About The Author

This is a sample info about the author. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis.

Get The Latest News

Sign up to receive latest news

Rabu, 10 Maret 2010

| 0 komentar |

Politik Pencitraan...

by:ngarayana

Politik Pencitraan

“Siapa yang menguasai media, dialah yang keluar sebagai pemenang”. Pernyataan ini sudah sangat sering kita dengar pada abad 21 ini. Semua perusahaan yang bergerak baik dalam bidang sandang, papan dan pangan rela mengeluarkan budget milyaran rupiah hanya demi sebuah iklan produk di layar kaca, media cetak dan juga internet. Tidak jarang iklan-iklan tersebut digambarkan melebihi mutu produk yang sesungguhnya dan menggambarkan produk saingannya lebih rendah dari produknya. Orang terkenal dan para artis top dibayar mahal agar tampil sebagai jargon produknya meskipun sesungguhnya orang-orang tersebut hampir tidak pernah menggunakan produk yang dibintanginya. Pada akhirnya konsumen yang tidak jelilah yang pada akhirnya menanggung rugi akibat termakan iklan.

Pencitraan seorang tokoh politik juga tidak lepas dari “iklan”. Meskipun seorang tokoh tidak memiliki kualifikasi memadai dan memiliki background yang buruk, tetapi jika media mendukungnya dan mencitrakannya sebagai sosok yang superior, maka rakyat akan percaya bahwa dia adalah tokoh politik yang diidam-idamkan rakyat banyak.

Celakanya, Agama yang pada dasarnya juga merupakan produk imajiner ternyata juga diperlakukan sebagaimana halnya produk dan tokoh. Masyarakat dunia berkoar-koar bahwa agama adalah hak azasi manusia yang tidak dapat diinterferensi orang lain, bahkan orang tua dan pasangannya sendiri. Namun dibalik itu semua, penguasa media masa dan didukung oleh pemerintah secara tersembunyi dan terstruktur ternyata sudah menyiapkan “politik pencitraan” untuk kepentingan agama tertentu dan melakukan pendeskriditan terhadap agama-agama dan kepercayaan yang lainnya.

Dalam artikel-artikel sebelumnya saya sudah menuliskan beberapa fakta menarik dimana banyak tempat suci Hindu (candi) di Nusantara dijadikan kuburan, penterjemahan kitab suci Veda secara tidak tepat yang dilakukan oleh para Indologis dan bahkan terjemahan keliru tersebut dituliskan dalam kata pengantar beberapa kitab Al-Qur’an dan Al-kitab. Para kaum misionaris dan dakwah inipun bahkan tidak segan-segannya melakukan distorsi ajaran Hindu yang dilakukan secara “soft” dan juga “hard”.

Dari serat dharmo gandul dan sabdo palon kita dapat mengetahui bahwa masuknya Islam ke Nusantara pada awalnya dilakukan dengan cara damai, yaitu dengan jalan perdagangan dan perkawinan. Majapahit dibawah pemerintahan raja Brawijaya V menerima para pedangan Muslim dengan tangan terbuka, bahkan beliau mengijinkan para pedagang tersebut mendirikan pemukiman dan menyebarkan ajaran Islam di wilayahnya. Beliau juga bersedia mempersunting seorang istri yang tetap Muslim meskipun beliau sendiri tidak bersedia pindah menjadi muslim, bahkan beliau juga tidak berkeberatan jika anak-anaknya dari istrinya yang muslim dididik secara Islam. Lebih lanjut berdasarkan serat ini dikatakan bahwa setelah anak Brawijaya V dari istrinya yang muslim, Raden Patah beranjak dewasa. Raden Patah atas asutan Sunan Kalijaga secara terang-terangan melakukan kudeta terhadap ayahnya sendiri sehingga menyebabkan kerajaan Majapahit yang sangat besar hancur.

Fragmen sejarah berikutnya mengisahkan bahwa Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan media dakwah berupa wayang kulit dengan lakon Mahabharata dan Ramayana yang telah dimodifikasi. Dalam lakon Mahabharata, Sunan Kalijaga mengatakan bahwa Panca Pandawa menjadi sakti mandraguna dan tidak terkalahkan berkat senjata keramat yang mereka miliki, yaitu senjata “kalimosodo”. Kalimat “Kalimosodo” ini lebih lanjut dipelintir oleh Sunan Kalijaga menjadi “kalimat Syahadat” (Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluh) yaitu kalimat yang pada intinya mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah dan mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini harus diucapkan sebanyak tiga kali oleh mereka yang akan masuk islam. Masalahnya, Sejarah mahabharata terjadi sekitar tahun 3000-an SM dan Muhammad baru hadir 1500-an tahun yang lalu. Bagaimana mungkin panca pandawa menggunakan jargon “kalimosodo” yang memuji Nabi Muhammad? Jika kita teliti kitab suci Mahabharata, kita tidak akan pernah menemukan kata “kalimosodo” di dalamnya.

Dari dua penggalan kisah ini, mungkin anda akan bertanya; Apakah boleh seorang anak menyerang ayahnya sendiri meskipun dia beda agama? Tidakkah ini tindakan durhaka menurut ajaran islam? Bolehkan menyebarkan agama dengan cara memodifikasi ajaran agama yang lain sebagaimana dilakukan oleh Sunan Kalijaga?

Jika memang benar Raden Fatah menyerang ayahnya, Brawijaya V dan Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran Islam dengan cara memodifikasi kitab Mahabharata, bukankah hal itu dapat digolongkan sebagai “politik busuk” dalam penyebaran agama?

Proses islamisasi di Nusantara pada dasarnya tidak sertamerta selesai meskipun seluruh kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara runtuh. Bahkan sebagaimana disampaikan oleh beberapa tokoh dakwah islam di beberapa media mengindikasikan bahwa islamisasi belum rampung bahkan sampai pada era kemerdekaan RI. Mungkin hal ini disebabkan karena Agama Hindu dan Buddha di Nusantara sudah mengakar sangat kuat dan ditambah lagi dengan datangnya para penjajah Portugis, Belanda dan Inggris yang diboncengi para misionaris Kristen. Sehingga mau tidak mau para kaum dakwah harus bekerja ekstra keras di bumi nusantara ini.

Penemuan candi-candi yang berubah fungsi menjadi kuburan meninggalkan tanda-tanya besar di kalangan para arkeolog Indonesia. Politik pencitraan yang berlangsung selama berabad-abad telah menghasilkan semacam konspirasi yang menghasilkan pencitraan bahwa Islam di nusantara disebarkan secara damai dan masyarakat meninggalkan agama aslinya atas kesadarannya sendiri setelah mengetahui bahwa agamanya lebih buruk. Sebagaimana dalam comment seorang saudara muslim dalam artikel saya sebelumnya yang bersikeras menyatakan bahwa Islam memang disebarkan secara damai. Tetapi, diapun tidak dapat memecahkan misteri kenapa banyak candi yang berubah menjadi kuburan.

Okay-lah, terlepas dari kontroversi ini kita ikuti dulu alur yang menyatakan bahwa Islam disebarkan secara damai, tanpa pemaksaan dan peyiksaan fisik. Namun, para ahli juga tidak dapat menepis kebenaran dimana sunan Kalijaga dan beberapa tokoh dakwah lainnya menyebarkan agama dengan cara memodifikasi ajaran agama Hindu dan Buddha. Artinya penyebaran Islam di nusantara tidak lepas dari politik dan pendeskriditan.

Setelah media masa dan media elektronik berkembang pesat, tidaklah sulit untuk menemukan film atau sinetron yang mengambarkan dimana tokoh-tokoh yang bersorban, menggunakan tasbih, berpakaian kearab-araban dan sejenisnya digambarkan sebagai tokoh protagonis (tokoh yang baik) dan mereka yang menggunakan pakaian adat nusantara, menyelipkan keris di pinggangnya, menggunakan sarana menyan/dupa/hio, air dan bunga dalam sembahyang/ritualnya digambarkan sebagai tokoh antagonis (tokoh jahat). Hampir tidak ada satupun sinetron yang melibatkan dua tokoh berbeda tersebut meletakkan tokoh yang menggunakan pakaian adat dengan keris dan sarana ritual tradisional nusantara sebagai tokoh protagonis dan meletakkan mereka yang berpakaian arab sebagai tokoh antagonis.

