orang bertetangga, pagar yang baik atau tanda batas yang tegas justru akan mencegah tetangga itu bertengkar, perbedaan bukan untuk dipertengkarkan tapi untuk saling memperkaya wawasan.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Beberapa kelompok orang menggolongkan agama menjadi dua katagori atau dua kelompok, yaitu agama langit dan bumi. Ada yang menggolongkan menjadi agama hukum dan agama pembebasan. Ada penggolongan agama berdasarkan wilayah asal kelahiran agama- agama tearsebut. Kecuali penggolongan yang terakhir, dua penggolongan sebelumnya bersifat sangat subyektif . Setiap pemeluk agama dapat membuat penggolongan berdasarkan ukuran-ukuran yang ditetapkannya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya pada kedudukan yang paling tinggi. Penggolongan agama langit atau dapat juga disebut “ Samawi ” katanya agama yang dibentuk berdasarkan wahyu Tuhan. Agama bumi atau agama alamiyah katanya berdasarkan renungan manusia. Siapa saja dapat mengatakan bahwa agamanya adalah agama wahyu sedangkan agama orang lain adalah agama buatan manusia. Agama Hindu bukanlah agama dogmatik, agama Hindu adalah agama yang terbuka , artinya keyakinan – keyakinan Hindu dapat ditafsirkan sesuai dengan semangat zaman. Agama- agama yang dogmatik sangat menekankan kepada “ Iman” yang bersifat dogma, yang harus dipercayai begitu saja, sekalipun tidak dapat dipahami dengan akal. Agama Hindu adah agama yang menekankan pada amal, perbuatan – perbuatan yang baik dan benar. Agama dogmatik bisa membuat manusia memisah antara ibadah dengan perbuatan. Agama Hindu menyatukan keyakinan dengan perbuatan , iman dengan amal.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Keyakinan dan ibadah itu harus tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Orang yang beragama dituntut untuk bertingkah laku pantas di masyarakat. Agama dogmatik cenderung menimbulkan fanatisme buta. Biasanya hal ini membuat suatu pengertian bahwa agamanya sendiri yang benar, agama orang lain salah. Agama Hindu, karena menekankan pada amal, bersifat sangat toleran. Agama Hindu menghormati kebenaran dari manapun datangnya. Kita tidak mungkin mengetahui agama seseorang hanya dengan melihat tingkah laku atau sikap hidupnya. Tapi seorang Hindu wajib mencerminkan ajaran- ajaran Hindu dalam kehidupannya. Untuk dapat melakukan ini seorang Hindu harus mengetahui agama Hindu secara baik.</span></p> </div> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-13235818285010575022010-03-01T02:22:00.000-08:002010-03-10T01:00:37.973-08:00Poligami Menurut Hindu<p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><strong>QUESTION</strong>:</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Bagaimana poligami menurut <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>?</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><strong>ANSWER</strong>:</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">1. Manawa Dharmasastra yang digunakan sebagai pegangan hukum <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> atau compendium hukum <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> pada Buku ke-3 (Tritiyo ‘dhayayah) pasal 5 berbunyi sebagai berikut:</span></p> <blockquote style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><p><span style="font-size:100%;"><strong>ASAPINDA CA YA MATURA, SAGOTRA CA YA PITUH, SA PRASASTA DWIJATINAM, DARA KARMANI MAITHUNE</strong></span></p></blockquote> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"><span id="more-910"></span>Terjemahannya: Seorang gadis yang bukan sapinda dari garis-garis ibu, juga tidak dari keluarga yang sama dari garis bapak dianjurkan untuk dapat dikawini oleh seorang lelaki dwijati.<br />Tafsirnya: perkawinan yang dianjurkan adalah antara satu orang gadis dan satu orang lelaki di mana keduanya tidak mempunyai hubungan darah yang dekat.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Istilah dwijati dapat ditafsirkan sebagai seorang lelaki yang telah menyelesaikan pelajaran (kuliah) dan mendapat pekerjaan atau mandiri. Rgveda X.27.12:</span></p> <blockquote style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><p><span style="font-size:100%;"><strong>KIYATI YOSA MARYATO VADHUYOH, PARIPRITA PANYASA VARYENA, BHADRA VADHUR BHAVATI YAT SUPESAH, SVAYAM SA MITRAM VANUTE JANE CIT</strong></span></p></blockquote> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Terjemahannya: gadis-gadis tertarik oleh kebaikan yang unggul dari lelaki-lelaki yang hendak mengawininya, seorang gadis beruntung menjadi pemenang dari pilihan seorang lelaki dari kumpulannya. Jadi jelas <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> melarang poligami.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">2. Poligami yang “terpaksa” dilakukan mempunyai berbagai alasan, misalnya karena tidak mempunyai keturunan, atau di jaman dahulu ada yang bertujuan politik, misalnya yang dilakukan oleh Raja-Raja <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> di Jawa maupun di Bali.<br />Namun dari kacamata <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/agama/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Agama">Agama</a> <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>, tetap saja poligami menyimpang dari hukum <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">3. Poliandri yang dilakukan Drupadi dalam itihasa Mahabharata hendaknya tidak dipandang sebagai perkawinan yang didasari pada kebutuhan sex, tetapi lebih ditekankan pada ajaran etika, yakni: Mentaati perintah Dewi Kunti agar panca Pandawa selalu bersatu dan selalu berbagi dengan saudara-saudara yang lain. Selain itu Drupadi pada kehidupannya yang lampau sebagai seorang gadis tua yang tidak kawin telah memuja Dewa Siwa untuk diberikan suami yang pantas. Permohonannya itu diucapkan lima kali, maka pada penjelmaannya sebagai Drupadi, Dewa Siwa memenuhi permintaan itu dengan memberikannya lima orang suami dari kesatria utama.</span></p> <div style="border-top: 1px dashed rgb(204, 204, 204); border-bottom: 1px dashed rgb(204, 204, 204); margin: 15px 0pt; color: rgb(0, 102, 0);"> <p><span style="font-size:100%;"><a href="http://bali.stitidharma.org/">Stiti Dharma Online: </a><br /><a href="http://bali.stitidharma.org/qa/poligami-menurut-hindu/">http://bali.stitidharma.org/qa/poligami-menurut-hindu/</a></span></p> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-21858121172631094772010-03-01T02:17:00.000-08:002010-03-10T01:00:53.751-08:00Peran Generasi Muda Hindu Dalam Memperkokoh Jati Diri Menuju Ajeg Hindu<p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> adalah kelompok angkatan usia produktif, terpelajar, dan terdidik yang mempunyai kepribadian kokoh sebagai tempaan bangku sekolah dan pengalaman sehingga ia mandiri, dewasa, serta bijaksana dalam bersikap. Sudah tentu ia pemeluk <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> yang taat, reformis, selalu ingin mencapai tatanan kehidupan yang lebih baik.<span id="more-553"></span></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kebangkitan generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> Nusantara nampak nyata sejak tahun 1970, sejalan dengan kesadaran yang tumbuh bahwa Agama adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kesadaran yang tumbuh ini melalui pengorbanan yang sangat besar, yaitu pertumpahan darah sebagai dampak peristiwa G-30-S/PKI.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kesadaran ini juga berkembang karena mutu pendidikan semakin baik, kemajuan di bidang tehnologi informasi, dan pengaruh globalisasi abad millennium. Manusia di abad ini mengetahui bahwa kesehatan adalah hal pokok yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Ia tidaklah hanya mencakup aspek physical saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek non-physical yaitu: spiritual, emosional, dan intelektual. Kesehatan jasmani memang menjadi landasan yang utama, tetapi segera setelah itu terpenuhi, kesehatan spiritual, emosional, dan intelektual tidak dapat ditunda, apa lagi diabaikan.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Manusia memerlukan tuntunan spiritual dalam kehidupannya agar dapat melakukan aktivitas tidak hanya berlandaskan keberadaan tubuh (on the bodily platform of existence). Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a></span> dengan Kitab Suci-nya: Veda, menyediakan berbagai petunjuk dan perintah Tuhan yang memperkuat aspek spiritual, yang pada gilirannya membentuk emosi yang terkendali, baik dalam berpikir, berkata-kata, maupun berbuat sesuatu.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Dalam kesadaran emosi yang positif, tumbuh, dan berkembanglah keinginan untuk selalu meningkatkan inteligensi melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Potensi-potensi yang berguna bagi meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia bertumpuk pada generasi muda, sehingga sangat disayangkan bila potensi demikian tidak didayagunakan.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Timbul pertanyaan, bagaimanakah kondisi potensi itu di kalangan generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a><a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> Nusantara boleh dikatakan sejalan dengan tumbuhnya kesadaran umum bahwa Agama adalah sesuatu yang penting, yaitu sejak tahun 1970. Umat <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> di Nusantara tidak “malu-malu” lagi mengaku dirinya <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>, apalagi di masa itu Pemerintah dengan resmi mengakui eksistensi Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> sebagai <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> Dharma, menetapkan Tahun Baru Saka (<a href="http://bali.stitidharma.org/tag/nyepi/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Nyepi">Nyepi</a>) sebagai hari libur Nasional, dan banyak lagi promosi-promosi lainnya yang mendorong kehidupan Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>.</span> Nusantara? Kebangkitan </p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Potensi generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> hendaknya digali, dikuatkan, dan dikembangkan dengan menyampaikan bahwa <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> sedang berkembang menjadi Agama Universal yang sesungguhnya. Penggalian “kesadaran <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>” akan sangat efektif bila dilakukan oleh para intelektual dan penulis. Mereka hendaknya menjelaskan bahwa:</span></p> <ol style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><li><span style="font-size:100%;">Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> melayani keperluan spiritual setiap manusia, karena aspek-aspeknya yang terdapat dalam Veda sangat luas dan dalam, antara lain Veda mengandung pengetahuan isoterik dari inti kesadaran, yoga, dan disiplin meditasi.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> memiliki kasih yang tulus, toleransi, dan apresiasi yang murni terhadap agama-agama yang lain.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> tidak dogmatis dan terbuka untuk diuji kebenarannya tentang unsur-unsur srada (keyakinan) yang dimilikinya.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> percaya pada sebuah dunia yang adil karena setiap manusia dibimbing oleh hukum karma menuju kepada kesucian roh yang pada gilirannya akan mencapai tujuan akhir yaitu persatuan roh dengan Tuhan atau Moksha, sehingga bebas dari kelahiran kembali (samshara). Pemeluk <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> puas dengan pengetahuan tentang asal suci dari roh, jalan yang ditempuh melalui kehidupan dari satu masa ke masa lainnya.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> memiliki gudang ilmu pengetahuan yang tidak habis digali oleh manusia guna meningkatkan kualitas kehidupannya.</span></li></ol> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> perlu diingatkan bahwa mereka yang masuk menjadi pemeluk <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>, dan bertahan dalam <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> adalah pemikir yang rasional dan moderat; maka sebaliknya mereka yang berpindah ke agama lain atau tidak mendalami ke-Hinduan-nya adalah orang yang tersesat menuju pada kemunduran spiritual.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Selain itu, untuk menjadi “Universal” haruslah ditempuh upaya-upaya meningkatkan kualitas beragama, mendalami filsafat Veda, dan tidak terbelenggu pada ritual yang bertele-tele serta membuang jauh-jauh pola pikir dan perilaku yang “meracuni” Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>, misalnya feodalisme dan fanatisme tradisi-tradisi beragama yang menyimpang dari ajaran Veda.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Bila konsep-konsep di atas dimengerti dan diterima sebagai suatu kebenaran “Sanatana Dharma” maka generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> akan menemukan jati dirinya yang kokoh menuju “Ajeg <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a>”. Mempertahankan eksistensi <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> di dunia adalah suatu upaya menyayangi dan memelihara semesta karena Tuhan dalam keyakinan <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> adalah semesta itu sendiri.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Ia disebut oleh para Maha Rsi sebagai “<a href="http://bali.stitidharma.org/tag/asta-aisvarya/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Asta Aisvarya">Asta Aisvarya</a>” (mempunyai delapan sifat kekuasaan), yaitu:</span></p> <ol style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><li><span style="font-size:100%;">Anima: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat halus.