Keris, batik dan wayang adalah tiga budaya nusantara yang diakui oleh PBB sebagai kekalayaan intelektual non-situs dan dikagumi oleh seluruh dunia. Namun ironisnya, akibat pencitraan buruk media masa, Keris selalu diidentikkan dengan klenik dan tindakan menyekutukan Tuhan. Wayang dipandang oleh sebagian orang sebagai berhala. Sangat jarang media yang dapat memberikan pencitraan positif terhadap ketiga kekayaan intelektual ini. Namun disaat kekayaan intelektual ini disababotase dan diagungkan oleh bangsa lain, barulah bangsa kita berteriak keras dan mencak-mencak bahwa itu adalah budayanya.

Penghancuran terstruktur budaya nusantara berlangsung secara berlahan tetapi pasti. Dan media masa-lah yang paling berperan dalam hal ini. Mereka yang menguasai media masa dan memiliki akses terhadap politik pencitraan akan berkuasa, tetapi mereka yang menutup mata akan hal ini sudah pasti akan mati terhimpit. Oleh karena itu, Umat Hindu yang selama ini selalu dijadikan objek pencitraan buruk harus segera menyadari hal ini dan berusaha mengimbangi dan/atau mematahkan politik busuk ini. Mari kita luruskan sejarah dan tegakkan dharma melalui sumbangsih kita sesuai dengan profesi dan skill kita masing-masing.

Sumber gambar; http://4.bp.blogspot.com/

»»  read more

| 1 komentar |

Manusia Pertama.????

Dalam artikel sebelumnya saya sudah mencoba memaparkan penolakan adam dan hawa adalah manusia pertama yang didasarkan atas ayat-ayat kitab suci abrahamik sendiri dan mengajukan argumen bahwa manusia pertama adalah manu yang tidak hanya berjumlah satu, tetapi empat belas dalam setiap satu kali siklus penciptaan alam semesta ini.

Adapun dasar utama penolakan adam dan hawa sebagai manusia pertama disamping dari ayat-ayat kitab sucinya, juga dari segi kejanggalan-kejanggalan dipandang secara ilmiah. Sudah bukan rahasia lagi bahwasanya umat agama abrahamik (Islam, Kristen dan Yahudi) meyakini Adam adalah manusia pertama dan merupakan leluhur semua manusia di bumi saat ini. Agama Abrahamik juga menolak konsep teori evolusi darwin karena mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang mengalami evolusi dan transmutasi genetik.

Konsekuensi dari keyakinan bahwa Adam adalah manusia pertama dan penolakan atas teori evolusi darwin ini menimbulkan satu pertanyaan besar.

“Jika memang benar Adam adalah manusia pertama dan Hawa diciptakan dari tulang rusuknya Adam, kenapa keturunan mereka dapat terpecah kedalam banyak ras-ras yang berbeda? Padahal seharusnya genetik keturunan mereka adalah sama, sehingga otomatis tidak terdapat perbedaan ras manusia”.

Dengan melihat kenyataan ini maka pendukung teori bahwa Adam adalah manusia pertama mau tidak mau harus beradapat pada teori transmutasi genetis yang dapat terjadi pada keturunan adam dan hawa sehingga menghasilkan ras-ras manusia dengan keanekaragaman genetisnya. Hanya saja jika mereka mengakui postulat bahwa keturunan Adam dan Hawa mengalami mutasi genetis, maka akan timbul pertanyaan besar berikutnya.

Jika transmutasi genetis itu terjadi pada keturunan Adam dan Hawa, tidakkah genetik kera memungkinkan mengalami mutasi sehingga menjadi manusia kera dan berikutnya bermutasi lagi menjadi manusia yang merupakan nenek moyang adam dan hawa?”

Mereka yang meyakini bahwa Adam dan Hawa adalah manusia pertama harus menghadapi pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan. Meyakini Adam dan Hawa sebagai manusia pertama dengan konsekuensi harus mendukung transmutasi genetis, yang artinya juga harus mendukung kemungkinan bahwa Adam dan Hawa adalah keturunan dari kera. Dan dengan demikian mereka harus mengakui bahwa leluhur mereka sebenarnya adalah kera. Atau pilihan ke dua mereka harus mengakui bahwa Adam dan Hawa bukanlah manusia pertama, dan mengakui otoritas ajaran Veda yang mengatakan bahwa manusia pertama tidak hanya satu, tetapi banyak. Hanya saja dengan mengakui pernyataan kedua ini, mereka harus mengakui kesalahan satu doktrin dalam ajaran agama mereka, yang implikasinya adalah sangat memungkinkan bahwa doktrin-doktrin yang lain dalam agama mereka juga salah.

Jadi, apakah para kaum agama Abrahamik harus mempertahankan Adam sebagai manusia pertama dengan mengikuti teori evolusi darwin, ataukah harus mengakui bahwa ajaran agama mereka salah? Sama-sama merupakan pilihan yang menyenangkan untuk agama Abrahamik bukan?

Untuk mendukung pembenaran Veda yang mengatakan bahwa manusia pertama tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu dan mereka disebut sebagai manu yang pada akhirnya menurunkan banyak ras-ras manusia yang berbeda serta pernyataan Veda yang menyatakan bahwa Tuhan telah menciptakan 8.400.000 jenis kehidupan berbeda yang sudah eksis tanpa proses evolusi sebagaimana dinyatakan dalam teori evolusi darwin, maka saya akan mencoba memaparkan missing link dari teori evolusi darwin tersebut.

Ilmuan-ilmuan pendukung teori evolusi darwin mengatakan bawah kehidupan yang pertama muncul dari “Primordial Soup”,,cairan senyawa kimiawi awal yang terbentuk sesaat setelah dentuman besar (Big Bang). Dari cairan kimiawi awal ini selanjutnya muncul “Primal Organism”, makhluk-makhluk awal sederhana bersel satu, Melalui proses alamiah sela ma berjuta-juta tahun, makhluk-makhluk bersel satu ini secara berangsur- angsur berevolusi menjadi bermacam-macam wujud makhluk hidup yang ada sekarang.

Ernst Haeckel, Professor Zoologi di Jena University Jerman, pada tahun 1867 menggambarkan proses evolusi ini sebagai berikut;

Jadi Haeckle dan ilmuan pendukung teori evolusi mengatakan bahwa mahluk hidup terwujud dari senyawa kimia sederhana dan berangsur-angsur berevolusi menjadi mahluk hidup uniseluler dan berikutnya berevolusi lagi menjadi mahluk hidup multiseluler yang pada akhirnya menghasilkan evolusi terakhir, yaitu manusia.

Dalam bukunya Charles Darwin,” Descent of Man”, dikatakan bahwa manusia berasal dari mahluk berkaki empat, berekor dan berbulu yang biasa hidup di pohon-pohon di hutan. Dengan kata lain, leluhur manusia adalah monyet. Jika benar manusia berevolusi dari monyet, lalu bagaimanakah wujud hasil evolusi dari manusia itu sendiri suatu saat nanti? Pertanyaan sederhana, tetapi sangat rumit untuk bisa di jawab oleh pendukung teori evolusi darwin.

Untuk menentukan kapan makhluk manusia muncul di Bumi, para sarjana (geologi, anthropologi, paleontologi, zoologi, sosiologi, petrologi, dll.) membagi jaman berdasarkan usia strata (tingkat lapisan) tanah sebagaimana disajikan pada halaman berikut. Hanya saja pada kenyataannya, masalah lokasi dan lapisan tanah di mana fossil ditemukan, seringkali menjadi polemik tentang umur fossil.

ERA

PERIODE

MULAI

JUTAAN TH.

YANG LALU

URAIAN

JENIS MAKHLUK

CENOZOIC

MESOZOIK

PALEOZOIC

HALOCENE

PLEISTOCENE

PLIOCENE

MIOCENE

OLIGOCENE

EOCENE

PALEOCENE

CRETACEONS

JURASSIC

TRIASSIC

PERMIAN

CARBONIFEROUS

PERMIAN

CARBONIFEROUS

DEVONIAN

SILURIAN

ORDOVICIAN

CAMBRIAN

0,1

2,0

5,0

25,0

38,0

55,0

65,0

144,0

213,0

248,0

286,0

360,0

286,0

360,0

408,0

438,0

505,0

590,0

MANUSIA MODERN (40.000 TH YL – SEKARANG)

CRO-MAGNON (100.000 – 40.000 TH.YL)

NEANDERTHAL MAN (200.000 – 100.000 TH.YL)

HOMO-SAPIEN (500.000 – 200.000 TH.YL)

HOMO-EREKTUS (1 JT – 0,5 JT TH YL)

HOMO-HABILIS (1,5 JT – 1 JT TH YL)

AUSTRALOPITHECUS (3 JT – 1,5 JT TH YL)

APIDIUM/PARAPITHECUS/OREOPITHECUS

(10 JT TH YL).

RAMAPITHECUS (12 JT TH YL)

OLIGOPITHECUS/AEOLOPITHECUS/LIMNOPITHE-

CUS (18 JT TH. YL)

DRYOPITHECUS (20 JT – 15 JT TH YL)

PROCONSUL (21 JT – 17 JT YL)

PLIOPITHECUS (23 JT – 10 JT TH YL)

PROPLIOPITHECUS (25 JT TH YL)

AEGYPTOPITHECUS (30 JT – 28 JT TH YL)

AMPHIPITHECUS (40 JT TH YL)

SMILODECTES (50 JT – 45 JT TH YL)

PLESIADAPIS (63 JT – 58 JT TH YL)

Dengan memperhatikan data diatas, maka menurut para sarjana duniawi, proses evolusi kera menjadi manusia modern sekarang nampak jelas ketika pada tahun 1924 Professor Raymond Dart dari University Of Witwatersrand di Johannesburg mengumumkan penemuan tengkorak makhluk yang dia sebut Australopithecus Africanus dan diperkirakan ber umur 1 jt tahun. Dart yakin bahwa Australopithecus adalah moyang semua makhluk hominid yaitu makhluk berjalan tegak dengan dua kaki dan kemudian menurunkan makhluk manusia sekarang. Dia mendasari pendapatnya dengan alasan-alasan berikut:

a. Kapasitas cranium si bayi Taung (sebutan fossil itu) adalah 500 cc, sementara gorilla dewasa hanya 600 cc.

b. Tidak adanya tulang kening yang menonjol.

c. Giginya menyerupai gigi manusia, dan

d. Terusan tulang belakang terletak ditengah-tengah dasar tengkorak kepala seperti pada manusia.

Beraneka jenis hominid yang hidup sebelum Australopithecus, kata para pemuka teori evolusi, adalah makhluk-makhluk yang tingkat evolusinya belum begitu maju. Sehingga kehidupan mereka masih seperti kehidupan binatang pada umumnya.

Berikut adalah gambar skenario evolusi dari makhluk Australopithecus sampai menjadi manusia modern.

Menurut para sarjana pendekar teori evolusi, Australopithecus adalah manusia purba (early man) hasil evolusi (keturunan) Parapithecus dan berkehidupan amat primitip. Austalopithecus Africanus memanfaatkan batu, kayu dan tulang runcing untuk hidup dengan pencaharian berburu. Sedangkan Austalopithecus Robustus, katanya, adalah makhluk herbivora, pemakan buah dan tumbuhan. Sementara itu, Australopithecus Boisei di Africa Timur yang juga hidup sebagai pemburu, diperkirakan punah karena kalah bersaing melawan Australopithecus Africanus. Fakta ini, katanya, sesuai dengan hukum evolusi “survival of the fittest”. Homo-habilis adalah perkembangan lanjut dari Australopithecus. Fossil rahangnya ditemukan di lembah Olduvai sekitar th. 1932 oleh Louis Leakey bersama perkakas batu dan situs kediamannya. Fossil rahangnya juga ditemukan dekat danau Turkana Kenya di th. 1970 oleh Richard Leakey, putra Louis Leakey.

Kemudian, kata para akhli teori evolusi, Homo-habilis berkembang menjadi Homo-erectus. Ia adalah hominid yang benar-benar berjalan tegak seperti manusia. Pithecanthropus-erectus yang di temukan di Jawa th. 1891 oleh Dubois, Sinanthropus yang ditemukan di goa Zhoukoudien China th. 1927 oleh Black dan juga berbagai fossil hominid yang ditemukan Leakey di lembah Olduvai Africa di tahun 1975, semuanya tergolong Homo-erectus. Diyakini bahwa Homoerectus adalah hominid omnivora dan yang pertama kali menggunakan api untuk memasak makanan. Karena itu, Homo-erectus dikatakan hominid yang mulai berkehidupan beradab sebagai manusia. Perkakas kehidupan mereka masih primitip, tetapi telah lebih baik dan lebih maju dari perkakas yang digunakan oleh Homo habilis.

Perkembangan selanjutnya adalah Homo-erectus berevolusi menjadi Homo sapiens. Fossilnya berupa kerangka dan tengkorak ditemukan th. 1930 – 1971 di berbagai tempat di Eropa. Di Jerman, Homo sapiens dikenal dengann nama Steinhein man. Di Inggris di kenal sebagai Swanscombe man, dan di Perancis dikenal sebagai Tautavel man. Kehidupan Homo-sapiens lebih maju karena ia hidup lebih trampil dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ia bisa tinggal di pantai, di pegunungan atau padang rumput, dan menggunakan perkakas secara lebih efisien.

Homo-sapiens kemudian berevolusi menjadi Neanderthal man. Fossil wanitanya ditemukan tahun 1931 di Mt Caramel Israel. Pada tahun 1957 ditemukan kerangka lengkap Neanderthal di goa Shanidar Irak. Pithecanthropus erectus II (Solo-man) yang ditemukan di wilayah Solo pada tahun 1934 oleh Von Koenigswald, ter-golong Neanderthal. Fossil hominid Ehringdorf (Jerman), La Ferrassie (Perancis), Monte Circeo (Italia), Krapina (Yugoslavia), Teshik Tash (Rusia) dan Djebel Irhoud (Maroko) juga tergolong makhluk Neanderthal. Dikatakan oleh para akhli teori evolusi bahwa Neanderthal adalah Hominid yang telah berbudaya. Ia hidup sebagai pemburu dan juga dikenal sebagai tukang cukup akhli. Diperkirakan pula bahwa Neanderthal man telah memiliki rasa ke-agamaan walau masih amat sederhana.

Neanderthal man kemudian punah, kata para pakar teori evolusi, karena telah ber- evolusi menjadi makhluk Cromagnon. Cromagnon adalah nama tempat di Perancis di mana pada th. 1868 para pekerja rel kereta api menemukan empat kerangka hominid beserta perkakas batunya. Dikatakan bahwa makhluk Cromagnon secara pisik sudah mirip sekali dengan manusia modern sekarang. Ia memiliki kecerdasan dan kebudayaan yang lebih maju dari Neanderthal man. Cromagnon adalah manusia pertama menciptakan seni berupa pahatan, lukisan dan ukiran batu. Tetapi Cro-magnon pada umumnya masih menghuni goa dan emperan batu walau pun sudah mampu mem-buat gubuk sederhana. Mereka hidup dalam kelompok yang lebih besar secara menetap.

Manusia modern yang menghuni Bhumi sekarang, kata para pemuka teori evolusi, adalah perkembangan lanjutan dari makhluk Cromagnon sejak 40.000 th yang lalu.

Benarkah skenario sejarah manusia ini?

Ahli Anthropologi, Niles Eldridge berkata “Evolusi adalah benar, sebagaimana kebenaran bahwa bumi adalah bulat”. Namun demikian Veda dengan tegas dan jelas mengatakan bahwa manusia lahir dari manusia lainnya dan mahluk hidup yang lain juga sudah tercipta sebagai mana wujudnya saat ini. Atman diberikan pilihan badan material sebanyak 8.400.000 jenis, mulai dari mahluk paling sederhana yaitu virus, protozoa, sampai pada 400.000 jenis kehidupan humanoid (manusia).

Bertolak dari dua pandangan yang saling tolak belakang ini, mari kita coba menelaah bukti-bukti tentang teori evolusi ini secara lebih mendalam.

Sebagaimana teori umum dalam teori evolusi mengatakan bahwa dalam perkembangan evolusi mahluk hidup akan terjadi bentuk-bentuk transisi. Sebagai contoh dalam kasus binatang air berkembang menjadi binatang darat, maka seharusnya terdapat binatang peralihan dari air ke darat. Namun pada kenyataanya tidak pernah ditemukan fosil-fosil mahluk hidup transisi ini sebagaimana dikatakan oleh Professor Heibert Nilsson dari Lund Universitu di Swedia; “ Bahkan tidak mungkin membuatkan suatu karikatur tentang evolusi berdasarkan fakta-fakta paleo-biologis. Materi fossil-fossil itu begitu tidak lengkap sehingga ketiadaan rangkaian (makhluk-makhluk) transisi tidak bisa dijelaskan oleh jumlah fossil yang tidak lengkap. Tiada nya fossil makhluk-makhluk transisi ini begitu nyata dan mereka tidak akan pernah bisa menemukan”. Bahkan penelitian terakhir mengenai klaim temuan fosil-fosil tertentu ternyata penuh rekayasa yang tidak objektif dari para penganut teori evolusi. Beberapa temuan fosil yang meskipun tidak cukup valid yang dirasa mendukung teori evolusi digembar-gemborkan sebagai penemuan spektakuler, tetapi penemuan fosil-fosil yang tidak mendukung teori evolusi malahan di campakkan begitu saja. Tentunya hal ini sudah melanggar etika ilmiah seorang ilmuan dan dengan demikian teori sang ilmuan bersangkutan tidak bisa di percaya.