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Laghima: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat ringan.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Mahima: sifat kekuasaan Tuhan yang luar biasa besarnya dan luasnya sehingga tidak terbatas oleh apapun juga.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Prapti: sifat kekuasaan Tuhan yang dapat mencapai daerah manapun juga.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Prakamya: sifat kekuasaan Tuhan yang kehendak-Nya selalu tercapai.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Isitva: sifat kekuasaan Tuhan yang melebihi segala-galanya sehingga merajai alam semesta ini.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Vasitva: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat kuasa.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Yatrakamavasayitva: sifat kekuasaan Tuhan yang kehendak dan kodrat-Nya tak ada yang dapat mengubah.</span></li></ol> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kedelapan sifat ini bersemayam pada-Nya yang dilambangkan sebagai Singhasana, meliputi seluruh alam semesta, yang disebut sebagai Bhuwana Agung. Tubuh manusia adalah <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/bhuwana-alit/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Bhuwana Alit">Bhuwana Alit</a> di mana unsur-unsur pokok Bhuwana Agung dan unsur-unsur pokok <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/bhuwana-alit/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Bhuwana Alit">Bhuwana Alit</a> adalah sama, yaitu meliputi <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/panca-mahabhuta/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Panca Mahabhuta">Panca Mahabhuta</a>, yang terdiri dari: pertiwi (tanah), apah (air), bayu (angin), teja (matahari), dan akasa (angkasa).</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Pertiwi di <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/bhuwana-alit/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Bhuwana Alit">Bhuwana Alit</a> adalah daging dan tulang, apah adalah darah dan air kencing, bayu adalah paru-paru, teja adalah suhu badan dan sinar mata, dan akasa adalah otak/ syaraf. Karena Bhuwana Agung identik dengan <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/bhuwana-alit/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Bhuwana Alit">Bhuwana Alit</a>, maka kecintaan manusia pada dirinya sendiri adalah cermin kecintaannya juga pada alam semesta. Filosofi seperti ini hanya terdapat dalam Veda.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kecintaan manusia pada semesta adalah kecintaan pada Tuhan. Pernyataan rasa cinta kepada sesuatu yang lebih dihormati disebut Bhakti. Seseorang yang Bhakti kepada Tuhan disebut sebagai <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/bhakta/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Bhakta">Bhakta</a>. Bhakti dibagi atas dua tingkat yaitu Aparabhakti, dan Parabhakti.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Aparabhakti adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kerohanian yang tinggi. Sedangkan Parabhakti adalah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan kerohaniannya sudah meningkat. Aparabhakti terlihat dari praktek ritual keagamaan sehari-hari, sedangkan Parabhakti tidak dengan mudah terlihat, hanya dapat dirasakan oleh yang melaksanakannya secara individu karena didorong oleh perasaan-perasaan halus:</span></p> <ol style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><li><span style="font-size:100%;">Kerinduan untuk bertemu dengan Sang Pencipta, melalui perenungan, meditasi, dan sembahyang biasa.</span></li><li><span style="font-size:100%;">Keinginan untuk berkorban secara ikhlas, dalam bentuk Drwya yadnya (dana-punia), Jnana yadnya (belajar/ mengajar), dan Tapa yadnya (mengendalikan diri).</span></li></ol> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> yang terpelajar dan senang menuntut ilmu menuju peningkatan kualitas SDM, akan mendapatkan banyak manfaat bila menjalankan kewajibannya mengikuti ajaran Veda, melalui Bhakti-marga. Ia tidak hanya menolong dirinya sendiri, tetapi juga turut menolong umat manusia mencapai pencerahan dan mewujudkan mokshartam jagaditaya ca iti dharmah.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tanpa sengaja para <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/bhakta/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Bhakta">Bhakta</a> telah memperkenalkan <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> sebagai satu-satunya jalan menuju universalism, dan spiritualism <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> telah membuktikan dirinya sebagai rumah dari semua religiusitas yang murni. Ia menyampingkan sektarianism dan terbuka menerima ide-ide, pemikiran baru, pemikiran ilmiah, dan eksperimen sosial.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> di dunia telah banyak berbuat dalam konteks modernisasi dan revitalisasi segala aspek kehidupan yang sumber-sumbernya dikembangkan dari ajaran Veda. Banyak kepercayaan yang menjadi dasar-dasar srada Agama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> seperti reinkarnasi, karmaphala, roh, dan moksha telah diterima secara luas oleh berbagai suku bangsa dan berkembang menjadi keyakinan yang tak terbantah.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Umat manusia sedunia sadar atau tidak sadar telah mengakui bahwa Veda menuntun umat manusia dalam melakukan metoda interiosasi (pencarian ke dalam jiwa) yang paling mudah dan cepat berhasil. Tradisi-tradisi beragama <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> juga telah dipraktekkan di kalangan masyarakat menengah ke atas, misalnya meditasi, yoga, dan hubungan guru dan murid (gurukulla). Penjelajahan antariksa, berbagai teknik pengobatan alternatif dan upaya menjaga kebugaran tubuh, juga bersumber dari Veda. Demikian luasnya cakupan Veda karena Ia memang diwahyukan Tuhan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.</span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Generasi muda <a href="http://bali.stitidharma.org/tag/hindu/" class="st_tag internal_tag" rel="tag nofollow" title="Posts tagged with Hindu">Hindu</a> Nusantara hendaknya menyadari kemuliaan permata Veda yang tiada tandingnya. Kita sudah memiliki-Nya, lalu tanyailah diri sendiri, apakah sudah memanfaatkan-Nya untuk kesejahteraan kita ? Bila jawabannya “belum” berarti kita harus banyak belajar, dan bila jawabannya “sudah” maka andalah seorang Parabhakti.</span></p> <div style="border-top: 1px dashed rgb(204, 204, 204); border-bottom: 1px dashed rgb(204, 204, 204); margin: 15px 0pt; color: rgb(0, 102, 0);"> <p><span style="font-size:100%;"><a href="http://bali.stitidharma.org/">Stiti Dharma Online: </a><br /><a href="http://bali.stitidharma.org/hindu/peran-generasi-muda-hindu-dalam-memperkokoh-jati-diri-menuju-ajeg-hindu/">http://bali.stitidharma.org/hindu/peran-generasi-muda-hindu-dalam-memperkokoh-jati-diri-menuju-ajeg-hindu/</a></span></p> </div> <span style="color: rgb(0, 102, 0);font-size:100%;" ><br /></span>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-84640017559318822512010-03-01T02:10:00.000-08:002010-03-10T01:02:06.932-08:00Kiamat Menurut Hindu<p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">OM Awighnam Astu Namo Sidham,<br />Om Swastyastu</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Hari ini sebagaimana kita ketahui merupakan rainan Purnama Sasih Kanem. Marilah kita menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas anugerah yang diberikan-Nya sehingga kita ada dalam keadaan sehat tidak kurang suatu apapun juga. Yang kedua kami pribadi menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk membawakan dharma wacana kali ini, karena dengan kesempatan ini memacu kami untuk mencari tahu lebih banyak, membaca lebih banyak sehingga harapan kami mampu tampil mewartakan dharma dengan baik.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Pada kesempatan ini, kami sangat tertarik untuk mencari permasalahan aktual yang berkembang akhir-akhir ini, dan kebetulan pada saat kami jalan-jalan di Gramedia, kami menemukan banyak sekali buku (lebih dari 3 judul) yang membahas tentang tahun 2012, lebih spesifik lagi, KIAMAT 2012. Dan ternyata bukan buku saja yang banyak mengulas tentang Kiamat 2012 ini, tetapi juga berbagai acara TV dalam 1 bulan belakangan ini. Tidak sedikit yang percaya akan ramalan yang sebenarnya bermula dari Suku Maya ini (–manuskrip peninggalan suku Maya system penanggalannya berakhir pada 21-12-2012 yang diinterpretasikan sebagai kiamat–), Dan bahkan yang paling fenomenal adalah diluncurkannya film Hollywood dengan judul “2012” dan mencetak box office (–MUI Jatim melarang untuk menonton film ini–), karena keingintahuan yang sedemikian besar tentang kiamat.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Berbagai kalangan baik agama ataupun secara ilmiah sudah mengungkapkan tentang kiamat. Bahkan yang paling menghebohkan adalah Teori Kiamat Planet X/Nibiru yang akan menabrak Bumi pada 21-12-2012 (–hal ini kemudian terbantahkan secara ilmu astronomi–). Untuk itu, dalam dharma wacana kali ini kami mengangkat Tema : KIAMAT MENURUT AGAMA HINDU. Hal-hal akan dicoba diulas adalah sebagai berikut :</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">- Apakah Hindu mengenal konsep kiamat? Jika ya, Bagaimanakah konsep kiamat menurut agama Hindu?</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">- Kapan kiamat menurut Hindu?</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">- Bagaimana kita menyikapi jaman Kali saat ini?</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Baiklah kita mencoba membahas kedua hal tsb satu per satu :</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">a. Kiamat menurut agama Hindu<br />Bapak-bapak, Ibu-ibu serta adik-adik yang kami banggakan, Setelah kami cuplik bagaimana kiamat menurut Suku Maya dan juga Ilmu Pengetahuan Modern sebelumnya, walaupun sebenarnya masih ada banyak lagi paham, golongan maupun agama yang memiliki konsep mengenai Kiamat ini. Pendapat atau pandangan tentang dunia kiamat itu dalam era demokrasi dewasa ini tentunya boleh-boleh saja. Yang patut dijelaskan, khususnya pada kesempatan yang berbahagia ini adalah, bagaimanakah pandangan Hindu tentang dunia kiamat ini.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Semua ciptaan Tuhan ditata berdasarkan hukum utpati (tercipta), sthiti (hidup terpelihara) dan pralina (lenyap kembali kepada asalnya). Alam dan isinya ini, setelah masanya selesai beredar dan berputar-putar, akan pralina atau pralaya.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Istilah kiamat memang tidak dijumpai dalam ajaran Hindu, karena memang itu bukan bahasa Sansekerta, bahasa yang dipakai dalam ajaran Hindu. Namun, yang sejajar dengan konsep kiamat adalah konsep pralina atau pralaya yang ada dalam kitab-kitab Purana. Dalam kitab-kitab Purana, utpati, sthiti dan pralina dibahas secara khusus. Memang terdapat sedikit perbedaan antara Purana satu dan Purana lainnya mengenai konsep ini. Namun, secara umum menyangkut hal-hal yang substansial tentang pralaya, semua Purana isinya sama, bahwa semua ciptaan Tuhan ini kena hukum TRI KONA yaitu utpati, sthiti dan pralina itu.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Empat Konsep Pralaya</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Konsep pralaya dalam Wisnu dan Brahma Purana ada dinyatakan empat konsep pralaya yaitu:</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">* Nitya Pralaya yaitu proses kematian yang terjadi setiap hari dari semua makhluk hidup. Bahkan dalam diri manusia pun setiap detik ada sel tubuhnya yang mati dan diganti dengan sel baru. Sel tubuh manusia terjadi utpati, sthiti dan pralina.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">*Naimitika pralaya adalah pralaya yang terjadi dalam satu periode manu. Menurut pandangan ini akan terjadi pralaya terbatas dalam setiap akhir manwantara. Ini artinya akan terjadi 14 kali naimitika pralaya atau kiamat terbatas atau kehancuran alam secara terbatas.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">* Prakrtika Pralaya yaitu terjadinya pralaya secara total setelah manwantara ke-14. Saat terjadinya Prakrtika Pralaya, seluruh alam semesta beserta isinya lenyap dan kembali pada Brahman atau Tuhan Yang Mahaesa dalam waktu yang panjang atau satu malamnya Brahma. Setelah itu akan terjadi penciptaan lagi dan memulai dengan manwantara pertama lagi. Prakrtika Pralaya inilah yang mungkin identik dengan konsep kiamat menurut kepercayaan lainnya. Karena, semua unsur alam dengan segala isinya kembali pada Brahman. Menurut keyakinan Hindu, hanya Tuhanlah yang kekal abadi. Tapi gambaran dan keadaan mahapralaya sangat berbeda dengan gambaran dan keadaan hari Kiamat. Hari Kiamat digambarkan sebagai kehancuran dasyat yang membawa siksa dan penderitaan tiada taranya bagi manusia. Mahapralaya digambar dengan sangat berbeda: Brahman adalah kebahagian; sebab dari kebahagiaan semua mahluk hidup, dalam kebahagiaan mereka semua hidup, dan ke dalam kebahagiaan mereka semua kembali”!. (Tattiriya Upanishad). Seperti seorang meninggal dengan tenang pada usia tua.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">* Atyantika Pralaya yaitu pralaya yang disebabkan oleh kemampuan spiritualnya melalui suatu pemberdayaan jnana yang amat kuat sehingga seluruh dirinya masuk secara utuh lahir batin kepada Tuhan Brahman.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">b. Kapan Pralaya menurut Hindu?<br />Dalam kitab Brahma Purana, dinyatakan satu hari Brahman (satu kalpa) atau satu siang dan satu malamnya Tuhan lamanya 14 manwantara. Satu manwantara = 71 maha yuga. Satu maha yuga = empat zaman yaitu kerta, treta, dwapara dan kali yuga. Satu maha yuga = 4,32 juta tahun manusia.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Sekarang peredaran alam semesta sedang berada pada manwantara ketujuh dibawah pimpinan Vaivasvata Manu. Ini artinya pralaya atau kiamat total akan terjadi setelah manu ke-14 berakhir (14×71×10000×432=4.294.800.000 tahun manusia). Manu ke-14 adalah Suci sebagai Indra Savarni Manu.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Ada 2 sisi yang kontradiktif antara ilmu pengetahuan dengan agama. Agama : Believing is Seeing (percaya dulu baru bisa melihat), Science : Seeing is Believing (melihat dulu baru bisa percaya). Oleh karena itu, semua dikembalikan pada kita, karena semua perhitungan di atas diluar kemampuan manusia.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Demikianlah konsep pralaya (semacam kiamat) menurut Hindu. Yakinlah, pralaya dalam arti Prakrtika Pralaya tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini, apalagi dinyatakan akhir tahun ini atau 21-12 tahun 2012 mendatang. Sedangkan Nitya Pralaya akan terjadi dalam setiap hari, ada makhluk hidup yang mati dan ada yang lahir.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">c. Bagaimana menyikapi jaman Kali?<br />Lalu, jika memang kiamat itu akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun kapan pun datangnya, apakah kita harus khawatir?</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Jawabnya adalah : TIDAK. Mengapa?</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Dalam Bhagavadgita 4.7 disampaikan :</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">yada yada hi dharmasya<br />glanir bhavati bharata<br />abhyutthanam adharmasya<br />tadatmanam srjam y aham</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela, pada waktu itulah Aku (Tuhan) sendiri turun untuk menegakkannya kembali”</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Jadi disana jelas disebutkan bahwa Tuhan akan turun (mengambil wujud ) setiap terjadi kemerosotan Dharma , kondisi ini akan terjadi terus menerus tidak berhenti pada suatu titik tapi terus terjadi sesuai dengan siklus waktu.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Dalam Bhagavata Purana (1.1.10) disampaikan</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">präyeëälpäyuñaù sabhya<br />kaläv asmin yuge janäù<br />mandäù sumanda-matayo<br />manda-bhägyä hy upadrutäù</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">“Wahai orang-orang yang terpelajar,<br />dalam jaman Kali, atau jaman besi,<br />umur manusia sangat pendek.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Mereka suka bertengkar, malas, mudah<br />disesatkan (salah pimpin), bernasib<br />malang, dan diatas segala-galanya,<br />mereka selalu gelisah.”</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Berikutnya kami kutipkan dari Manawa Dharmasastra, I.86</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tapah param krta yuge</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tretayam jnanamuscyate.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Dwapare yajnaewahur</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Danamekam kalau yuge.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Artinya: Pada zaman Kerta Yuga, dengan bertapalah cara beragama yang paling utama. Zaman Treta Yuga, beragama dengan mengamalkan ilmu pengetahuan suci (jnana) itulah yang paling utama. Zaman Dwapara, yadnya-lah yang paling utama. Sedangkan pada zaman Kali Yuga, dana punia-lah cara beragama yang paling utama.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Untuk menyelamatkan diri dari pengaruh buruk pada setiap perjalanan yuga itu, Swami Satya Narayana menyatakan agar manusia berperilaku seperti zaman atau mengikuti yuga sebelumnya. Misalnya, pada zaman treta, Sri Rama dan para pengikutnya berperilaku mengikuti zaman kerta yuga meskipun Sri Rama hidup pada zaman treta yuga. Sedangkan Rahwana berperilaku seperti zaman kali. Karena itu, Sri Rama dengan pengikutnya selamat hidup di bawah lindungan dharma dan Rahwana hancur karena hidup berdasarkan adharma.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Demikian juga Pandawa dengan Sri Krisna hidup pada zaman dwapara yuga, tetapi perilakunya mengikuti zaman kerta dan treta yuga. Dengan demikian Pandawa dan Sri Krisna memenangkan hidup berdasarkan dharma, sedangkan Korawa hancur karena mengikuti cara hidup yang adharma.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Demikianlah kini, kalau ingin selamat dari pengaruh zaman kali, hiduplah seperti zaman dwapara. Bahkan kalau bisa, ikuti treta atau kerta, maka akan selamatlah dari pengaruh buruk zaman kali. Justru pengaruh baiknya yang akan didapatkan.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kesimpulan :</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Bapak-bapak, Ibu-ibu serta adik-adik yang kami banggakan, dari pemaparan di atas, dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut :</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">- Dalam agama Hindu dikenal konsep Pralina atau Pralaya yang dibagi dalam 4 konsep, yaitu : Nitya, Naimitika, Prakrtika dan Atyantika Pralaya.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">- Untuk Prakrtika Pralaya (semacam kiamat) akan terjadi setelah manvantara ke-14 (4,294 milyar tahun), sementara kita saat ini berada pada manvantara ke-7.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Di jaman Kali ini, kita harus mengutamakan sikap/perilaku di jaman Dwapara (beryadnya) dan jika memungkinkan mengikuti Treta Yuga (jnana) atau Kerta Yuga (tapa), untuk menyelamatkan diri dari pengaruh buruk pada setiap perjalanan yuga. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan ada manfaatnya dan sebagai penutup, ijinkan kami menyampaikan Parama Shanti :</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Om Shanti, Shanti, Shanti Om.</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Makassar, 1 Desember 2009</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Pembawa Dharma Wacana,</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">A.A. Pemayun, SE, MM</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Daftar Pustaka :</span></p> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">1.I Ketut Wiana, Posted on 10. Aug, 2009 by Speqlen in Hindu.<br />2.A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1989. Bhagavad-Gita menurut aslinya.<br />3.Berbagai sumber di internet.</span></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-26989393823787580682010-03-01T02:04:00.000-08:002010-03-10T01:02:32.895-08:00Mari Menjadi Hindu yang Lebih Universal<h2 style="text-align: left; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Sebuah Teka Teki Di Masa Lalu<br /></span></h2> <p style="text-align: left; display: block; color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">)[Catatan: Penggalan arkeologis baru-baru ini di Kuwait menemukan<br />sebuah patung emas dewa Hindu, Ganesha. Ini bisa membantu kita<br />menjelaskan hubungan antara Hindu dan Arab.]<br /><br />Patung Ganesha ditemukan di KUWAIT<br /><br />KAABAH ADALAH KUIL HINDU<br />By P.N. Oak (Historian/Sejarawan)<br /><br />Ternyata didalam Kabah, ada sebuah inskripsi yg merujuk kpd raja<br />Vikramaditya. Ini membuktikan tanpa ragu bahwa jazirah Arab dulu<br />merupakan bagian dari Kerajaan Vikramaditya dari India.<br /><br />Teks inskripsi Vikramaditya yg ditemukan dlm piring emas yg digantung<br />didalam kuil Kabah di Mekah ini, dicatat pada halaman 315 dari buku yg<br />berjudul 'Sayar-ul-Okul’ yg disimpan dlm perpustakaan Makhtab-e-<br />Sultania di Istanbul, Turki. Terjemahan inskripsi tsb:<br /><br />(Sayar ul Okul berarti 'Kata-kata Berkesan')<br /><br />"Beruntunglah mereka yg lahir (dan hidup) selama kuasa raja Vikram. Ia<br />seorang penguasa penuh kasih, terhormat dan berbakti pada penduduknya.<br />Namun pada saat itu, kami Arab, tidak peduli pada Tuhan, tenggelam dlm<br />kenikmatan sensual. Komplotan dan penyiksaan merajalela ... Kami,<br />Arab, terjerat dlm kegelapan (jahiliyah) ... namun pendidikan yg<br />disebar raja Vikramaditya tidak mencampakkan kami, orang-orang asing.<br />Ia menyebarkan agama sucinya diantara kami dan mengirimkan ahli-ahli<br />yg kepitanrannya bersinar spt matahari dari negaranya kenegara<br />kami..."<br /><br />Ini bahasa Arabnya :<br />"Itrashaphai Santu Ibikramatul Phahalameen Karimun Yartapheeha<br />Wayosassaru Bihillahaya Samaini Ela Motakabberen Sihillaha Yuhee Quid<br />min howa Yapakhara phajjal asari nahone osirom bayjayhalem. Yundan<br />blabin Kajan blnaya khtoryaha sadunya kanateph netephi bejehalin<br />Atadari bilamasa- rateen phakef tasabuhu kaunnieja majekaralhada<br />walador. As hmiman burukankad toluho watastaru hihila Yakajibaymana<br />balay kulk amarena phaneya jaunabilamary Bikramatum". (Page 315 Sayar-<br />ul-okul).<br /><br />Analisa :<br />Kerajaan-kerajaan India purbakala kemungkinan besar melebarkan sayap<br />sampai ke Arab dan Vikramaditya-lah yg pertama merebut kawasan Arabia.<br />Karena inskripsi itu mengatakan bahwa Raja Vikram menghilangkan<br />jahiliyah dari Arabia. Dan, apapun agama mereka sebelumnya, orang-<br />orangnya Vikrama sukses dlm menyebarkan ajaran Vedic (dari kitab-kitab<br />Weda, buku suci Hindu) ke dlm way of life Arabia.<br /><br />Pengetahuan seni dan sains India disebarkan kpd dunia Arab lewat<br />sekolah-sekolah, akademi dan pusat-pusat budaya. Jadi, kepercayaan<br />bahwa orang Arab yg membawa ajaran ini kpd negara mereka lewat upaya<br />mereka sendiri tidak berdasar.<br /><br />Juga bisa disimpulkan bahwa Kutub Minar di Delhi bisa saja merupakan<br />menara Vikramadiya memperingati keberhasilannya merebut Arabia.<br />Kesimpulan ini dikuatkan oleh dua hal:<br /><br />Pertama, inskripsi pada menara tinggi dari besi didekat Kutub Minar<br />merujuk pada perkawinan raja Vikramaditya kpd permaisuri Balhika.<br />Balhika tidak lain dari nama kawasan Balkh di Asia Barat (Afghanistan,<br />tempat kelahiran pujangga islam, Jalaludin Rumi). Kemungkinan, Arabia<br />direbut Raja Vikramaditya dari penguasa Balkh yg mengadakan perjanjian<br />damai dgn memberikan puterinya sbg pengantin.<br /><br />Kedua, kota disebelah Kutub Minar bernama Mehrauli, dari nama Mihira,<br />seorang astronomer-mathematician dari keraton Raja Vikram. Mehrauli<br />adalah kependekan Sansekerta dari kata-kata ‘Mihira-Awali’ yg<br />menunjukkan barisan rumah bagi Mihira dan staf asistennya yg bekerja<br />sbg pengamat bintang yg dilakukan dari menara tsb.<br /><br />ARSIP DI TURKI<br />Di Istanbul, Turki, ada perpustakaan termashur bernama Makhatab-e-<br />Sultania, yg terkenal mempunyai koleksi terbesar dari literatur Asia<br />Barat. Di bagian Arab perpustakaan tsb ada sebuah antologi sajak-sajak<br />Arab purbakala. Antologi ini disusun dari karya sebelumnya dr thn<br />1742M dibawah perintah Sultan Salim.<br /><br />Halaman-halaman volume itu terbuat dari Harir – semacam sutera yg<br />dibuat utk<br />menulis. Setiap halaman memiliki pinggiran yg dihias dgn kertas emas.<br />Antologi itu dikenal dgn nama Sayar-ul-Okul, dan dibagi dlm 3 bagian.<br />Bagian pertama mengandung detil biografi dan komposisi puisi penyair<br />Arab PRA-Islam.<br />Bagian kedua terdiri dari kesaksian dan sajak-sajak penyair dari<br />periode yg dimulai tidak lama setelah Muhamad, sampai akhir dinasti<br />Bani Ummayyah.<br />Bagian ketiga adalah ttg penyair-penyair sampai jaman Khalif Harun-al-<br />Rashid.<br /><br />Abu Amir Asamai, penyair Arab yg merupakan penyair utama keraton Harun-<br />al-Rashid, menyusun dan mengedit antologi tsb. Edisi modern pertama<br />‘Sayar-ul-Okul’ terbit di Berlin th 1864. Edisi berikutnya diterbitkan<br />di Beirut th 1932.<br /><br />Koleksi ini dianggap sbg antologi paling penting dan berotoritas dlm<br />sajak-sajak Arab purbakala. Koleksi ini menunjukkan adat, tata tertib<br />dan hiburan Arabia dijaman purbakala. Buku ini juga mengandung<br />penjabaran deskripsi ttg kuil purbakala Mekah, kita dan bazar tahunan<br />yg dikenal sbg OKAJ disekitar kuil Kabah di Mekah. Ini berarti bahwa<br />kumpul-kumpul di Mekah setiap tahun utk naik haji berasal dari tradisi<br />pra-Islam (sebelum islam).<br /><br />Bazar OKAJ bukan sebuah karnaval tempat anak muda ber-marijuana. Ini<br />merupakan kesempatan kaum elit dan terpelajar utk membahas aspek-aspek<br />sosial, religius, politis, literatur dan aspek-aspek budaya Hindu<br />lainnya yg menyebar di Arabia. ‘Sayar-ul-Okul’ mengatakan bahwa<br />kesimpulan yg didapatkan dari diskusi-diskusi disana diterima dan<br />sangat dihormati diseluruh Arabia. Mekah, oleh karena itu, mengikuti<br />tradisi Varanasi (dari India), yi tradisi kaum elit mendiskusikan hal-<br />hal penting sementara kaum awan berkumpul utk mencapai kenikmatan<br />spiritual. Kuil-kuil utama di Varanasi (India) dan di Mekah (di<br />Arvasthan/Arabia) adalah kuil-kuil dewa SIWA. Bahkan sampai sekarang,<br />emblem-emblem Mahadewa Siwa masih nampak.<br /><br />Dan emblem Siwa paling nampak adalah batu Shankara (Siwa) yg dihormati<br />para pehijrah Muslim sampai disentuh dan dicium di Kabah (ingat, batu<br />hajar aswad). Raja Vikramaditya memang terkenal cinta pada Mahadewa<br />Siwa. Di Ujjain (India), ibukota Vikramaditya, ada kuil terkenal<br />Mahankal, yi milik Dewa Shankara (Siwa) yg di-asosiasikan dgn<br />Vikramaditya. Karena menurut inskripsi Vikramaditya, dialah yg<br />menyebarkan agama Hindu, siapa lagi kalau begitu yg mendirikan kuil<br />Kabah di Mekah ?