Dalam hubungan ini, Vayson De Predenne dari Ecole d’ Anthropologie di Paris menulis dalam bukunya “Fraudes Archeologiques (1925)” sebagai berikut;

Seringkali orang menemukan sarjana yang dicengkram oleh pre-conceived idea (hipothesis) yang tidak segan-segan memberikan pendapat keliru atas fakta-fakta yang dilihatnya agar sesuai dengan teori yang diyakininya. Bila melihat peninggalan halus dan kasar buatan manusia ditemukan bersamaan di satu lapisan tanah, maka dia menetapkan adanya dua level yaitu : peninggalan kasar berada di level (lapisan tanah) yang lebih rendah digolongkan berdasarkan jenisnya, bukan ber-dasarkan umur lapisan tanah dimana benda itu di-temukan. Dan peninggalan halus yang ada di dasar lapisan tanah itu dinyatakan olehnya sebagai benda yang secara kebetulan masuk kesitu”.

Dalam penemuan-penemuan fosil yang baru dan dengan dikenalnya pengukuran umur fosil berdasarkan kandungan radioaktif karbon 14 yang memungkinkan pengukuran umur fosil secara lebih akurat ternyata menyimpulkan bahwa fosil manusia yang anatominya sama dengan manusia saat ini sudah hidup berdampingan dengan berbagai jenis primata sejak jutaan tahun lalu.

Fosil Australopithecus yang ditemukan oleh Raymond Dart yang diklaim sebagai mahluk hidup transisi dari kera berjalan tegak ke manusia ternyata hanyalah spesies gorila atau sinpanse. Grafton E Smith berkata, dalam kuliahnya di College University, berkata;

“Sayang sekali, Dart tidak banyak tahu tentang tengkorak bayi sipanse, gorilla atau orangutan. Seandainya dia banyak tahu, dia akan menyadari bahwa bentuk, rupa, rahang dan detail wajah dan cranium tengkorak Australopithecus pada dasarnya sama dengan yang dimiliki bayi sipanse atau gorilla”.

Raymond Dart kecewa atas tanggapan demikian terhadap fossilnya. Kemudian kegiatannya mencari fossil diteruskan oleh Dr Robert Broom. Pada tahun 1936 Broom mendapatkan beberapa kepingan tengkorak dari tempat penggalian di Sterkfontein. Dia me-rekonstruksi kepingan- kepingan itu menjadi satu tengkorak dan memberinya nama Plesianthropus Transvaalensis. Lapisan tanah tempat fossil di temukan di perkirakan ber-usia antara 2,2 – 3,0 jt tahun.

Pada tahun 1938 Broom mem-peroleh beberapa biji gigi dari daerah pertanian Kromdraai dan juga beberapa kepingan tengkorak. Dia terus merekonstruksi semua fossil tersebut. Tengkorak yang ter-rekonstruksi itu memiliki gigi dan rahang lebih besar dari yang ditemukan di Sterkfontein. Broom menamainya Paranthropus Robustus. Lapisan tanah Kromdraai tempat fossil ditemukan diperkirakan berumur 1 – 1,2 juta tahun. Di lokasi yang sama itu pula Broom menemukan potongan tulang lengan bagian atas dan bawah. Tentang fossil ini, Broom berkata;

“Seandainya ini semua ditemukan di tempat terpencil, mungkin semua akhli anatomi akan berkata bahwa fossil ini pasti tulang-tulang manusia”

Kemudian pada tahun 1971, H M Mc Henry menyatakan “Fossil ini adalah tulang-tulang manusia”.

Pada tahun 1946 Broom dan Schepers menemukan sepotong tulang paha bagian bawah di Sterkfontein. Menurut mereka, tulang paha ini persis seperti tulang paha manusia. Hal ini dibenarkan oleh pakar pathologi bernama Le Gross Clark. Kemudian di th. 1981, pakar pathologi Christine Tardieu pun membenarkan dengan berkata;

“Ciri-ciri utama tulang paha Sterkfontein ini sama dengan ciri – ciri tulang paha manusia modern”

Setelah perang dunia kedua berakhir, pada tahun 1957 Robert Broom dan J T Robinson menemukan fosil rahang bawah di Swartkrans dalam lapis an tanah yang juga berisi fossil Paranthropus. Broom dan Robinson berkata tentang fossil ini sebagai berikut;

“Bentuknya serupa benar dengan rahang homi nid modern (manusia) dibandingkan dengan rahang Telanthropus Capensis”

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia modern telah hidup berdampingan dengan makhluk Australopithecus dan primata lain pada masa Pleistocene (sekitar 2 jt tahun lalu).

Pada awal tahun 1970 putra Louis Leakey yaitu Richard Leakey yang keduanya pakar Anthropologi memenumkan fossil rahang makhluk yang disebut Homo habilis dekat danau Turkana di Kenya. Disana juga ditemukan fossil-fossil fauna yang serupa dengan yang ditemukan di Kanam. Pada tahun 1972 Richard Leakey kembali menemukan fossil tengkorak pecah dekat danau Turkana dan dikatakan olehnya sebagai tengkorak Homo habilis. Alasannya adalah karena isi craniumnya lebih dari 810 cc, lebih besar dari yang dimiliki Australopithecus. Endapan vulkanik tempat fossil ditemukan berusia sekitar 2,6 juta tahun. Dan fossil tengkorak itu sendiri diperkirakan berusia 2,9 jt tahun.

Didekat lokasi dimana tengkorak Homo habilis ditemukan, John Harris pakar paleontologi dari Museum Nasional Kenya, juga menemukan dua tulang paha yang menyerupai tulang paha manusia modern. Kedua tulang paha ini dikatakan milik Homo habilis. Richard Leakey yang meneliti fossil tersebut berkata;

“Kedua tulang paha ini tidak seperti milik Australopithecus. Namun sungguh mengherankan keduanya sama dengan tulang paha manusia modern”

Melalui artikelnya yang diterbitkan dalam majalah National Geographc, Richard Leakey mengulangi lagi pendapatnya dengan berkata;

“Kedua tulang paha ini hampir tidak bisa dibedakan dari tulang paha manusia”

B. A. Wood, pakar Anatomi pada Charing Cross Hospital Medical School di London, menyatakan bahwa Tulang-tulang paha itu adalah milik manusia modern. Diperkirakan fossil itu berumur 1,5 – 2,0 jt tahun.

Kemudian pada tahun 1974, B. A. Wood kembali menegaskan bahwa fossil tulang tulang kaki yang ditemukan dekat danau Turkana, cocok sekali dengan tulang kaki manusia.

Begitu pula dengan fossil tulang paha yang ditemukan di Koobifora, menurut Edward Trinkhaus dan para pakar lain, secara anatomi bukan milik Homo habilis ataupun Homo erectus, tetapi milik manusia modern.

Fossil tulang kaki cukup lengkap di-temukan di lembah Olduvai dan diperkirakan berumur 1,7 jt tahun. Menurut M H Day dan J R Napier (1964), fossil tulang kaki ini lebih menyerupai tulang kaki manusia. Sedangkan fossil tulang tangan yang ditemukan di tempat yang sama (lembah Olduvai), dikatakan oleh J R Napier (1962) sangat sesuai dengan ciri-ciri tangan manusia, terutama ujung-ujungnya.

Jadi manusia modern sudah hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk yang disebut Australopithecus, Homo habilis dan Homo erectus sejak jutaan tahun yang lalu. Ini juga berarti bahwa ke tiga jenis makhluk tersebut bukanlah makhluk peralihan ke manusia.

Java man (manusia jawa) yang disebut Pithecantropus Erectus dan fossil nya di temukan di Trinil Jawa Tengah oleh Eugene Dubois pada tahun 1891, digolongkan oleh para pakar evolusi sebagai makhluk Homo erectus dan diperkirakan berumur 800.000 tahun.

Pada tahun 1894, Dubois melaporkan bahwa Pithecantropus adalah makhluk transisi, yang sesuai dengan teori evolusi, pasti pernah ada dan hidup. Jadi menurut Dubois, Pithecantropus adalah “missing-link” antara kera dan manusia. Menurut Dubois, adalah karena kapasitas craniumnya antara 800 – 1000 cc, sedangkan milik kera rata-rata 500 cc dan manusia rata-rata 1400 cc. Benarkah Pethecantropus adalah makhluk missing-link?