<br /><br />TRADISI JUBAH di MEKAH<br />Sebelum para pehijrah masuk Mekah, mereka diminta utk mencukur kepala<br />dan jenggota serta megenakan jubah khusus yg terdiri dari dua lembar<br />kain putih yg tidak dijahit. Satu disarungi di pinggang dan yg lainnya<br />dililitkan sekitar bahu. Ini merupakan tradisi Hindu purbakala bagi<br />mereka yg ingin masuk kuil-kuil Hindu dlm keadaan bersih dan murni.<br /><br />Para swami sebelum dipotong jenggotnya. Mirip Muslim khan?<br /><br />Muslim<br /><br />Budhis ...emang mirip yah?<br /><br />Kuil utama di Mekah, yg menyimpan lambang-lambang Siwa, dikenal sbg<br />KA'BAH. Kotak ini dilapisi kain hitam. Ini adalah tradisi jaman dahulu<br />kala ketika orang menganggap penting utk meng-kamuflase tempat suci<br />itu (Ka'bah) agar tidak dicaplok atau direbut bangsa lain.<br /><br />PATUNG DEWA- DEWI<br />Menurut Encyclopaedia Britannica, kotak Ka'bah memilikii 360 patung.<br />Tradisi mengatakan, ketika tempat itu diserang, salah satu dewa<br />didalamnya adalah dewa Saturnus; satunya lagi adalah dewa Bulan dan<br />ada lagi yg disebut Allah.<br /><br />Ini bukti bahwa orang Arab jaman pra-Islam itu memuja 9 planet. Di<br />India, praktek puja ‘Navagraha’, yaitu praktek pemujaan bagi ke 9<br />planet, termasuk Saturnus dan Bulan masih eksis sampai sekarang.<br /><br />Di India, bulan sabit selalu digambarkan diatas lambang dewa Siwa.<br />Karena itulah, lambang Siwa dlm Ka'bah juga menjadi lambang bendera<br />Islam.<br /><br />ZAMZAM ATAU AIR (SUNGAI) GANGGA<br />Satu lagi tradisi Hindu lainnya adalah sungai suci Gangga. Menurut<br />tradisi Hindu, air Gangga tidak pernah dapat dipisahkan dari lambang<br />Siwa (bulan sabit). Dimanapun ada lambang Siwa, disanalah ada air<br />Gangga. Dan memang! Didekat Ka'bah ditemukan sebuah sumber mata air<br />suci yg disebut ZAMZAM. Sampai sekarang, Zamzam dianggap suci karena<br />tradisi jaman pra-Islam itulah!<br /><br />Sungai Gangga, zamzamnya Hindu<br /><br />TAWAF<br />Tidak ada mesjid lain di dunia yg dikelilingi sampai 7 kali. Hanya<br />orang Hindu yg ber'tawaf' mengelilingi dewa-dewi mereka. Lagi-lagi<br />bukti bahwa Ka'bah adalah tempat ibadah Hindu jaman pra-Islam. Praktek<br />mengambil 7 langkah yg dikenal sbg Saptapadi diasosiasikan dgn upacara<br />perkawinan Hindu dan pemujaan api. Upacara klimaks dlm perkawinan<br />Hindu yg menggabungkan pasangan pengantin mengelilingi api suci<br />sebanyak empat kali (tapi kemudian di-salah artikan dgn 7 kali).<br />Mengingat "MAKHA" berari API, ketujuh tawaf itu membuktikan bahwa<br />MEKAH ADALAH PUSAT PEMUJAAN DEWA API.<br /><br />KATA 'ALLAH'<br />Jangan kaget bahwa kata ‘ALLAH’ sendiri berasal dari bhs Sansekerta.<br />Allah, Akka dan Amba adalan sinomin. Nama-nama ini berarti: DEWI atau<br />Ibu. Istilah ‘ALLAH’ merupakan bagian dari stanza-stanza Sansekerta yg<br />memuja-muja Dewi Durga, yg juga dikenal sbg Bhavani, Chandi dan<br />Mahishasurmardini. Islam mencaplok penggunaan kata 'Allah'.<br /><br />Satu ayat Quran merupakan terjemahan persis dari sebuah stanza dlm<br />Yajurveda. Spt dijelaskan oleh pakar Hindu terbesar, Pandit Satavlekar<br />dari Pardi, dlm salah satu artikelnya.<br /><br />[Note: Pakar lain menunjukkan bahwa ayat Quran dibawah ini mirip<br />persis dgn ajaran Kena Upanishad (1.7).<br /><br />Quran:<br />"Sight perceives Him not. But He perceives men's sights; for He is the<br />knower of secrets, the Aware."<br />(Karena tidak disertai dgn nomor ayatnya, gue nggak bisa kasih<br />terjemahannya sesuai dgn Quran. Tapi intinya: 'Indera mata tidak bisa<br />melihatNya. Tapi IA melihat indera manusia; karena IA maha tahu segala<br />rahasia')<br /><br />Coba bandingkan dengan ini;<br /><br />Kena Upanishad:<br />"Apa yg tidak dapat dilihat dgn mata namun bisa ditembus dgn mata,<br />itulah Brahma (Tuhan) dan bukan apa yg dipuja manusia (didunia).<br />(That which cannot be seen by the eye but through which the eye itself<br />sees, know That to be Brahman (God) and not what people worship here<br />(in the manifested world)."<br /><br />(Arti ayat diatas: Tuhan berada diluar indera perasa manusia.]<br /><br />Identitas sistem Unani & Ayurveda menunjukkan bahwa Unani adalah<br />istilah Arab bagi sistem penyembuhan Ayurveda yg dibawa ke Arabia saat<br />wilayah itu masih merupakan bagian dari kerajaan India.<br /><br />Tradisi-tradisi Hindu lainnya yg diterima Islam:<br />Hindu memiliki pantheon 33 dewa-dewi. Bangsa-bangsa pra-Islam di Asia<br />Kecil juga memuja 33 dewa/i. Kalender lunar (bulan) diperkenalkan kpd<br />Asia Barat selama kekuasaan India.<br /><br />Bulan Muslim ‘Safar’ menunjukkan bulan ‘extra’ (Adhik Maas) dlm<br />kalender Hindu.<br /><br />Bulan Muslim 'Rabi' berasal dari kata Ravi yg berarti 'matahari'<br />karena huruf Sansekerta ‘V’ dirubah Prakrit ‘B’ (Prakrit merupakan<br />versi sehari-hari bhs Sansekerta).<br /><br />Rasa hormat Muslim pada Gyrahwi Sharif tidak lain dari Ekadashi milik<br />Hindu (Gyrah = elevan or Gyaarah). Keduanya sama artinya.<br /><br />IDUL FITRI<br />Praktek ini berasal dari upacara kurban Go-Medh dan Ashva-Medh Yagnas.<br />“Id” dlm Sansekerta berarti ibadah/pemujaan. Id dlm Islam juga<br />menandakan hari-hari pemujaan. Kata MESH dlm zodiak Hindu berarti<br />DOMBA.<br /><br />Dijaman dulu, setiap tahun dimulai dgn masuknya matahari kedalam<br />lingkup bintang Aries. Kesempatan ini ditandai dgn pesta bakar kambing<br />Inilah asal usul festival Bakari Id.<br />[Note: Kata Bakari adalah kata Hindu bagi kambing.]<br /><br />Karena Id berarti ibadah dan Griha berarti ‘rumah’, kata Islam Idgah<br />berarti ‘Rumah ibadah’ yg sama persis dgn arti Sansekritnya.<br /><br />Kata ‘Namaz’ berasal dari kata Sansekerta ‘Nama’ & ‘Yajna’ (NAMa<br />yAJna) yg berarti menundukkan badan dan memuja/beribadah.<br /><br />Istilah ‘Id-ul-Fitri’ berasal dari istilah ‘Eed of Piters’ yg berarti<br />memuja nenek moyang, dlm tradisi Sansekerta. Di India, orang Hindu<br />memperingati nenek moyang mereka selama dua minggu masa Pitr-Paksha.<br />Sama juga dgn ‘Id-ul-Fitr’ (pemujaan nenek moyang).<br /><br />Praktek Islam utk memperhatikan gerak gerik bulan sama dgn adat Hindu<br />utk buka puasa pada hari Sankranti dan Vinayaki Chaturthi setelah<br />terlihatnya bulan.<br /><br />BULAN<br />Deksripsi kitab Weda ttg bulan, konstelasi bintang berbeda-beda dan<br />penciptaan alam semesta dicontek Quran dlm Surat 2, stanza 113, 114,<br />115, and 158, 189, Surat 9, stanza 37 & Surat 10, stanza 4-7.<br /><br />Pembacaan Namaz lima kali sehari berasal dari tradisi Weda bernama<br />Panchmahayagna (5 kali pujaan- Panch-Maha-Yagna) yg merupakan<br />kewajiban bagi setiap mahluk Hindu. (bandingkan dengan shalat 5 waktu<br />dlm islam).<br /><br />Muslim membersihkan 5 bagian tubuh sebelum solat. Ini berasal dari<br />aturan ‘Sharir Shydhyartham Panchanga Nyasah’.<br /><br />BULAN-BULAN HARAM<br />4 bulan dlm setahun dianggap suci dlm tradisi Islam. Mereka tidak<br />boleh menjarah atau melaukan tindakan kriminal selama periode tsb. Ini<br />berasal dari tradisi Chaturmasa yi, periode 4 bulan puasa dan<br />menghindari kejahatan.<br /><br />Shabibarat adalah kata lain bagi Shiva Vrat dan Shiva Ratra. Karena<br />Ka'abah merupakan pusat penting dewa Siwa, festival Shivaratri<br />biasanya dirayakan disana dgn besar-besaran. Festival itulah yg<br />disebut dlm Islam sbg Shabibarat.<br /><br />Menurut sejumlah Encyclopaedia, memang ada ukiran-ukiran tulisan<br />didalam dinding Kabah. Namun para pakar sejarah tidak pernah diijinkan<br />masuk. Tetapi menurut pengakuan beberapa orang, ada tulisan dlm huruf<br />Sansekerta dan bahkan ada stanza-stanza dari Bhagavad Gita.<br /><br />ORANG INDIA DI TIMUR TENGAH<br />Menurut Islam, pedagang-pedagang India menetap di Arabia, khususnya di<br />YAMAN. Di Ubla terdapat pemukiman-pemukiman besar orang India. Ini<br />menunjukkan bahwa kehadiran orang India di Arabia & Yaman cukup<br />berpengaruh terhdp penduduk setempat. Ini tidak dimungkinkan kecuali<br />mereka berasal dari kelas penguasa.<br /><br />Disebut dlm Ahadis Imam Bukhari bahwa suku India, JAT, berada di<br />Arabia jauh sebelum jamannya Mohamad. Malah ketika Aisha jatuh sakit,<br />keponakannya memanggil dokter Jat utk menyembuhkannya. Ini membuktikan<br />bahwa orang India memiliki status tinggi di Arabia. Dan status macam<br />ini tidak bisa melekat pada mereka, kecuali mereka memang penguasa.<br />Bukhari juga berbicara ttg seorang raja India yg mengirim satu pot<br />jahe (ginger pickles) kpd nabi. Ini menunjukkan bahwa raja Jat India<br />menguasai kawasan didekatnya shg mampu memberikan hadiah yg begitu<br />sepele spt satu pot jahe. Nabi malah dikatakan sangat menyukainya. Ini<br />bukti bahwa selama jaman Mohamad, orang India berpengaruh di Arabia.<br /><br />Barah Vafat, festival Muslim utk memperingati mereka yg mati dlm<br />pertempuran berasal dari tradisi Sansekerta. Kata ‘Phiphaut’ yg<br />berarti ‘mati’. Hindu merayakan hari Chayal Chaturdashi utk<br />menghormati para pahlawan perang.<br /><br />KATA 'ARAB' = KUDA<br />Kata Arabia sendiri berasal dari Sansekerta. Kata aslinya adalah<br />‘Arabasthan’. Karena Prakrit ‘B’ adalah Sansekerta ‘V’, maka nama<br />Sansekerta aslinya adalah ‘Arvasthan’. ‘Arva’ dlm bhs Sansekerta<br />berarti KUDA. Arvasthan berarti : negara penuh kuda, dan spt kita tahu<br />semua, Arabia memang terkenal karena kuda-kudanya.<br /><br />The Arab Stallion<br /><br />wikipedia wrote: <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Arabian_horse">http://en.wikipedia.org/wiki/Arabian_horse</a><br /><br />Kuda Arab adalah jenis kuda yg memiliki reputasi kepandaian tinggi,<br />semangat tinggi dan stamina luar biasa. Jenis kuda ini mudah dikenali.<br />Kuda Arab adalah jenis yg paling tua. Bukti arkaeologis menunjukkan<br />bahwa kuda-kuda tsb memiliki sejarah sampai 4500 thn.<br /><br /><br /><br />PUISI/LITERATUR<br />‘Sayar-ul-Okul’ menyebutkan bahwa simposium pan-Arab pra-Islam<br />diselenggarakan di Mekah pada festival tahunan Okaj. Semua penyair<br />ternama berpartisipisasi.<br /><br />Penyair-penyair yg paling jitu diberi hadiah. Puisi yg paling bagus<br />diukir dlm lempengan emas dan digantung didalam Ka'bah. Ada puisi-<br />puisi yg ditulis pada kulit kambing atau onta. Mereka digantung diluar<br />tembok kuil. Jadi, selama ribuan tahun, Ka'abah sebenarnya merupakan<br />rumah penyimpanan puisi-puisi terhebat Arabia yg diinspirasi tradisi<br />Hindu.<br /><br />Oleh karena itu puisi-puisi tsb dinamakan Mu'allaqat (Yg digantung!)<br />Lihat link artikel berikut: Literatur PRA-Islam**<br /><br />Namun semua syair-syair itu entah hilang atau dihancurkan gang<br />penjarah Muhammad. Bahkan penyair pribadi muhammad, Hassan-bin-Sawik,<br />ikut mencuri syair-syair berharga itu dan menyimpan lempengan-<br />lempengan emas itu dlm rumahnya. Cucu Sawik, yg ingin menjual<br />lempengan emas itu membawanya ke khalif jaman itu dimana ia ketemu<br />pemikir terkenal Arab, Abu Amir Asamai. Ia menerima lima lempengan<br />emas dan 16 lembaran kulit yg dihiasi dgn syair-syair yg memenangkan<br />penghargaan. Dan sang penjual juga bahagia menjadi OKB (kaya mendadak)<br />akibat dagangannya yg laris hari itu.<br /><br />Pada kelima lempengan emas tertulis ayat-ayat oleh penyair-penyair<br />Arab kuno spt<br />Labi Baynay, Akhatab-bin-Turfa & Jarrham Bintoi. Penemuan ini<br />mengakibatkan Harun-al-Rashid memerintahkan Abu Amir utk menyusun<br />koleksi dari komposisi-komposisi sebelumnya. Salah satunya adalah<br />atribut Jarrham Bintoi, penyair Arab terkenal, KEPADA RAJA<br />VIKRAMADITYA.<br /><br />Bintoi yg hidup 165 thn sebelum Muhammad menerima hadiah tertinggi<br />bagi komposisi syair-syairnya selama 3 thn berturut-turut dlm<br />simposium pan-Arab di Mekah. Kesemua sajak-sajak Bintoi paling<br />terkenal ini digantung didalam Ka'abah dlm lempengan emas.<br /><br />Atribut Bintoi kpd raja Vikramaditya merupakan bukti kuat bahwa raja<br />tsb menjadikan jazirah Arab sbg bagian dari kerajaan besar India.<br />Itulah mengapa mulai dari India, semua negara memiliki nama sansekerta<br />spt Afghanisthan, Baluchisthan, Kurdisthan, Tajikisthan, Uzbekisthan,<br />Iran, Sivisthan, Iraq, Arvasthan, Turkesthan (Turkmenisthan) dsb.<br /><br />Sajak Bintoi bisa dilihat di link artikel berikut: Istilah-stilah<br />Hindu yg diadopsi Islam**<br />....<br />Tidak sulit mengerti sejarah purbakala kalau kita mengenal jajahan<br />raja Vikramaditya. Bahkan keluarga-keluarga bangsawan/ksatria India<br />melahirkan suku-suku sprt Pahalvis (Pahlevi) & Barmak(?), yg menguasai<br />Iran & Iraq. Karena pengaruh India, orang-orang Parsi menjadi pemuja<br />api, misalnya. Karena pengaruh India, orang-orang Kurdi di Kurdisthan<br />berbicara semacam dialek Sansekrit, kuil-kuil pemuja dewa api eksis<br />sampai ribuan mil diluar India dan puluhan pusat-pusat budaya India<br />spt Navbahar di Asia Barat dan sejumlah viha di Rusia tersebar<br />diseluruh dunia. Sejak itu, banyak puing-puing vihara ditemukan di<br />Russia, patung-patung kuno India juga sering ditemukan dlm penggalian-<br />penggalian di Asia Pusat (Tengah). Termasuk yg barusan ditemukan di<br />Kuwait itu.<br /><br />Sayang bahwa bab sejarah dunia ini hampir terhapus total dari ingatan<br />manusia. Kami perlu menyusunnya kembali utk mengerti konsep dan<br />orientasi sejarah purbakala. Dgn mengerti sejarah, kami bisa lebih<br />mengerti siapa nenek moyang kami sebenarnya.<br /><br />* Tambahan:<br /><br />Terjemahan diatas adalah terjemaham bebas yg hanya menyertakan bagian-<br />bagian yg dianggap umum dalam persamaan budaya Hindu pada jaman Pra-<br />Islam di Arab dgn Islam Arab.