Pakar teori evolusi Ernst Haeckel berkomentar;

“Kini masalah dalam perjuangan keras untuk mencari kebenaran telah secara radikal dirobah dengan penemuan makhluk Pithecantropus oleh Dubois. Dia benar-benar telah memberikan kita tulang-tulang kera yang saya telah bayangkan”

Tetapi sayang, ketika Dubois memamerkan fossilnya dalam The International Congress Of Zoology ke III pada tahun 1895 di Lyden Belanda, ternyata tidak semua sarjana setuju dengan pendapatnya. Beberapa berpendapat bahwa Pithecantropus hanyalah fossil kera. Sedangkan yang lain menentang dengan berkata bahwa tulang pahanya bukan milik makhluk yang sama. Sebab tulang paha itu ditemukan sejauh 15 meter dari tulang tengkorak.

Pada bulan Desember 1895 para ahli dari seluruh dunia berkumpul di gedung Society For Anthropology, Ethnology And Prehistory untuk menetapkan status fossil Pithecantropus kebanggaan Dubois. President Of The Society Dr Virchaw menolak memimpin sidang. Kemudian dalam diskusi yang penuh perdebatan itu, pakar Anatomi Swiss Kollman menyatakan bahwa makhluk Pithecantropus adalah seekor kera.

Dr Virchaw sendiri berkata bahwa tulang pahanya sepenuhnya tulang paha manusia. Namun pada tengkoraknya terdapat sela dalam diantara kubah kepala dan tulang bagian atas lekuk mata. Karena itu, tengkorak Pithecantropus ini adalah tengkorak kera. Sehingga disimpulkan bahwa makhluk ini adalah binatang, seekor gibbon raksasa. Tulang pahanya sama-sekali tidak punya hubungan apapun dengan tengkoraknya.

Kemudian untuk meniadakan keraguan atas fossil Pithecantropus, Professor Lenore Selenka, sekitar tahun 1907 -1908, melakukan penggalian di desa Trinil dengan memperkerjakan 75 orang buruh. Tetapi Selenka hanya menemukan fossil sisa-sisa kehadiran manusia berupa serpihan tulang binatang, arang dan tempat perapian. Kemudian Selenka berkesimpulan bahwa makhluk manusia dan Pithecantropus hidup pada masa yang sama. Sehingga kontroversi atas fossil Pithecantropus tetap tak terselesaikan.

Menjelang akhir hidupnya, Dubois sendiri berkesimpulan bahwa tengkorak Pithecantropus miliknya adalah gibbon besar sejenis kera yang oleh para pakar evolusi dianggap tidak punya hubungan apapun dengan manusia. Namun meski pun statusnya amat lemah sebagai bukti, Pithecantropus telah dengan tegar masuk daftar leluhur manusia. Pendapat Dubois terakhir tidak dihiraukan oleh para pakar teori evolusi.

Pada tahun 1937 Von Koenigswald mendapatkan 30 kepingan fossil tengkorak dari Desa Sangiran yang terletak di Barat Trinil di tepi sungai Bengawan Solo. Kemudian dia merekonstruksi kepingan-kepingan itu menjadi sebuah tengkorak yang disebutnya Pithecantropus (II) Selanjutnya fossil tersebut lebih dikenal sebagai Solo man (manusia Solo). Dubois tidak sependapat dengan Koenigswal (setelah pithecantropusnya sendiri dinyatakan sebagai fossil kera).

Walaupun asal-usulnya tak jelas (karena selama penggalian Koenigswald tinggal di Bandung dan hanya mengandalkan assistennya Atma mengawasi para penggali), namun pada tahun 1938 Franz Weidenreich (supervisor penggalian fossil manusia Beijing di China) memuat artikel dalam majalah NATURE bahwa penemuan baru oleh Koenigswald telah secara pasti membuktikan bahwa Pithecantropus adalah moyang manusia, bukan gibbon sebagaimana di-simpulkan oleh Dubois menjelang akhir hidupnya.

Pada tahun 1941 di Desa Sangiran (dengan cara yang sama) berturut-turut Koenigswald mendapatkan fossil rahang bawah dan beberapa gigi besar. Fossil rahang bawah besarnya 2 kali rahang manusia. Koenigswald menamakan makhluk pemiliknya Meganthropus Paleojavanicus. Sedangkan makhluk pemilik fossil gigi besar disebutnya Giganthropus. Menurut Weidenreich, kedua makhluk (Meganthropus dan Giganthropus) ini adalah moyang manusia. Katanya, dari Giganthropus muncul Meganthropus terus Pithecanthropus dan Homo-sapiens.

Tetapi kebanyakan pakar modern berpendapat Giganthropus adalah sejenis kera yang hidup pada awal dan pertengahan masa Pleistocene ( 2 -1 juta tahun yang lalu). Sedangkan Meganthropus diperkirakan lebih menyeru Java-man (Pithecantropus). Tetapi pada tahun 1973 Teuku Jacob berpendapat bahwa Meganthropus tergolong Australopithecus.

Pada tahun 1927 Davidson Black (Dokter yang beralih professi menjadi Anthropologist) menemukan fossil sebutir gigi hominid di goa Zhoukoudian (sebelumnya telah ditemukan dua gigi oleh Otto Zdansky). Makhluk pemilik fossil tersebut diberi nama Sinanthropus yang oleh para pakar kemudian digolongkan Homo erectus. Namun pada konggres tahunan The American Association Of Anatomist, beberapa pakar mengkritik Davidson Black karena mengusulkan adanya satu jenis makhluk baru (yaitu Sinanthropus) berdasarkan bukti fossil yang amat tidak lengkap, yaitu hanya berupa gigi.

Berdasarkan penelitian selanjutnya (1931), katanya, di ketahui bahwa Sinanthropus telah memanfaatkan api dalam hidupnya dan memiliki perkakas batu dan tulang yang sudah maju. Pada tahun 1934 Franz Weidenreich menyatakan bahwa Sinanthropus adalah makhluk kanibal, sebab kebanyakan tulang yang ditemukan di dalam goa Zhoukoudian adalah pecahan-pecahan tengkorak. Beberapa tengkorak yang relatip utuh bagian bawahnya berongga.

Tetapi dua pakar Anthropologi dari New Mexico University, Lewis R Binford dan Chuan Kun Ho berpendapat bahwa makhluk-makhluk Sinanthropus itu dijadikan mangsa oleh makhluk carnivora yang tinggal di goa itu.

Sedangkan Marcelin Boule, Directur Institute De Palentologie di Paris, berpendapat bahwa Sinanthropus dimangsa oleh sejenis hominid yang lebih kuat dan lebih cerdas.

Menurut dua pakar China Wu Rukang dan Liu Shen Long, Sinanthropus,sesuai dengan pekembangan kapasitas craniumnya, berevolusi menjadi Homo sapiens. Ini disebut “Dating by morphology”, menetapkan usia fossil ber-dasarkan bentuk / besar kepala. Methode ini tidak bisa dipercaya, tetapi diterapkan semata-mata agar teori perkembangan evolusi tetap utuh tak terganggu.

Fossil vertesszollos adalah berupa kepingan tulang kepala yang diketemu mukan di Hungaria. Lapisan tanah dimana fossil di temukan diperkirakan termasuk masa Pleistocene pertengahan (umur sekitar 1 jtuta tahun). Sarjana Anthropologi David Pilbeam menulis (1972);

“Tulang kepala ini tidak menyerupai tulang kepala Homo erectus dan bahkan manusia purba. Melainkan, ia menyerupai tulang kepala manusia modern. Usia fossil ini tidak lah lebih dari 100.000 tahun”

Jadi fossil vertesszollos tidak bisa digolongkan Homo-erectus, tetapi tergolong Homo-sapiens. Ini berarti penggolongan fossil dalam daftar masa evolusi masih menjadi masalah diantara para sarjana Anthropilogi.

Berikut adalah daftar fosil anomalus yang tidak diperhitungkan oleh para pakar evolusi dalam membenarkan teorinya.