<br /><br />Figure 1. Pola tantric yg menggambarkan struktur Ka'abah. go to<br />www.google.com/ in the search box type 'Sword of truth Aditi<br />Chaturvedi'<br /><br />Dari arsip the Sword of Truth :<br />Semua Quran Arab dicetak dgn angka misterius 786. Tidak ada pakar<br />Muslim yg tahu mengapa angka 786 dianggap sbg angka suci. Namun angka<br />"misterius" ini tidak lain dan tidak bukan berasal dari huruf suci<br />Weda "OM" dlm bahasa Sansekrit (lihat dibawah). Siapapun yg kenal<br />Sanskrit bisa melihat lambang "OM" secara terbalik dari angka 786-nya<br />Arab! Muslim tidak sadar bahwa angka misterius Islam ini adalah<br />lambang HINDU!<br /><br />OM, dibaca terbalik dari belakang kedepan menunjukkan angka 786<br /><br />Coba gambar di atas diputar ke kanan (rotate-right), maka akan<br />terlihat seperti huruf dibawah ini :<br /><br />Lihat link diskusi Apa Isi Kabah<br /><br />ISLAM IS ANGRY CHILD<br />(CORRUPTED FORM) OF HINDUIS<br /><br />Umar-Bin-E-Hassham, Paman Muhamad, merupakan pengikut Hindu taat dan<br />penyembah Dewa Siwa. Ia seorang penyair terkenal dan menulis sajak-<br />sajak memuja Siwa. Salah satunya bisa ditemukan dlm hal 235 Sair-Ul-<br />Okul :<br /><br />Kafavomal fikra min ulumin Tab asayru<br />Kaluwan amataul Hawa was Tajakhru<br />We Tajakhayroba udan Kalalwade-E Liboawa<br />Walukayanay jatally, hay Yauma Tab asayru<br />Wa Abalolha ajabu armeeman MAHADEVA<br />Manojail ilamuddin minhum wa sayattaru<br />Wa Sahabi Kay-yam feema-Kamil MINDAY Yauman<br />Wa Yakulum no latabahan foeennak Tawjjaru<br />Massayaray akhalakan hasanan Kullahum<br />Najumum aja- at Summa gabul HINDU<br /><br />Terjemahannya dlm bhs Inggris:<br />The man who may spend his life in sin<br />and irreligion or waste it in lechery and wrath<br />If at least he relent and return to<br />righteousness can he be saved?<br />If but once he worship Mahadeva* with a pure<br />heart, he will attain the ultimate in spirituality.<br />Oh Lord Shiva exchange my entire life for but<br />a day's sojourn in India where one attains salvation.<br />But one pilgrimage there secures for one all<br />merit and company of the truly great.<br /><br />*(MAHADEVA ditujukan kpd Dewa SIWA )<br /><br />Bila Anda ke Turki mampirlah untuk mengecek ke perustakaan yg<br />menyimpan Sayar ul Okul tbs.<br />Ada yg punya copy Quran versi Arab dgn angka-angka misterius 786?<br />Tolong kasih tahu ya... ###<br />(source:newsgroups.derkeiler.com)</span> </p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-33744316590898701722010-03-01T02:01:00.000-08:002010-03-10T01:02:50.114-08:00Jika Ingin Bertemu Tuhan, Bekerjalah....!!!!<div style="color: rgb(0, 153, 0);" class="entry"> <p><span style="font-size:100%;">Bekerja adalah kegiatan paling mendasar dalam kehidupan, yang dalam konsep Hindu disebut Karma Yoga. Jika orang tak bekerja, dia akan kehilangan kreasi. Pada dasarnya bekerja dalam Hindu adalah sembahyang. Dengan bekerja umat akan dapat bertemu dengan Ida Sang Hyang Widh Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Terkait dengan ini, dalam sastra Hindu disebutkan bahwa Tuhan menciptakan dunia ini berdasarkan kerja (kredo). Setelah dunia tercipta, Tuhan meleburkan diri pada kerja itu. Jika manusia ingin bertemu dengan Tuhan, bekerjalah. Sedetik pun Tuhan tidak pernah berhenti bekerja. Jika berhenti, dunia ini akan pralaya (kiamat).</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Oleh karena kerja itu berupa ibadah, semua bentuk kerja mesti diabdikan kepada Tuhan. Pekerjaan apa pun — kasar, setengah kasar, setengah halus dan halus — mesti diabdikan kepada Beliau. Karena itu, dalam Hindu sesungguhnya tidak mengenal perbedaan kerja. Apa pun pekerjaan jika dilandasi dharma, itulah amanat suci yang mesti dijalankan. Jadi, secara psikologis umat Hindu tidak membeda-bedakan kerja. Bekerja itu bebas dari tekanan atau beban, karena dasarnya adalah bakti dan tulus ikhlas.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Dengan bekerja otomatis kesejahteraan Tuhan akan datang dengan sendirinya. Ini terkait dengan hukum karma atau hukum sebab akibat. Ada aksi ada reaksi. Setiap kerja, cepat atau lambat, pasti ada pahala. Cuma, apa bentuk pahala sangat ditentukan karma yang diperbuat. Berbuat baik, tentu baik hasilnya. Berbuat buruk, pahala yang akan diterima tentu buruk pula. Untuk itu, umat mesti selalu berbuat kebajikan, karena ini merupkan investasi spiritual. Makin banyak berbuat kebajikan, makin bagus.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Soal pahala yang akan diterima umat, itu rahasia Tuhan. Hidup, mati, jodoh, rezeki, pangkat (jabatan) ada di tangan Tuhan. Menjadi kewajiban kita adalah bekerja yang baik. Bekerja dengan tulus ikhlas dan penuh pengabdian kepada Tuhan, wajib hukumnya.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Terkait dengan itu, Bagavadgita pasal 2 ayat 47 menyebutkan, ”Karmane eva dhikaraste mapa lesu kadacana makarma hetobhur matesango stua akarmane” yang artinya tugasmu sebagai manusia bekerja dan mengabdi, bukan untuk menentukan hasil. Jangan kau bekerja untuk mengikatkan diri dengan hasil. Jangan pula tidak berbuat apa-apa, karena tidak mengharapkan apa-apa.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Manusia harus bekerja. Pekerjaan apa saja, yang penting halal. Apalagi memilih pekerjaan karena faktor gengsi. Sebab, bekerja itu salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Dalam kerja itu sendiri sesungguhnya ada Tuhan. Akan menyalahi kodrat jika umat tidak bekerja.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Terkait dengan pekerjaan, umat mesti tidak membeda-bedakan kerja, sebab bekerja dalam sektor apa saja sama kedudukannya. Misalnya, bekerja sebagai petani mesti dipandang sebagai swadharma yang sangat mulia. Dengan menghasilkan produk pertanian, petani sudah melakukan kewajiban yang baik karena telah memberi sumber energi — protein, karbohidrat, dan vitamin kepada khalayak umum, termasuk kepada pejabat.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">Tanpa petani, bisa dibayangkan dari mana masyarakat mendapatkan beras, umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan dan daging. Karena itu, para kesatria dalam hal ini pejabat pemerintah, legislatif dan para elite parpol mesti memberikan perlindungan kepada petani. Artinya, para pejabat mesti memiliki keberpihakan kepada petani dengan membeli beras petani dengan harga yang wajar, dll. Guna mencapai kedamaian, ketenteraman dan kenyamanan, para agamawan (brahmana) memberikan pencerahan atau perlindungan spiritual kepada umat.</span></p> <p><span style="font-size:100%;">sumber: Bali Post (dengan perubahan seperlunya)</span></p> </div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-11615916055827873182010-03-01T01:58:00.000-08:002010-03-10T01:03:05.005-08:00Salahkah Memuja Leluhur??<span style="color: rgb(0, 102, 0);font-size:100%;" ><span><span>Bagaimanakah para leluhur kita di masa lalu mengajarkan masalah moral, budi pekerti, keyakinan agama, dan ritual-ritual yang ada? Apakah mereka memberikan dharma wacana sambil mengutip buku-buku suci? Mungkin tidak, teknik penyampaiannya pasti sederhana dengan cara bercerita.<br /><br />Sekarang, guru atau tokoh agama mengutip kitab-kitab suci dalam melakukan dharma wacana. Maklum, pendengarnya juga kritis, semua hal yang bersifat anjuran, pantangan, dan sebagainya, selalu dimintai rujukannya di kitab suci. Begitu pula pendharma wacana, sebentar-sebentar mengutip sloka suci supaya kelihatan lebih keren.<br /><br />Orang-orang di desa begitu polos menjalankan ritual agama dan juga memaknai kehidupan beragama. Kalau ada piodalan di pura, mereka datang tanpa rumit memikirkan apakah yang akan mereka puja di pura itu leluhur atau dewa atau Hyang Widhi. Istilah bethara, dewa, dan Tuhan masih rancu di kalangan orang-orang yang polos itu. Banyak sekali umat Hindu di pedesaan tak tahu dan tak perlu tahu apa beda bethara, dewa dan Tuhan. Kalau piodalan di pura ada orang yang kerauhan (trance) dan orang yang kerauhan itu menyebutkan kelinggihan Ida Bethara tertentu, umat sulit menjelaskan siapa Ida Bethara tertentu itu. Kalau ada yang bertanya apakah Ida Bethara itu Tuhan, mereka dengan mudah saja menjawab: ya. Bahkan orang kerauhan Butha pun juga disebut Tuhan. Jadi, begitu banyak Tuhan.<br /><br />Ini yang sering sekali membuat orang non-Hindu bingung, kalau jawabannya seperti itu kenapa agama Hindu masih tegas menyatakan Tuhan itu Esa? Kenapa Hindu masih menyebut agama monotheisme? Tak heran kalau beberapa buku sejarah dan sosial menyebutkan Tuhan umat Hindu itu ada banyak.<br /><br />Di banyak desa di Bali, pemujaan kepada leluhur mendapatkan tempat yang utama. Barangkali warga di sini tak perlu rumit dan ruwet mendefinisikan soal leluhur itu. Bagi mereka memuja leluhur sudah cukup untuk membuktikan bahwa mereka menjalankan ritual agama, tentu saja agama Hindu. Dengan hanya memuja leluhur, mereka tetap yakin sebagai bagian yang sah dari orang Bali, dan juga tidak ragu untuk menyebutkan agama mereka, yakni Hindu.<br /><br />Salahkah mereka yang hanya memuja leluhur? Perlukah kita mencibir mereka sebagai “terbelakang” atau “kurang paham ajaran agama” atau sebutan lainnya, yang mengesankan seolah-olah kita lebih tahu masalah agama dibandingkan mereka? Jangan cepat-cepat melontarkan tuduhan seperti itu. Tradisi yang mereka pelihara dan mereka pertahankan itu pastilah dulunya ditanamkan dengan penuh keyakinan oleh leluhur mereka yang paham soal agama.<br /><br />Kitab suci Bhagawadgita, pada sloka VII-21 mengatakan, “apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtra”. Sloka ini adalah kelanjutan dari penjelasan bagaimana jika umat menyelengarakan ritual untuk memuja dewata. Di sini jelas disebutkan bahwa perbedaan dalam melakukan pemujaan itu hasilnya sama saja menuju Aku (Tuhan Yang Esa).<br /><br />Pada sloka IX-25 disebutkan. “Yang memuja dewata pergi kepada dewata, kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka, dan kepada roh alam perginya yang memuja roh alam, tetapi mereka yang memuja-Ku, datang kepada-Ku.”<br /><br />Ketiga bentuk pemujaan ini, baik kepada dewa-dewa, leluhur, maupun roh suci yang ada di alam, semuanya mendapatkan pahala. Semuanya bisa dibenarkan, namun Krisna mengajarkan jika umat memuja Tuhan secara langsung, itulah yang terbaik.<br /><br />“Yang terbaik” tidak harus diartikan itulah jalan satu-satunya. Apalagi diartikan itu jalan yang paling benar, sementara yang lainnya salah. Dalam kepercayaan Hindu, seseorang yang telah meninggal dunia, rohnya (atman) menyatu dengan Tuhan. Bukan seperti kepercayaan agama lain, “berada di sisi Tuhan”. Karena roh atau atman menyatu dengan Tuhan, mereka yang memuja leluhur otomatis memuja Tuhan juga. Ibarat pepatah, sambil berenang minum air, sambil memuja leluhur, kita memuja Tuhan.<br /><br />Dengan pemahaman seperti ini, tradisi pemujaan kepada leluhur bukanlah sesuatu yang salah. Yang penting adalah kita tahu di mana posisi kita berada dalam melakukan pemujaan, apakah itu kepada leluhur (bethara), dewa, atau Tuhan. Leluhur menyatu dengan Tuhan, dewa adalah sinar sucinya Tuhan, jadi sesungguhnya obyek yang dipuja sama saja.<br /><br />Masalahnya adalah apakah “memuja leluhur” lewat perantaraan balian, dasaran, tapakan, atau apapun namanya, juga termasuk dalam jalur “pemujaan kepada Tuhan?” Ini yang perlu diwaspadai. Dengan segala hormat saya kepada mereka yang mempercayai balian, dasaran, tapakan dan sebagainya ini, saya berpendapat ini sudah di luar konteks. Bahkan di luar dari makna sloka Bhagawad Gita yang saya kutip di atas.<br /><br />Kita tidak tahu, sejauh mana tingkat kerohanian dan tingkat spiritual mereka yang disebut balian, dasaran, tapakan itu. Kita sulit membuktikan apakah omongan mereka, meski pun setelah dinyatakan kerauhan, bisa dipegang untuk dijadikan pedoman. Misalnya, ada tradisi, ketika baru punya anak, menanyakan langsung ke balian (ada menyebutnya nunasang ke baas pipis) siapa yang numadi (reinkarnasi). Balian pasti menyebutkan tak jauh-jauh, mungkin kakeknya, eyangnya, neneknya, atau siapa pun yang sudah meninggal dunia. Dengan mempercayai hal ini, keluarga itu akan mematut-matutkan anak yang baru lahir itu dengan sifat orang yang numadi. Ini berbahaya karena karakter anak akan terpengaruh oleh apa yang sudah diyakini oleh keluarga itu. Jadi, mari kita rasional termasuk jangan terlalu percaya kalau leluhur sering memberi kutukan atau leluhur suka minta macam-macam.<br />source:hindu-raditya.net</span></span></span>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-31728194909734574542010-03-01T01:57:00.000-08:002010-03-01T01:58:03.893-08:00Moksa...<p style="color: rgb(255, 255, 255);" align="justify"><span style="font-size:100%;"> <span class="teks">Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan hal-hal yang termasuk ikatan adalah :</span></span></p> <p style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:100%;"> </span></p> <blockquote style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:100%;">1) pengaruh panca indria,<br />2) pikiran yang sempit,<br />3) ke-akuan,<br />4) ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman,<br />5) cinta kasih selain kepada Hyang Widhi,<br />6) rasa benci,<br />7) keinginan,<br />8) kegembiraan,<strong> </strong><br />9) kesedihan,<br />10) kekhawatiran/ketakutan, dan<br />11) khayalan.<br /></span></blockquote> <p style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p style="color: rgb(255, 255, 255);" align="justify"><span style="font-size:100%;"><br />Moksa dapat dicapai oleh seseorang baik selama ia masih hidup (disebut : Jivam Mukta), maupun setelah meninggal dunia (disebut : Videha Mukta). Jika selama masih hidup seseorang itu mencapai moksa maka ia telah mencapai tingkat moral yang tertinggi, kehidupannya sempurna (krtakrtya), penuh dengan kesenangan (atmarati) karena terbebas dari 11 jenis ikatan yang disebutkan diatas, memandang dirinya ada pada semua mahluk (eka-atma-darsana), memandang dirinya ada pada alam semesta (sarva-atma-bhava-darsana). Kesenangan juga tercapai karena pengetahuan dan kesadaran bahwa brahman-lah atman yang ada didirinya (brahmanbhavana). Jika moksa dicapai setelah meninggal dunia maka terjadilah proses menyatunya atman dengan brahman sehingga atman tidak lahir kembali sebagai mahluk apapun atau bebas dari samsara, disebut juga sebagai kedamaian abadi (sasvatisanti).<br /><br />Moksa adalah tujuan hidup manusia yang tertinggi yang dapat dicapai oleh setiap manusia bila ia :</span></p> <p style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:100%;"> </span></p> <blockquote style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:100%;">1) Mampu membebaskan atman dari ikatan.<br />2) Mempunyai pengetahuan utama (paravidya) tentang brahman.<br />3) Melaksanakan disiplin kehidupan yang suci. </span> </blockquote> <p style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:100%;"> Oleh karena itu moksa juga dikatakan sebagai pahala yang tertinggi dari Hyang Widhi atas karma manusia utama, suatu anugerah yang maha mulia.</span></p> <p style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-size:100%;"> Ada kutipan Svetasvatara <strong>Upanisad I.6</strong> yang sangat indah :<br /><br /><em> Sarvajive sarvasamsthe brhante asmis, hamso bhramyate brahmacakre, prthag atmanam pretitaram ca justas, tatas tenamrtatwam eti.</em><br /><br />Artinya :<em><br /></em>Dalam roda Brahman yang maha besar dan maha luas, didalamnya segala sesuatu hidup dan beristirahat, sang Angsa mengepak-epakkan sayapnya dalam melakukan perjalanan sucinya. Sejauh dia berpikir bahwa dirinya berbeda dengan Sang Maha Penggerak maka ia dalam keadaan tidak abadi. Apabila dia diberkahi oleh Hyang Widhi maka ia mencapai kebahagiaan sejati dan abadi.<br /><span style="text-decoration: underline;"><br /></span>Makna dari sloka upanisad di atas adalah :<br />Sekalipun anda telah melaksanakan disiplin kehidupan suci dan membebaskan atman dari ikatan-ikatan, namun bila anda tidak menyadarkan atman bahwa Brahmanlah atman, maka anda belum mencapai moksa<br /><br /><strong>KESIMPULAN :</strong> Moksa adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati adalah sorga yang sebenarnya. Moksa dapat dicapai dengan upaya yang tekun melaksanakan</span></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-27996491253186121382010-03-01T01:51:00.000-08:002010-03-10T01:03:22.539-08:00Proses Reinkarnasi<div style="color: rgb(0, 102, 0);" align="justify"><span style="font-size:100%;"><strong>HINDU TERBUKTI BENAR-BENAR DATANG DARI TUHAN</strong><br />Oleh : Sri Jahnava Nitai Das<br /><br />Sejauh kita perhatikan dalam sejarah, Hindu Dharma tidak memiliki satu pendiri seperti agama-agama lain. Pustaka-pustaka suci kuno India (Veda) menyatakan bahwa dharma ini sesungguhnya didirikan atau berasal langsung dari Tuhan Sendiri (dharman tu saksad bhagavad pranitam). Dari sudut pandang kitab suci, ‘agama’ atau dharma ini termanifestasi bersamaan dengan setiap kali penciptaan oleh kehendak Tuhan. Setelah penciptaan siklik dari alam semesta yang menjadi tempat kita hidup saat ini, Tuhan Tertinggi yang disebut sebagai Narayana dalam Veda, mengajarkan dharma kepada Brahma, insan pertama di alam semesta. Brahma kemudian mengajarkannya kembali kepada putra-putranya, salah satunya adalah Narada, yang kemudian menyampaikannya lagi kepada Vyasa Mahamuni. Dengan cara inilah dharma yang purba ini diturunkan melalui sebuah rangkaian garis perguruan yang bermula langsung dari Tuhan melalui jutaan tahun yang tak terhitung lamanya.<br />Dengan demikian agama yang bersumber dari Veda ini dikenal sebagai sanatana-dharma, atau agama yang kekal, karena ia melampaui segala konsep ruang dan waktu buatan manusia. Kita tidak boleh bingung antara sanatana dharma dengan keyakinan agama lain yang bersifat sektarian, karena sanatana dharma ini sungguh-sungguh merupakan fungsi yang asli dari sang jivatma, sebagaimana sifat cair tidaklah dapat dipisahkan dari air.<br /></span></div><span style="color: rgb(0, 102, 0);font-size:100%;" ><br /></span><div style="color: rgb(0, 102, 0);" align="justify"><span style="font-size:100%;">Nama atau kata modern Hinduisme atau agama Hindu, merupakan istilah yang baru saja dikembangkan pemakaiannya kira-kira 700 tahun yang lalu oleh penjajah Muslim di India. Ada sebuah sungai yang disebut Shindu, yang salah disebut oleh para penjajah ini sebagai Hindu. Semua orang yang tinggal di seberang sungai itu, tak peduli apapun keyakinannya, disebut oleh mereka orang-orang Hindu. Ajaran-ajaran suci dan nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang ‘Hindu’ ini secara mudah juga mereka sebut agama Hindu, untuk membedakannya dari keyakinan yang mereka anut. Sehingga tentu saja salah apabila kita menyimpulkan bahwa ada kemungkinan kita dapat melacak sejarah awal agama kuno India berdasarkan penggunaan kata ini dalam sejarah. Kita harus mengetahui bahwa dalam kitab-kitab suci ‘Hindu’ yang purba ini tak dapat ditemukan satu kata Hindu pun. Namun kita menemukan kata sanatana-dharma (dharma yang kekal), vaidika-dharma (dharma dari Veda), bhagavata-dharma (dharma yang berasal dari Tuhan), dan sebagainya.<br /><br />Dharma ini senantiasa segar dan abadi. Artinya dia tidak pernah ketinggalan jaman dan ada untuk selamanya. Dijelaskan dalam sastra suci Veda bahwa kapanpun dharma ini melemah atau bahkan lenyap, maka Tuhan Sendiri akan turun membangunnya kembali. Salah satunya adalah ketika Beliau turun sebagai Sri Krishna 5000 tahun yang lalu. Beliau menegakkan kembali dharma dengan memusnahkan berbagai kekuatan jahat dan menyabdakan kembali Bhagavad-gita di tengah medan perang Kuruksetra. “Yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharata abhyutthanam adharmasya tadatmanam srijamy aham,” Kapanpun prinsip-prinsip dharma mengalami kemunduran dan adharma merajalela, pada saat itu Aku (Tuhan) sendiri turun untuk menegakkannya kembali” (Bhagavad Gita 4.7).<br /><br />Dalam sejarah Veda, ada tak terhitung banyaknya orang-orang suci yang datang dan menyebarluaskan ajaran-ajaran rohani yang terkandung dalam Pustaka Suci Veda, tetapi tak satupun dapat disebut sebagai pendiri agama. Masing-masing adalah murid (sishya) dari seorang guru dan masing-masing juga menyampaikan pengetahuan yang sama sebagaimana diajarkan oleh gurunya terdahulu. Inilah sistem Veda, tidak ada pendiri, karena setiap orang pertama-tama dan utamanya adalah seorang murid. Dharma tidak bisa dibuat manusia, diawali oleh manusia, atau bahkan oleh makhluk-makhluk lain yang lebih dari manusia. Dharma dijelaskan sebagai ajaran dan petunjuk langsung dari Tuhan, “dharman tu saksad bhagavad pranitam.” Dharma ini tidak bermula dari makhluk fana apapun (apauruseya).<br /><br />Bagaimana kita bisa yakin bahwa ajaran Hindu yang bersumber pada Veda ini sungguh-sungguh berasal dari Tuhan? Mudah saja, pertama tidak ada yang bisa membuktikan kapan Veda bermula. Veda sanatana, kekal abadi, anadi dan ananta, tiada awal dan akhirnya, karena Veda merupakan sabda-brahma yang memancar (nigama) langsung dari Tuhan Yang Maha Esa, yang juga adalah sanatana, anadi, dan ananta. Kedua, Veda merupakan apauruseya, tidak berasal dari makhluk fana. Tidak satu agamapun yang bisa mengatakan ajaran atau kitab sucinya apauruseya, semua agama lain terbukti memiliki nabi yang mengawali berdirinya agama itu. Ketiga, hanya dalam Veda Tuhan Sendiri berjanji untuk menjaga dharma ini secara langsung. Beliau Sendiri bersedia menyisihkan keagungan-Nya (paratva) untuk turun ke dunia menyelamatkan Veda-dharma. Beliau sungguh-sungguh menunjukkan betapa besar kasih sayang-Nya (vatsalyatva) bagi pengikut Veda. Untuk mereka Beliau menyediakan Diri-Nya untuk mudah didekati (saulabhya) dan dapat bekerja sama dengan mereka menjaga dharma (sausilya).<br /><br />Dalam agama lain, ajaran seperti ini tidak ada. Secara logika (anumana) kita bisa menyimpulkan bahwa tuhan yang dipuja di sana bukanlah Tuhan Sejati, karena tuhan itu tidak mampu turun ke dunia. Apapun alasannya, apabila ada yang tidak bisa dilakukan oleh suatu Ada/Being (vastu), maka pastilah itu bukan Tuhan. Bagaimana mungkin ada tuhan yang tidak mampu melakukan sesuatu? Kemudian andaikata yang dipuja itu adalah Tuhan Sejati yang disebutkan juga dalam Veda, maka Tuhan menganggap selain Vedadharma tidak pantas atau tidak cukup layak mendapatkan perhatian yang besar. Buktinya Beliau tidak bersedia secara langsung turun ke dunia menjaga dharma non-vedik itu.<br /><br />Hanya dari tiga kenyataan ini saja kita sudah mampu melihat bahwa Vedadharma ini memang sungguh-sungguh berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebenarnya lebih mudah membuktikan keabsahan Veda dibandingkan ajaran-ajaran agama bernabi. Siapa bisa menjamin kalau manusia-manusia yang disebut nabi, yang lahir tidak lebih dari beberapa ribu tahun yang lalu itu, memang benar menerima wahyu dari Tuhan? Mereka hanya membawa suatu ajaran yang berasal entah dari mana dan bersifat eksternal (external unknown source). Mereka memaksa suatu masyarakat berubah di bawah ancaman dan hukuman. Berbeda dengan para Maharishi Veda. Para Maharishi menyatakan bahwa mereka hanyalah menyampaikan dharma yang kekal, dharma yang terkandung dalam diri sejati kita. Mereka hanyalah berusaha mengembalikan apa yang sesungguhnya memang milik kita, menyatu dengan jati diri kita yang asli. Para Maharishi tidak datang untuk sekedar menyuruh kita tunduk kepada Tuhan dan diri mereka sebagai utusan-Nya. Beliau-beliau ini hanya menyatakan diri sebagai orang yang lebih dahulu menginsafi Brahman Tertinggi, kemudian mengajak kita untuk turut mengalami sendiri potensi tak terbatas kita dalam berhubungan dengan Brahman. Ajarannya merupakan cara kita melatih diri menginsafi dharma sejati kita. Inilah yang menjadi dasar ajaran rohani yang kini disebut Hindu itu.<br /><br />Sri Jahnava Nitai Das adalah editor Buletin Tattvaprakash dan mengelola forum diskusi sanatana-dharma di internet, dari Bhaktivedanta Ashram and Bhaktivedanta International Charities, Bhadrak, Orissa, India. (Kiriman Dasan R.)</span></div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-90011742964316015262010-03-01T01:49:00.000-08:002010-03-10T01:03:39.339-08:00Hindu Terbukti Benar...<div style="color: rgb(0, 102, 0);" align="justify"><span style="font-size:100%;"><strong>HINDU TERBUKTI BENAR-BENAR DATANG DARI TUHAN</strong><br />Oleh : Sri Jahnava Nitai Das<br /><br />Sejauh kita perhatikan dalam sejarah, Hindu Dharma tidak memiliki satu pendiri seperti agama-agama lain. Pustaka-pustaka suci kuno India (Veda) menyatakan bahwa dharma ini sesungguhnya didirikan atau berasal langsung dari Tuhan Sendiri (dharman tu saksad bhagavad pranitam). Dari sudut pandang kitab suci, ‘agama’ atau dharma ini termanifestasi bersamaan dengan setiap kali penciptaan oleh kehendak Tuhan. Setelah penciptaan siklik dari alam semesta yang menjadi tempat kita hidup saat ini, Tuhan Tertinggi yang disebut sebagai Narayana dalam Veda, mengajarkan dharma kepada Brahma, insan pertama di alam semesta. Brahma kemudian mengajarkannya kembali kepada putra-putranya, salah satunya adalah Narada, yang kemudian menyampaikannya lagi kepada Vyasa Mahamuni. Dengan cara inilah dharma yang purba ini diturunkan melalui sebuah rangkaian garis perguruan yang bermula langsung dari Tuhan melalui jutaan tahun yang tak terhitung lamanya.<br />Dengan demikian agama yang bersumber dari Veda ini dikenal sebagai sanatana-dharma, atau agama yang kekal, karena ia melampaui segala konsep ruang dan waktu buatan manusia. Kita tidak boleh bingung antara sanatana dharma dengan keyakinan agama lain yang bersifat sektarian, karena sanatana dharma ini sungguh-sungguh merupakan fungsi yang asli dari sang jivatma, sebagaimana sifat cair tidaklah dapat dipisahkan dari air.<br /></span></div><span style="color: rgb(0, 102, 0);font-size:100%;" ><br /></span><div style="color: rgb(0, 102, 0);" align="justify"><span style="font-size:100%;">Nama atau kata modern Hinduisme atau agama Hindu, merupakan istilah yang baru saja dikembangkan pemakaiannya kira-kira 700 tahun yang lalu oleh penjajah Muslim di India. Ada sebuah sungai yang disebut Shindu, yang salah disebut oleh para penjajah ini sebagai Hindu. Semua orang yang tinggal di seberang sungai itu, tak peduli apapun keyakinannya, disebut oleh mereka orang-orang Hindu. Ajaran-ajaran suci dan nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang ‘Hindu’ ini secara mudah juga mereka sebut agama Hindu, untuk membedakannya dari keyakinan yang mereka anut. Sehingga tentu saja salah apabila kita menyimpulkan bahwa ada kemungkinan kita dapat melacak sejarah awal agama kuno India berdasarkan penggunaan kata ini dalam sejarah. Kita harus mengetahui bahwa dalam kitab-kitab suci ‘Hindu’ yang purba ini tak dapat ditemukan satu kata Hindu pun. Namun kita menemukan kata sanatana-dharma (dharma yang kekal), vaidika-dharma (dharma dari Veda), bhagavata-dharma (dharma yang berasal dari Tuhan), dan sebagainya.<br /><br />Dharma ini senantiasa segar dan abadi. Artinya dia tidak pernah ketinggalan jaman dan ada untuk selamanya. Dijelaskan dalam sastra suci Veda bahwa kapanpun dharma ini melemah atau bahkan lenyap, maka Tuhan Sendiri akan turun membangunnya kembali. Salah satunya adalah ketika Beliau turun sebagai Sri Krishna 5000 tahun yang lalu. Beliau menegakkan kembali dharma dengan memusnahkan berbagai kekuatan jahat dan menyabdakan kembali Bhagavad-gita di tengah medan perang Kuruksetra. “Yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharata abhyutthanam adharmasya tadatmanam srijamy aham,” Kapanpun prinsip-prinsip dharma mengalami kemunduran dan adharma merajalela, pada saat itu Aku (Tuhan) sendiri turun untuk menegakkannya kembali” (Bhagavad Gita 4.7).