Dalam kata sambutannya di depan sidang The American Association For The Advancement Of Science bulan Agustus 1879, O. C. Marsh, Presiden Asosiasi dan salah satu paleontologist USA terkenal, berkata;

“Bukti-bukti (fossil anomalus) yang disajikan oleh Professon J D Whitney dalam karyanya baru-baru ini (Aurif Gravels Of Sierra Nevada) begitu kuat dan methode penelitiannya yang cermat serta bertanggung-jawab begitu di kenal luas, sehingga kesimpulan-kesimpulannya tidak bisa dibantah. Sekarang, fakta-fakta yang ketahuan menunjukkan bahwa lapisan tanah Amerika mengandung sisa-sisa tulang manusia dan hasil karyanya yang setua masa Pliocene Eropa (sekitar 5 juta tahun. Keberadaan manusia pada masa tersier kini nampaknya cukup terbukti”

Pada tahun 1938, Profesor W G Burroughs , Head Of geological Department di Berea College, melaporkan, “Jaman Karbon dikenal sebagai jaman para ampibi ketika semua makhluk bergerak dengan empat kaki yang tidak menyerupai kaki manusia. Tetapi di Rockcastle dan lain-lain tempat di Kentucky, Pensylvania sampai Missouri, ditemukan bekas pijakan kaki makhluk manusia yang berasal dari jaman Karbon”. Laporan Profesor Burroughs ini dibenarkan oleh Dr. C W Gilmore, Curator Of Vertebrate Paleontologi Smithsonian Institution yang ikut meneliti bekas-bekas pijakan kaki itu. Jaman Karbon bermula 360 juta tahun SM.

Burroghs menjelaskan lebih lanjut,”Setiap jejak pijakan memiliki 5 jari dan jelas melengkung, Jari-jarinya berjejer seperti jari-jari kaki manusia yang tidak pernah pakai sepatu”. Burroughs berkesimpulan bahwa bekas pijakan kaki ini pada mulanya tercetak dipasir lembut dan basah, lalu mengeras menjadi batu sekitar 300 juta tahun yang lalu. Para peneliti lainpun membenarkan ke simpulannya ini.

Pada tahun 1983, Moscow News melaporkan secara singkat penemuan bekas pijakan kaki manusia di Turkmenistan. Pijakan kaki ini tercetak di batu karang berusia 150 juta tahun. disamping bekas pijakan kaki binatang purba Dinosaurus.

Pada tahun 1979, pakar Anthropologi Mary Leakey menemukan bekas-bekas pijakan kaki di Laetoli, 45 km diselatan lembah Olduvai Tanzania. Bekas pijakan kaki itu tercetak di lapisan tanah abu gunung berapi dan diperkirakan berusia antara 3,6 – 3,8 juta tahun. Dalam artikel yang dimuat pada National Geography, Mary Leakey mengutip pendapat Louise Robins, pakar jejak kaki dari North Caroline University, yang berkata;

“Bekas-bekas pijakan kaki ini terlihat serupa benar dengan pijakan kaki manusia modern …”

Hal ini secara langsung menunjukkan bahwa makhluk manusia seperti sekarang sudah ada dan hidup di Bumi 3,6 juta tahun yang lalu.

M H Day meneliti bekas pijakan kaki Laetoli itu dengan menggunakan photogrammetic dan menyimpulkan, “Kemiripan yang secara anatomis amat dekat dengan bekas pijakan kaki manusia modern”. R H Tuttle, pakar Anthropologi pisik menyatakan, “Bentuk pijakan ini tidak bisa dibedakan dari pijakan kaki manusia modern yang sedang melangkah tanpa sepatu”. Tim White berkata, “Jangan salah terka terhadap bekas pijakan kaki ini. Ia serupa dengan bekas pijakan kaki manusia modern”.

Jadi dari penjelasan singkat mengenai penemuan-penemuan arkeologi dan kejanggalan teori evolusi darwin sudah dapat memberikan kita gambaran akan lemahnya teori evolusi darwin. Dengan kenyataan ini saat ini ilmuan dalam bilang antropologi khususnya terpecah menjadi dua kubu, yaitu kubu yang menentang teori evolusi dan kubu yang percaya akan evolusi darwin. Mereka yang yakin pada teori evolusi darwin rata-rata adalah mereka yang Atheis.

Bagaimana halnya dengan transmutasi genetik, tidakkah hal tersebut dalam membuat perubahan somatis pada mahluk keturunannya? Radiasi yang merubah susunan kromosom memang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan genetis yang dapat menurun ke keturunannya. Tetapi, penelitian menunjukkan bahwa kerusakan kromosom akibat radiasi acak/random ini meskipun menguntungkan untuk manusia yang akan memanfaatkan mahluk transgenik ini, namun tidak pernah membuat mahluk hidup bersangkutan menjadi lebih baik, tetapi malahan membuat mahluk bersangkutan menjadi lebih buruk. Sapi gigantisme, semangka tanpa biji, padi berumur pendek, ternak gemuk berumur pendek adalah salah satu hasil rekayasa genetika dengan teknik radisi. Sapi gigantisme pada akhirnya tidak bisa melalui sleksi alam, tidak mampu berkembang biak dan keturunannya terputus. Demikian juga semangka tanpa biji akhirnya tidak dapat melanjutkan keturunan karena ketiadaan biji. Dan sejauh penelitian transmutasi genetik dengan radisasi, belum ada yang membuktikan bahwa dengan meradiasi suatu spesies akan menghasilkan spesies yang lain, tetapi hanya dapat mengubah sebagian kecil karakter mahluk bersangkutan.

Apalagi dalam penemuan fossil terdapat missing link yang tidak pernah dapat membuktikan terjadi mutasi genetis yang memicu terjadinya evolusi ala darwin. Namun sungguh ironis memang, meskipun Darwin sendiri dalam bukunya “The Origin Of Species”, menuliskan keraguannya terhadap teori evolusi, tetapi para pendukungnya tetap bersikukuh dengan berbagai cara mempertahankan teori ini;

“Jumlah fossil makhluk-makhluk peralihan/transisi yang dahulu pernah hidup di Bumi, pastilah banyak sekali. Tetapi kenapa tidak setiap lapisan dan formasi tanah penuh dengan fossil makhluk-makhluk peralihan seperti itu? …. Barangkali kenyataan inilah yang akan menjadi dasar penolakan paling jelas dan keras terhadap teoriku”

Mungkinkah teori evolusi ini hanyalah sebagai pelarian atas ketidakpercayaan para ilmuan akan agama yang dianutnya yang notabena adalah agama-agama dogmatis yang menyatakan adam adalah manusia pertama dan hawa diciptakan dari tulang rusuk adam? Ataukah karena paham Atheis yang dianut para pendukung teori evolusi darwin?

Veda menjelaskan bahwa mahluk hidup sudah tercipta dalam 8.400.000 jenis badan yang berbeda. Golongan humanoid yang terdapat di alam semesta ini saja berjumlah 400.000 yang semuanya berasal dari manu, ciptaan dewa Brahma. Kata Manu ini menjadi “Man (Bahasa Inggris)” dan Manusia (Bahasa Indonesia). Manusia berasal dari urat kata “Manu” dan “Sah” yang diartikan “dia yang berasal dari manu”. Jadi jika anda menganggap diri anda manusia, maka anda harus mengakui bahwa leluhur anda adalah manu.

Dengan demikian, masihkan anda bersikeras bahwa nenek moyang anda adalah Adam?

Sumber:

1. The Hidden History Of The Human Race (Major Scientific Cover Up Exposed) by Michael A Cremo and Richard L

Thompson. Published by Bhaktivedanta Book Publishing Inc. 3764 Watseka Avenue, 2001.

2. ORIGIN, Higher Dimensions In Science, published by Bhaktivedanta Book Trust 1984.

3. Srimad Bhagavatam,,published by Bhaktivedanta Book Trust 1985.

4. Forbiddn Archeology’s Impact by Michael A Cremo. Publihed by Bhakti vedanta Publishing Book 1998.

5. Mechanistik And Non Mechanistic Science (An Investigation Into the Nature Of Consciousness And Form) by

Richard L Thompson, dan published by Bala Books 1981.

6. Early Man (Manusia Purba) by F Clark Howell. Terjemahan diterbitkan oleh Pustaka Alam 1977.

7. Antropologi By William A Haviland. Terjemahan oleh R.G.Soekardijo. Penerbit Erlangga 1999.

»»  read more

| 0 komentar |

Masuknya Atman Dalam Kandungan

Pernahkan anda menyangka bahwa Veda dalam hal ini Bhagavata Purana yang dituliskan ribuan tahun yang lalu telah menjelaskan secara detail mengenai proses terbentuk dan berkembangnya janin manusia? Uniknya, apa yang dijelaskan dalam Veda tersebut benar-benar sesuai dengan apa yang diketahui oleh kedokteran modern saat ini.

Dalam Bhagavata Purana 3.31.1 disebutkan; “,”Karmana daiva netrena jantur dehopapattaye stryah pravista udaram pumsa retah kanasrayah, dibawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa dan sesuai dengan perbuatan (karma)nya, sang makhluk hidup (jiva) di-masukkan ke dalam rahim sang ibu (oleh para Deva pengendali urusan material dunia fana) melalui mani sang ayah untuk memperoleh badan jasmani baru tertentu”

Lebih lanjut dalam Bhagavata Purana 3.31.2- 4 dan 10 dijelaskan bahwa Sang Jiwa memperoleh badan jasmani dan tumbuh berkembang dalam rahim sang ibu.

Bhagavata Purana 3.31.5-8 menyebutkan bahwa dengan memperoleh gizi dari makanan dan minuman yang di-konsumsi si ibu, sang jiva dalam janin tumbuh didalam rahim sang ibu, tetapi dalam kondisi sengsara karena:

  1. Ia tinggal dalam rahim ibu bagaikan seekor burung dalam sangkar yang tidak bisa bergerak bebas
  2. Ia tinggal dalam rahim ibu yang bagaikan ruangan amat sempit
  3. Ia tinggal dalam rahim ibu yang amat panas dan menyesakkan. Dan ia merasakan seluruh tubuhnya seperti terpanggang oleh panasnya api pencernaan si ibu
  4. Sang janin tidak sadarkan diri dari waktu ke waktu karena sangat menderita seperti itu
  5. Ia tiada henti merasakan derita akibat dari makanan si ibu yang terlalu pahit, terlalu pedas atau terlalu asin atau asam
  6. Ia benar-benar secara pisik terbelenggu/terkungkung tanpa kebebasan sedikitpun dan tanpa daya di dalam rahim dengan kepala merunduk ke arah perut. Punggung dan lehernya melengkung bagaikan busur.

Dalam Bhagavata Purana 3.31.9 – 16 menyebutkan bahwa sang makhluk hidup yang menderita dalam rahim si ibu cukup beruntung, maka ia bisa mengingat segala penderitaan yang dialaminya dalam seratu kali penjelmaannya yang telah lewat. Dalam derita diikat oleh tujuh lapis materi (5 unsur materi kasar + pikiran dan kecerdasan), si bayi berdoa kepada Tuhan yang telah menempatkan dirinya dalam kondisi demikian.

  1. Ia menyatakan diri hanya ber-lindung kepada Tuhan dalam beraneka-macam inkarnasi-Nya.
  2. Ia sadar sebagai jiva spiritual abadi yang kini dicengkram maya dan berulang-kali sujud kepada Tuhan dalam aspek Beliau sebagai Paramatma
  3. Ia tahu bahwa dirinya terpisah dari Tuhan karena terperangkap dalam badan jasmani sehingga salah menggunakan hidupnya
  4. Ia sadar bahwa dirinya kini menderita di alam material karena melalaikan Beliau yang manjadi penguasa segala sesuatu
  5. Ia berharap agar bisa kembali berhubungan dengan Tuhan Krishna dalam pelayanan bhakti kepada-Nya
  6. Ia berjanji akan kembali berserah diri kepada Nya agar bebas dari segala macam derita.

Lebih lanjut dalam Bhagavata Purana 3.31.17- 21 dinyatakan bahwa dalam kondisi Terendam dalam genangan darah yang kotor dalam perut sang ibu, si bayi sangat ingin segera keluar dari rahim. Ia menghitung-hitung berapa bulan sudah diri nya berada dalam kondisi amat menyengsarakan seperti itu. Ia berkata,”O Tuhanku, kapankah hambamu ini, sang jiva yang sengsara, akan bebas dari kurungan derita ini?”. Dan ia juga berdoa bahwa atas karunia Tuhan, ia menyadari betul kondisi dirinya begitu menderita meskipun baru berusia 10 (sepuluh) bulan dan Ia bersyukur karena telah diberikan badan jasmani manusia, sehingga bisa menginsyafi diri (sebagai jiva abadi rohani, pelayan kekal Tuhan). Ia berkata tidak mau keluar dari rahim sang ibu meskipun sangat menderita di dalamnya, sebab ia takut jatuh lagi ke dalam sumur gelap kehidupan material. “Tenaga material-Mu maya akan segera menangkap diriku, sehingga hamba menjadi tidak insyaf diri lagi begitu lahir kedunia fana, begitu ia berkata kepada Tuhan. “Paham ke-AKU-an palsuku akan seketika menyelimuti diriku yang merupakan awal dari siklus kelahiran dan kematian (samsara) yang menjerat diriku”. Ia pun berjanji, dengan bantuan kecerdasannya yang suci, akan selalu ingat pada kaki padma Tuhan agar bebas dari gelapnya kehidupan material dan siap lahir ke dunia fana.

Sedangkan dalam Bhagavata Purana 3.31.22-27 lebih lanjut dijelaskan bahwa saat sang Jiva berdoa demikian, angin yang menyebabkan proses kelahiran mendorongnya ke depan dengan kepala menghadap ke bawah. Sang bayi lahir keluar rahim dalam kesusahan amat besar dengan kepala mengarah kebawah tanpa berbernafas dan pingsan akibat penderitaan bukan kepalang. Di dunia fana, si bayi diasuh oleh orang-orang yang tidak memahami keinginannya, tidak mampu menolak apa saja yang diberikan kepada dirinya, dibaringkan di tempat kotor, dan ia tidak bisa menggaruk tubuhnya untuk meniadakan rasa gatal, apalagi duduk,berdiri dan berjalan. Di dunia fana, si bayi yang kulitnya masih amat lembut dan halus, tidak berdaya digigit kutu, agas, nyamuk dan binatang kecil lain. Ia telah kehilangan kearifan berpikir, lupa pada hakekat dirinya sebagai sang jiva rohani abadi (karena dikhayalkan oleh maya) dan menangis dengan sangat memilukan.

Dalam Bhagavad Gita 14.5. Sri Krishna berkata,”Sattvam raja tamah iti gunaih prakrti sambhavah nibadhnanti dehe dehinam avyayam, begitu sang makhluk hidup (jiva) berhubungan dengan alam material, ia seketika di-cengkram (oleh maya dengan tangan halus) Tri Guna yaitu tiga sifat alam material sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan)”

»»  read more

| 0 komentar |

Kontroversi Seputar Sungai Gangga

Kontroversi Seputar Sungai Gangga

pavanaù pavatäm asmi rämaù çastra-bhåtäm aham jhañäëäà makaraç cäsmi srotasäm asmi jähnavé, Diantara segala sesuatu yang menyucikan, Aku adalah angin, di antara para pembawa senjata Aku adalah Rama. Di antara ikan-ikan Aku adalah ikan hiu, dan diantara sungai-sungai yang mengalir Aku adalah sungai Gangga (Bhagavad Gita 10.31).

Sloka di atas hanyalah salah satu sloka Veda dari sekian banyak sloka-sloka Veda yang mengagungkan tentang kesucian sungai Gangga.

Dari awal peradaban Veda, Sungai Gangga digunakan untuk berbagai kegiatan, terutamanya dalam kegiatan ritual karena dipercaya bahwa air sungai Gangga membawa kesucian dan dapat menjadi prayascita/penyucian terhadap semua kekotoran. Masyarakat yang hidup di sekitar sungai Gangga juga memanfaatkan air sungai Gangga sebagai air minum, mencuci dan juga membuang kotoran. Tidak hanya itu, sungai Gangga juga dijadikan tempat membuang abu jenasah oleh masyarakat Hindu yang tidak hanya dari India, tetapi dari penjuru dunia. Yang lebih mengerikan lagi, acap kali mayat yang belum terbakar secara sempurna sudah dihanyutkan ke dalam sungai Gangga. Sehingga jangan heran jika anda menemukan mayat manusia atau tengkorak utuh di sekitar sungai Gangga. Mengerikan bukan?

Secara kasat mata memang betul bahwasanya air sungai Gangga tampak keruh, dijejali oleh ribuan orang yang melakukan berbagai kegiatan. Ada yang sibuk dengan ritual keagamaan, mandi, mencuci, kakus atau hanya sekedar melancong. Berbagai kotoran tampak berserakan di sekitar sungai yang dianggap suci tersebut sehingga terkesan sangat-sangat kumuh.

Fenomena ini sering kali dijadikan isu menarik untuk melakukan propaganda agama oleh beberapa oknum umat agama lain untuk mengalihkan pengikut Hindu atau mencegah agar orang-orang tidak tertarik menjadi agama Hindu.