<br /><br />Dalam sejarah Veda, ada tak terhitung banyaknya orang-orang suci yang datang dan menyebarluaskan ajaran-ajaran rohani yang terkandung dalam Pustaka Suci Veda, tetapi tak satupun dapat disebut sebagai pendiri agama. Masing-masing adalah murid (sishya) dari seorang guru dan masing-masing juga menyampaikan pengetahuan yang sama sebagaimana diajarkan oleh gurunya terdahulu. Inilah sistem Veda, tidak ada pendiri, karena setiap orang pertama-tama dan utamanya adalah seorang murid. Dharma tidak bisa dibuat manusia, diawali oleh manusia, atau bahkan oleh makhluk-makhluk lain yang lebih dari manusia. Dharma dijelaskan sebagai ajaran dan petunjuk langsung dari Tuhan, “dharman tu saksad bhagavad pranitam.” Dharma ini tidak bermula dari makhluk fana apapun (apauruseya).<br /><br />Bagaimana kita bisa yakin bahwa ajaran Hindu yang bersumber pada Veda ini sungguh-sungguh berasal dari Tuhan? Mudah saja, pertama tidak ada yang bisa membuktikan kapan Veda bermula. Veda sanatana, kekal abadi, anadi dan ananta, tiada awal dan akhirnya, karena Veda merupakan sabda-brahma yang memancar (nigama) langsung dari Tuhan Yang Maha Esa, yang juga adalah sanatana, anadi, dan ananta. Kedua, Veda merupakan apauruseya, tidak berasal dari makhluk fana. Tidak satu agamapun yang bisa mengatakan ajaran atau kitab sucinya apauruseya, semua agama lain terbukti memiliki nabi yang mengawali berdirinya agama itu. Ketiga, hanya dalam Veda Tuhan Sendiri berjanji untuk menjaga dharma ini secara langsung. Beliau Sendiri bersedia menyisihkan keagungan-Nya (paratva) untuk turun ke dunia menyelamatkan Veda-dharma. Beliau sungguh-sungguh menunjukkan betapa besar kasih sayang-Nya (vatsalyatva) bagi pengikut Veda. Untuk mereka Beliau menyediakan Diri-Nya untuk mudah didekati (saulabhya) dan dapat bekerja sama dengan mereka menjaga dharma (sausilya).<br /><br />Dalam agama lain, ajaran seperti ini tidak ada. Secara logika (anumana) kita bisa menyimpulkan bahwa tuhan yang dipuja di sana bukanlah Tuhan Sejati, karena tuhan itu tidak mampu turun ke dunia. Apapun alasannya, apabila ada yang tidak bisa dilakukan oleh suatu Ada/Being (vastu), maka pastilah itu bukan Tuhan. Bagaimana mungkin ada tuhan yang tidak mampu melakukan sesuatu? Kemudian andaikata yang dipuja itu adalah Tuhan Sejati yang disebutkan juga dalam Veda, maka Tuhan menganggap selain Vedadharma tidak pantas atau tidak cukup layak mendapatkan perhatian yang besar. Buktinya Beliau tidak bersedia secara langsung turun ke dunia menjaga dharma non-vedik itu.<br /><br />Hanya dari tiga kenyataan ini saja kita sudah mampu melihat bahwa Vedadharma ini memang sungguh-sungguh berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebenarnya lebih mudah membuktikan keabsahan Veda dibandingkan ajaran-ajaran agama bernabi. Siapa bisa menjamin kalau manusia-manusia yang disebut nabi, yang lahir tidak lebih dari beberapa ribu tahun yang lalu itu, memang benar menerima wahyu dari Tuhan? Mereka hanya membawa suatu ajaran yang berasal entah dari mana dan bersifat eksternal (external unknown source). Mereka memaksa suatu masyarakat berubah di bawah ancaman dan hukuman. Berbeda dengan para Maharishi Veda. Para Maharishi menyatakan bahwa mereka hanyalah menyampaikan dharma yang kekal, dharma yang terkandung dalam diri sejati kita. Mereka hanyalah berusaha mengembalikan apa yang sesungguhnya memang milik kita, menyatu dengan jati diri kita yang asli. Para Maharishi tidak datang untuk sekedar menyuruh kita tunduk kepada Tuhan dan diri mereka sebagai utusan-Nya. Beliau-beliau ini hanya menyatakan diri sebagai orang yang lebih dahulu menginsafi Brahman Tertinggi, kemudian mengajak kita untuk turut mengalami sendiri potensi tak terbatas kita dalam berhubungan dengan Brahman. Ajarannya merupakan cara kita melatih diri menginsafi dharma sejati kita. Inilah yang menjadi dasar ajaran rohani yang kini disebut Hindu itu.<br /><br />Sri Jahnava Nitai Das adalah editor Buletin Tattvaprakash dan mengelola forum diskusi sanatana-dharma di internet, dari Bhaktivedanta Ashram and Bhaktivedanta International Charities, Bhadrak, Orissa, India. (Kiriman Dasan R.)</span></div>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-41533435858133735232010-03-01T01:47:00.000-08:002010-03-10T01:03:53.809-08:00Kebenaran Reinkarnasi....<span style="color: rgb(0, 102, 0);font-size:100%;" ><span class="teks"><p class="mininav" align="justify">Kalau kita tidak mendalami konsep Atman dan<a href="http://www.hindubatam.com/old/kharmapala.html"><strong> </strong></a><strong>hukum karma (karma pala)</strong>, maka reinkarnasi sebagai suatu kepercayaan adanya kelahiran yang berulang-ulang dalam agama Hindu agak meragukan, sebab kenyataan yang kita lihat adalah manusia lahir hanya sekali dalam hidupnya. Setelah kita mendalami konsep Atman dan hukum karma(karma pala ) baru kita jelas bahwa reinkarnasi merupakan kelahiran yang berulang-ulang dengan melalui Triloka yaitu Bhur, Bvah, Svah. Reinkarnasi dapat dibuktikan dalam kehidupan umat Hindu dalam melakukan upacara maupun kehidupan sebagai berikut.</p> <blockquote class="mininav"> <p align="justify">1. Umat Hindu di samping percaya adanya <strong>Panca Srada</strong> sebagai Tatwa atau filsafat agama Hindu juga melakukan ritual yaitu upacara keagamaan. Dalam upacara pemujaan umat Hindu percaya adanya Panca Yadnya yang terdiri dari Dewa Yadnya yaitu pemujaan kepada Hyang Whidi Wasa, Pitra Yadnya pemujaan kepada leluhur, Resi Yadnya pemujaan kepada para resi atau pandita, Buta Yadnya pemujaan kepada sekalian makhluk hidup, dan terakhir Manusa Yadnya pemujaan terhadap keselamatan umat manusia. Dengan kita percaya adanya Pitra Yadnya yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, artinya kita percaya leluhur kita itu masih hidup di dunia yang halus (lain loka) dan nanti akan lahir kembali dengan badan lain.<br /><br />2. Umat Hindu dalam melaksanakan ajaran-ajarannya juga melakukan dana punia seperti orang menabung, karena kita percaya bahwa perbuatan ini akan membawa kebahagiaan setelah meninggal. Kalau manusia sudah meninggal bukan berarti Atman sudah tiada, ini berarti ada kehidupan lain setelah meninggal yaitu kehidupan di lain loka. Setelah hidup di lain loka, tabungan tadi yang disimpan selama hidup di dunia dapat dinikmati yaitu karma-karma yang baik.<br />3. Dalam mengarungi kehidupan ini umat Hindu berusaha menjalankan kehidupan dengan menegakkan dharma, sebab dengan hidup selalu berlandaskan dharma akan mengurangi dosa-dosa yang pernah dibuat sebelum kehidupan saat ini. Dengan selalu berbuat baik kepada sesamanya, dengan harapan dalam kehidupan di loka yang lain akan lebih baik.<br /><br />4. Manusia pada umumnya selalu takut datangnya kematian, manusia dengan segala cara selalu menjaga kesehatannya dengan harapan proses kematian jangan terlalu cepat sehingga dapat lama menikmati kehidupan ini. Rasa takut manusia menghadapi kematian adalah suatu pertanda bahwa sudah banyak penderitaan yang lain pada saat matinya dalam kehidupan yang sudah sudah.<br /><br />5. Bayi yang baru lahir biasanya setelah beberapa hari tanpa diajari sudah dapat menetek susu ibunya, kesediaan si bayi yang sejak baru lahir untuk menetek susu ibunya menandakan suatu pengalaman yang pernah dialami pada kehidupannya yang sudah sudah.<br /><br />6. Kenyataannya bahwa lahir sebagai manusia berbagai kegemaran yang disebut hobi dan sampai saat ini tidak dapat diteliti sebab-sebab dari kegemaran tersebut dalam kelahiran sekarang ini, maka ini menunjukkan adanya pengalaman-pengalaman di dalam kehidupannya yang sudah-sudah yang tidak dapat diingatkan lagi sebagai sumbernya.<br /><br />7. Bayi yang baru lahir menangis , ini menandakan bahwa bayi tersebut sudah tahu bahwa hidup sebagai manusia banyak penderitaannya akibat dari dosa-dosanya, maka ini menunjukan adanya pengalaman di dalam kehidupannya terdahulu sebelum lahir sebagai manusia.</p> </blockquote> <p class="mininav" align="justify">Pada kali yuga ini orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta dengan menggunakan segala cara, yang kadang tidak disadari oleh mereka bahwa sudah jauh menyimpang dari rel etika kehidupan ini. Norma-norma, kaidah agama terlupakan, mereka sudah larut dengan kenikmatan yang sifatnya sementara tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkan pada kehidupan berikutnya Bagaimana mengantisipasi situasi yang tidak menentu akhir-akhir ini, di mana umat Hindu dihadapkan dengan beberapa masalah yang cukup rumit? Mungkin yang terbaik dilakukan oleh umat Hindu sesuai dengan ajaran Weda adalah dengan melakukan Mona Brata yaitu salah satu Brata yang terdapat dalam Dasa Niyama Brata. Mona yaitu suatu sifat pengendalian kata-kata, dan tidak berkata-kata pada waktu tertentu, perkataan harus dikendalikan sebab perkataan sangat besar artinya dalam kehidupan, bahagia(suka) atau sengsara (duka) kehidupan tergantung oleh perkataan seperti yang dinyatakan dalam Nitisastra sebagai berikut:</p></span></span>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-56185729388374917012010-03-01T01:33:00.000-08:002010-03-10T01:04:26.498-08:00Tuhan Tidak Tuli,Tidak Perlu Berteriak....<div style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tagged in: <a href="http://www.cyberdharma.net/v2/index.php/jejak/tags/Jejak-Jari/">Jejak Jari</a></span></div> <!-- Post Teaser Text --> <p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Saat remaja adalah saat dimana banyak perubahan terjadi pada hidup manusia, saat itu juga ada perasaan berbeda saat menatap atau memandang seorang wanita sebaya. Banyak orang berkata itu cinta monyet, meskipun yang menjadi objek bukanlah monyet. Perubahan berikutnya adalah kemampuan untuk merayu dan mendekati wanita yang didamba, meskipun pemula namun tidak kalah jauh dibanding yang sudah senior dibidang ini, pacaran.</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Diusia tersebut memang egoisme seorang remaja terlihat kental, dimana sifat kebanggaan dan heroik memuncak. Segalanya mesti yang terbaik, termasuk dalam hal memilih pacar. Lebih dari duapuluh persyaratan yang muncul dikepala saat menentukan gadis yang menjadi pujaan, seperti pintar agar jangan di tertawain punya pacar oon; cantik agar tidak malu saat dipamerkan ke teman-teman; putih-tinggi agar teman-teman terkagum-kagum dan mengakui dasyatnya rayuan yang digunakan; tajir agar uang jajan dihemat dan bisa jadi modal untuk mendapatkan gadis berikutnya; dan seterusnya dan seterusnya....</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Demikian pula saat masuk bangku kuliah, meskipun kematangan mulai terlihat termausk dalam hal mendekati lawan jenis. Sifat sok OK masih terlihat diusia ini, sehingga sudut mata masih piawai melirik yang bening-bening meskipun sedang bergandengan dengan yang telah berhasil ditaklukkan. Bukan karena tidakkurang penggemar, kriteria dan persyaratan mulai dikurangi, namun tidak kurang dari sepuluh.</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Saat didunia kerja, kedewasaan pun mulai mengalahkan egoisme remaja, sudah belajar serius, juga termasuk dalam hal pasangan. Keseriusan pun ditandai dengan menyingggung masalah hal yang lebih serius, menikah. Gonta-ganti pasangan pun tidak terelakkan karena mencari yang terbaik meskipun jumlah kriteria dan persyaratan dikisaran angka sepuluh. Kebimbangan dalam menemukan yang sempurna berlanjut dengan bertubi-tubi pengajuan permintaan disetiap doa, namun yang sempurna seperti bersembunyi di dunia antah berantah di negeri hayalan. Permintaan dalam doa pun semakin keras terdengar, tapi Tuhan seperti tuli dan tak mau peduli. Akhirnya yang cukup baik dari yang ada menjadi pilihan sambil lebih keras lagi berteriak meminta yang sempurna. Lelah berteriak, akhirnya menenggelamkan dikesibukan kerja dan memelihara apa yang didapat.</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Beberapa tahun berikutnya, si cantik yang sebenarnya jauh dari kriteria yang diinginkan pun pergi meninggalkan luka. Teriakan permintaan dalam doa pun semakin keras, Tuhan selain tidak mendengar meskipun sudah berteriak dengan keras juga menarik pemberiannya yang jauh dari kriteria, ini tidak adil.</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Kemana harus menggugat, tidak ada perwakilan Tuhan yang bisa di demo dan dimintai pertanggung-jawaban. Tuhan tuli dan kejam. Usiapun tidak mau kompromi, beberapa tahun lagi usia akan kepala tiga. Biskikan rekan-rekan pun semakin memperlemah hati yang masih terluka. <em>Jika menikah diusia 30 tahun, maka saat anak baru berusia 20tahun maka usia ayahnya sudah 50 tahun, usia yang sudah tidak produktif disaat anak belum bisa dilepas untuk mandiri</em>. Bagaimana jika hingga usia lebih dari 30 tahun bahkan hingga 40 tahun belum muncul wanita sempurna itu?</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Saya jadi merenung sejenak, memikirkan spesifikasi yang menjadi dasar memilih Wanita. Saat ku ingin yang cantik, ku pikir aku juga nggak gateng-ganteng amat; saat ku ingin yang pintar, aku juga nggak smart-smart amat; ketika ku cari yang setia, aku punya banyak beberapa koleksi; saat ku minta yang kaya, ternyata aku cuma karyawan biasa; saat ku pinta yang agamis, ternyata trisandya ku masih bolong-bolong bahkan pernah tak ku lakukan sekalipun dalam sehari.</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Ya Tuhan, mohon kemurahan hatimu. Ku turunkan semua spesifikasi yang telah ku tetapkan, bahkan siapa saja wanita yang datang dan mau ku nikahi, dialah wanita yang sempurna itu. Namun mohon beri kebanggaan pada ibuku akan pesannya: <em>meskipun kamu sekarang lebih pandai dari bapak dan ibumu, mohon jangan telanjangi kami akan kebodohan, semua kekurangan dan kegagalan kami mendidik anak, tetaplah Hindu dan nyawa kami berikan jika kamu mau.</em></span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Beberapa minggu berikutnya datanglah seorang wanita menyatakan cintanya, ini luar biasa padahal doaku sudah tidak berteriak. Seorang wanita dengan wajah yang ayu, bertubuh cukup tinggi, berbody bak gitar spanyol, memiliki pendidikan yang tinggi (sedang menyelesaikan pasca sarjana), rajin beribadah, berkemampuan komunikasi yang baik dan beragama yang sama denganku, Hindu. Ini sempurna, jauh lebih baik dari yang ku tetapkan.</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Terimakasih ya Tuhan, mohon jangan jadikan ini sebagai mimpi. Darinya ku inginkan suputra yang pandai berterimakasih dan bersyukur kepada Mu, tidak seperti bapaknya yang hanya bisa meminta bak pengemis dan berteriak bak preman pasar serta melirik bak tukang kebun bermata rabun yang selalu melihat rumput tetangga lebih hijau.</span></p><p style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Ternyata bersyukur akan apa yang dimiliki adalah hal yang begitu indah dan mendatangkan hal lain yang luar biasa sebagai bonusnya. Satu lagi, ternyata Tuhan tidak tuli, tidak perlu berteriak untuk berterima kasih dan bersyukur. Tuhan pun lebih kasih dari yang dibayangkan, sehingga tidak perlu meminta dan meminta disetiap doa, namun hanya perlu berterimakasih dan bersykur atas anugrahnya serta menjalankan dharma dalam keseharian</span></p>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-60393538529319423622010-03-01T01:27:00.000-08:002010-03-10T01:05:00.083-08:00Masih Hindu,kampungan banget!!!!<div style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tagged in: <a href="http://www.cyberdharma.net/v2/index.php/jejak/tags/Jejak-Lamunan/">Jejak Lamunan</a></span></div> <!-- Post Teaser Text --><span style="color: rgb(0, 102, 0);font-size:100%;" > "Wah, indah sekali ya mbah. Udaranya sejuk, pemandangannya juga elok sekali", terdengar suara seorang gadis belia setengah berteriak girang. "Iya, disinilah kami setiap hari bekerja setelah emakmu mulai masuk SMP. Hyang Widhi memberikan banyak anugrah ditegalan ini. Dari tegalan ini kami bisa hidup dari bertanam palawija, memandangi lincahnya emak dan pak de mu bermain serta menikmati lukisan yang begitu indah berupa candi Prambanan yang tak pernah goyah oleh zaman" sahut seorang wanita renta yang sudah sedikit bungkuk sambil menggendong bakul. "Memangnya sebelum mama SMP, mbah dan mbah kakung kerja apa?", tanaya gadis belia lagi. Seorang laki-laku tua pun menghentikan langkahnya seraya meletakkan cangkul dari pundaknya setelah mendapat pertanyaan dari si gadis. "Begini nduk, mbah mu kan kesemsem sama mbah kakung saat kami manggung diacara kawinan anak kepala desa diselatan Prambanan. Mbah kakung dulu tanpan dan pandai menari, seperti ini neng nong neng gung, gung neng nong neng gung...." jawab pria tua yang dipanggil mbah kakung sambil menari kecil yang serta merta disambut tawa kecil gadis belia dan nenek renta. "Iya Nduk, sejak seumuranmu kami keluar masuk desa sebagai penari. Tapi semakin hari semakin berkurang yang nanggap kami untuk menari, akhirnya kami memutuskan untuk berkebun palawija saja" sambung nenek tua sambil melihat kelangit Prambanan seakan mengingat masa lalunya.<br /><br />"Coba lihat kearah Prambanan, Nduk. Prambanan merupakan satu-satunya peninggalan leluhur kita yang tidak ikut-ikutan zaman sekarang, banyak masyarakat sekitar yang dulunya Hindu sekarang sudah tidak lagi Hindu. Meskipun sudah banyak kehilangan umat, namun Candi Prambanan tetap Hindu. Jika dulu candi itu ramai oleh umat yang berdoa, kini candi itu ramai oleh pelancong untuk menikmati keindahannya. Banyak sekali para pelancong yang kagum akan keagungan candi Prambanan, meskipun umat kita sendiri mulai luntur kekaguman pada peninggalan leluhur. Setiap menjelang tahun baru saka, candi Prambanan banyak kedatangan umat, banyak yang dari Bali" tutur kakek renta sambil duduk bersandar dipohon nangka. Si Gadis belia yang berkulit putuh bersih memandang kearah yang ditunjuk sang kakek sambil coba memahami cerita yang didengarnya. "Apa yang dilakukan saat tahun baru saka di Pramabanan?" tanya gadis belia sambil merapihkan rambut lurusnya yang berwarna kecoklatan yang terhembus angin. Sang kakek menarik nafas dan menghembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan cucunya. "Tahun baru saka itu tahun barunya Hindu, tahun baru saka merupakan satu-satu tahun baru yang disambut tidak dengan kemeriahan, melainkan dengan keprihatinan. Di tahun baru saka yang zaman sekarang disebut hari raya nyepi, umat justru tidak bepergian, menghentikan kerja, tidak menyalakan api, hanya berdoa dan mengingat perilaku buruk untuk tidak mengulanginya. Sebelum emakmu ke kota, ia dan pak de serta mbah dan mbah kakung selalu berdoa semalaman di Prambanan saat tahun baru saka".<br /><br />"Emakmu tidak mau lagi berdoa ke Prambanan sejak ia ke kota, tepatnya setelah ia menikah dengan bapakmu. Kami sangat sedih, karena leluhur akan marah karena keturunannya meninggalkan Hindu. Tetapi karena emakmu memaksa, kami tidak bisa mencegahnya" sambung wanita tua sambil menyeka air yang menetes dari kelopak matanya yang keriput. "Mengapa mbah begitu sedihnya pada mama dan papa, bukannya mbah dan mbah kakung harusnya bersyukur karena mama sekarang hidup berkecukupan, punya rumah besar dan punya mobil?" tanya sang gadis setengah berbisik sambil memeluk wanita tua. "Sampai kapan pun kami bangga pada emakmu sekaligus kami kecewa padanya dan pada kemampuan kami meneruskan pesan leluhur. Kami kecewa padanya, karena ia tidak lagi Hindu dan memaksa kami untuk masuk agama bapakmu sebagai syarat menjadi wali saat emakmu menikah, Kami juga kecewa karena ia telah merubah namanya agar bisa jadi artis, padahal nama itu pemberian buyut mu. Nama asli emakmu adalah Sumiyem dan pak de mu bernama Sarmijan". Sejak itu kami tidak pernah melewatkan berdoa dan minta ampun pada leluhur di Prambanan saat tahun baru saka, karena kami gagal mendidik emakmu sehingga emakmu meninggalkan agama leluhur" sahut perempuan tua lirih.<br /><br />"Apakah perselisihan mama dan mbah penyebab mama dan papa melarang Ayu berlibur kesini dan ke Bali?" tanya gadis belia yang dipanggil Ayu dengan nada sedih. "Iya nduk, emakmu takut kamu dan mas mu kembali ke Hindu. Emang mu mungkin keberatan karena kalau kamu atau mas mu ke Hindu, kalian tidak bisa jadi artis dan akan jatuh miskin seperti kami. Begitu pun dengan Bali" sahut laki-laki tua ketus sambil memukul-mukulkan cangkulnya ke akar pohon nangka". "Betul nduk, selain bangga dan kecewa, kami juga merasa khawatir dengan keluarga kalian di kota, kami yakin leluhur marah. Itu terbukti dengan mas mu yang sekarang masuk penjara karena menjual obat terlarang" sambung nenek tua sambil terisak. "Mbah...., Mas Farel ditangkap polisi karena melanggar hukum, bukan karena leluhur marah. Lagian sekarang zaman sudah modern, sudah tidak zamannya percaya dengan yang begitu-begitu, sudah tidak zamannya menyembah patung. Zamam kerajaan sih orang jawa beragama Hindu, makanya miskin dan dijajah. Sekarang banyak orang jawa yang kaya raya, itu karena mereka berkerja dan ikut perkembangan zaman dan tidak percaya mitos, leluhur, menyembah patung" hardik Ayu dengan lantang.<br /><br />Suara Ayu yang cukup lantang membuat terkejut kakek-neneknya. Sang nenek menunduk sambil mengusap dada peotnya, sedangkan sang kakek menerawang ke langit lalu memandangi candi Prambanan yang dihiasi awan memutih sedikit mendung. Ia meletakkan cangkul dikiri pohon nangka, lalu mengatur kakinya bersila. "Ya Gusti, Maafkanlah cucuku, maafkanlah kami. Kamilah yang bersalah karena tidak bisa meneruskan ajaran suciMu, hukumlah kami, jangan anak dan cucu kami". Suasanapun menjadi hening, semua menunduk. Sang kakek menghela nafas dalam-dalam, kemudia berkatan "Nduk, kami selalu berdoa agar tercapai apa yang kamu cita-citakan. Dan, biarkan pak de mu tetap Hindu meskipun miskin, serta biarkanlah kami Hindu hingga kami mati. Kami sangat bangga diberi kesempatan berdoa di tahun baru saka, meskipun kami tidak diberikan kemewahan seperti orang kota. Teruskan cita-citamu nduk, mungkin benar bawah Hindu menghambat kamu jadi artis, seperti emakmu". </span>FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6719132667328140472.post-32120878720111317882010-03-01T01:24:00.000-08:002010-03-10T01:05:16.673-08:00Saya dan Teroris di Indonesia<div style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="font-size:100%;">Tagged in: <a href="http://www.cyberdharma.net/v2/index.php/jejak/tags/Jejak-Lamunan/">Jejak Lamunan</a></span></div> <!-- Post Teaser Text --><span style="color: rgb(0, 102, 0);font-size:100%;" > Bagai terjaga dari tidur lelap, Indonesia kembali diguncang serangan bom bunuh diri yang kembali menelan korban jiwa. Jeda antara satu peristiwa memilukan tahun 2005 dengan kejadian 2009 terbilang cukup lama, hingga seakan sudah tidak ada lagi peristiwa buram tersebut. Lihat pengamanan diberbagai objek dan pusat keramaian yang terlihat ala kadarnya kini berubah sembilan puluh persen, sangat ketat. Entah berapa lama mereka akan melakukan itu, biasanya tidak lama, dalam beberapa bulan kedepan akan kembali ke kondisi awal, sistem pengamanan sekedarnya.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Peristiwa meledaknya bom yang kembali terjadi di kawasan kuningan Jakarta kembali dikaitkan dengan agama tertentu. Entah itu merupakan isapan jempol, namun waspada merupakan tindakkan yang paling bijak, bukan saja karena kabar akan betapa piawainya orang dibalik peristiwa-peristiwa tersebut merekrut pelaku-pelaku baru namun kewaspadaan juga hal penting karena korban tidak pilih asal dan latar belakang. Jika dilihat dari sisi korban, mungkin nasib saya sama saja dengan yang lain, bisa saja jadi korban, namun saya mungkin lebih beruntung di sisi lain, bahwa perekrutan dilakukan dengan pendekatan agama tertentu, dan agama itu bukan Hindu. Namun dengan kepiawaian sang tukang rekrut, mungkin saja seorang Hindu di doktrin untuk masuk agama tertentu dan diberi tugas melakukan pemboman. Para orang tua Hindu mungkin perlu waspada dan meningkatkan intensitas penanaman pemahaman Hindu dalam jiwa putra-putrinya sehingga tidak mudah diperalat.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Selain dikaitkan dengan agama tertentu, sang teroris juga di kaitkan dengan entitas negara tetangga. Ya, seorang tokoh yang paling dicari polisi adalah warga negara tetangga. Dan, pertanyaan klasik pun kembali akan muncul, kenapa di Indonesia? Apakah dinegara asalnya sudah tidak ada yang bisa dijadikan korban? Sulit menjawabnya. Dengan nada bercanda mungkin bisa dijawab bahwa Indonesia adalah negara yang amat sangat lebah dan tidak ada artinya dibanding negara lain. Betapa tidak, seorang warga negara saja sudah mampu memporak-porandakan Indonesia, bagai mana kalau negara tersebut ingin menguasai Indonesia, tentu dengan mudahnya.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Berkali-kali juga muncul rumor bahwa bom di Indonesia dalam rangka kebencian kelompok tertentu dengan Amerika. Nah, kalau memang demikian, kenapa bom tidak dilakukan di Amerika saja, bukankan akan langsung mengena pada sasaran. Apa karena mereka hanya sekumpulan cacing busuk yang hanya berani beraksi di Indonesia atau hanya memanfaatkan kelemahan dan mudahnya orang Indonesia diperalat? Ini juga pertanyaan yang tak mudah untuk dijawab, apalagi warga biasa seperti saya. Pasrah mungkin hal yang bisa saya lakukan, mengingat bom kerap terjadi dilingkungan minoritas negeri ini, seperti Bali. Apakah ini merupakan dorongan untuk musnahnya Hindu Nusantara jilid kedua? Ahh, mungkin saya berfikir terlalu jauh.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Belakangan muncul gosip bahwa salah seorang pelaku bom bersuai belasan tahun, jika ini benar hal tersebut sangat memperihatinkan. Jika ia seorang Hindu, patut di pertanyakan pendidikan dan moralitas Hindu keluarga mereka, jangan-jangan ayah-ibunya hanya melahirkan dan memberi uang. Sulit percaya memang, seseorang bersedia menjemput kematiannya untuk tujuan tertentu serta mengajak serta orang lain dalam kematian militansinya, namun itulah kenyataan. Sekali lagi butuh perhatian dan kesadaran kemanusiaan, bahwa salah seorang anggota keluarga melakukan hal yang lebih kejam dari binatang.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Beberapa hari setelah peristiwa bom, di televisi muncul banyak analisis, salah satunya analisis bawa berbagai peristiwa pemboman merupakan skenario yang disusun oleh kelompok tertentu. Mungkin ini sulit dipercaya, tapi mungkin patut untuk di cermati. Dibalik banyaknya kesuksesan polisi Indonesia mengungkap berbagai pelaku kriminal, salah seorang tokoh terosris asal negeri serumpun Indonesia tak jua tertangkap. Entah karena sang tokoh begitu pandainya atau aparat Indonesia belum memiliki kemampuan yang cukup untuk menangkap dalam waktu yang pendek. Jika dikaitkan dengan adanya skenario, bisa saja tokoh tersebut merupakan dongeng belaka, sehingga tidak mungkin akan tertangkap mengkipun di intai ratusan tahun. Namun jika dilihat dari kekuatan dan kemampuan aparat Indonesia dalam menyelesaikan berbagai peristiwa sangat sulit bisa difahami bahwa teroris bisa beroperasi di Indonesia, namun kenyataannya ledakan bom masih saja terjadi. Inipun sulit difahami orang bodong seperti saya, sinetron masih terlalu panjang.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />'Terimakasih Ibu atas rahimmu yang memberi kehidupan Hindu, doamu ku harapkan setiap langkahku agar terhindar dari mereka. 'kan ku teruskan ke cucumu kelak, agar ia pun terhindar dari peristiwa kejam itu'</span><!-- Post Footer -->FERY HANDOKOhttp://www.blogger.com/profile/14147122033052934724noreply@blogger.com0