Namun dibalik kekotoran dan lingkungan yang kumuh tersebut, terdapat keanehan yang luar biasa yang membuat banyak orang-orang saint tercengang. Seorang senior di Narayana Smrti Ashram Yogayakarta, Budi Raharjo, M.BA yang merupakan seorang dosen dan juga guru di beberapa perguruan tinggi dan Sekolah Mengengah di Yogayakarta sempat hidup dan menempuh pendidikan master di India selama beberapa tahun. Pada suatu kesempatan di tahun 2004 yang lalu beliau mengambil dan membawa pulang sebotol kecil air sungai Gangga. Karena kebetulan beliau juga menjalankan usaha air RO (reverse osmosis) dan memiliki alat penguji kadar logam dan kualitas air yang dapat digunakan untuk menguji suatu air layak minum atau tidak, akhirnya beliau mencoba menguji beberapa sampel air yang beliau miliki. Beberapa sampel itu antara lain air sungai Gangga, air sumur bor yang berlokasi di dekat jalan di depan ashrama, air sumur di belakang yang dekat dengan kandang sapi, air minum bermerk dan air zamzam.

Apa yang terjadi? Ternyata kualitas air sungai Gangga sangat layak minum dan memiliki kadar logam sedikit di atas air dalam kemasan. Air sumur yang terletak di dekat kandang sapi juga memiliki kualitas yang lebih tinggi dari air sumur bor yang ada di depan dan air samsam memiliki kadar logam yang cukup tinggi. Bagaimana mungkin air sungai Gangga yang terlihat kotor tersebut menjadi layak minum?

Keanehan sungai Gangga ini ternyata juga mengundang banyak ahli-ahli saint modern melakukan penelitian terhadap air sungai Gangga.

Dr. D, Herelle adalah seorang dokter berkebangsaan Perancis. Pada suatu hari beliau melihat sendiri, mayat-mayat mengambang di Sungai Gangga. Mayat-mayat yang bergelimpangan di sungai itu, merupakan korban-korban keganasan wabah kolera dan desentri. Di hilir tidak jauh dari mayat-mayat yang menjijikkan itu, dilihat pula oleh Dr. D,Herele, orang-orang mandi dengan asyiknya. Malahan diantara mereka ada yang meminum air sungai tanpa merasakan jijik. Tetapi mengapa mereka tidak ketularan kolera dan desentri yang kejam itu? Aneh! Dr. D,Herele, yang tahu betul tentang medis sangat keheranan menyaksikan keajaiban dunia yang satu ini.

Sebagai seorang ilmuwan, dokter Prancis itu terpanggil untuk menyelidikinya. Ia pulang, kemudian mengumpulkan kuman-kuman itu dibawanya ke tepian Sungai Gangga. Dan dicampur dengan air Sungai Gangga yang telah diambilnya dengan gelas. Betapa terkejutnya Dokter itu, ternyata, dalam waktu yang relatif singkat, kuman-kuman kolera dan desentri itu mati.

Penyelidikan pun dilanjutkan. Dr. D, Herelle mendekati mayat-mayat yang mengambang di Sungai Gangga. Dengan menggunakan mikroskop ia melakukan penelitian berikutnya. Dan ternyata cuplikan sampel yang dia ambil dengan radius kurang lebih setengah meter dari mayat-mayat itu sama sekali tidak ditemukan seekorpun kuman desentri dan kolera yang hidup. Dari hasil penyelidikkannya Dr. D,Herelle menyatakan, “suatu mineral yang tak dikenal, yang terkandung oleh air sungai Gangga, bisa membunuh kuman-kuman penyakit”.

Dr. G.E. Nelson, yaitu seorang dokter berkebangsaan Inggris, juga mengadakan penelitian mengenai keberadaan air sungai Gangga ini. Ia membuktikan, bahwa kapal-kapal yang berlayar dari Calcutta, pelabuhan India paling timur , yang menuju Inggris, mengambil air perbekalannya dari Sungai Hugli. Sungai Hugli, adalah suatu muara Sungai Gangga yang airnya paling kotor. Walau kapal-kapal itu berlayar berbulan-bulan, ternyata air yang dibawanya masih segar, tidak berbau. Sedangkan kapal-kapal yang berlayar dari Inggris menuju India, mengambil air perbekalan dari Pelabuhan Inggris, setelah kapal-kapal itu berlayar selama satu minggu, setibanya di pelabuhan India terbarat, Bombay air perbekalannya sudah berbau busuk, tidak dapat diminum lagi, walaupun air perbekalan itu telah diganti terusan Suez atau di Aden (Laut merah). Dari hasil penyelidikannya itu Dr. G.E. Nelson berpendapat, “Air sungai Gangga, mengandung suatu unsur-unsur yang belum dikenal, sehingga air itu tahan berbulan-bulan”. Bahkan telah dibuktikan, bahwa kesegaran air Sungai Gangga itu dapat bertahan bertahun-tahun.

Seorang sarjana Amerika yang berasal dari Kanada, Dr. F.G. Harrison, juga mengadakan penyelidikan terhadap keajaiban Sungai Gangga. Setelah melakukan penyelidikan, Ia berkata: “Suatu keajaiban alam yang belum dapat diterangkan. Ternyata, kuman-kuman kolera dan lain-lainnya, mati dengan cepatnya, setelah berada dalam air sungai Gangga. Anehnya, khasiat pembunuh kuman dari Sungai Gangga itu, akan hilang, jika air itu dimasak. Dan jika air Sungai Gangga dicampur dengan air lain, air sumur ditepian Sungai Gangga sekalipun, dengan seketika kuman-kuman penyakit tidak mati malah akan berkembang biak dengan cepatnya.”

Seorang doter Prancis yang paling laku di negerinya, memilih tinggal di tepi Sungai Gangga. Ia meninggalkan negerinya, setelah mengetahui Khasiat dari Sunga Gangga. Dan kini, ia menjadi sorang sadhu, orang suci Hindu.

Seorang Amerika, yang baru mendapat title Dotor dalam filsafat dari Benares Hindu University (BHU) dilaporkan meninggalkan asrama walaupun asrama itu mewah. Ia memilih hidup di sebuah perahu, yang mengambang ditepian Sungai Gangga. Kalau ia mandi, tidak pernah memakai sabun. “Percuma”, katanya. Ia percaya bahwa air Sungai Gangga saja sudah membunuh segala kuman yang mungkin ada di badan.

Jadi tidaklah salah apa yang disampaikan oleh Veda yang mengagung-agungkan kesucian sungai Gangga yang dikisahkan turun dari svargaloka dan disanggah oleh Dewa Siva dengan kepadanya di pegunungan himalaya sebelum akhirnya mengalir dalam bentuk sungai Gangga.

Anda belum yakin? Silahkan buktikan sendiri dengan datang langsung ke sungai Gangga

Sumber; dikutip dari mailinglist dan beberapa website tetangga dengan sedikit modifikasi

»»  read more

| 0 komentar |

Bangkitnya Dharma Pada Jaman Kali

by:ngarayana

Bangkitnya Dharma pada Jaman Kali

Bhagavata Purana 12.3.30 menegaskan bahwa pada Kali Yuga kebodohan dan kegelapan akan menyelimuti kehidupan di alam material ini. Sebagian besar manusia akan berpaling dari ajaran Dharma, kejahatan merajarela, tipu menipu, sikap angkuh dan faham materialistik mendominasi.

Brahma-vaivarta Purana memaparkan percakapan antara Sri Krishna dengan Dewi Gangga prihal apa yang akan terjadi dengan pengamalan prinsip-prinsip Veda di jaman Kali Yuga sebelum Sri Krishna mengakhiri lila-Nya di Bumi ini.

Pada Brahma-vaivarta Purana sloka 49 Dewi Gangga bertanya kepada Sri Krishna; “he natha ramanashreshtha yasi golokamuttamam asmakam ka gatishcatra bhavishyati kalau yuge, Wahai Pelindung, Penikmat Agung, setelah keberangkatan Anda ke tempat tinggal anda yang sempurna, Goloka, kemudian apa yang akan terjadi di jaman Kali ini?”

Pada Brahma-vaivarta Purana sloka 50 Sri Krishna bersabda: “kaleh pancasahasrani varshani tishtha bhutale papani papino yani tubhyam dasyanti snanatah, 5.000 tahun pertama jaman Kali, orang-orang akan sangat berdosa dan para pendosa akan mengumpulkan dosanya pada dirimu [sungai Gangga ] dengan cara mandi”. Terjadi degradasi moral dan spiritual yang sangat tajam pada awal jaman Kali. Ajaran Veda hanya dijadikan tameng dalam kegiatan materialistik. Upacara-upacara keagamaan kehilangan empat pondasi Dharma yang utama, yaitu kejujuran, kesederhanaan, kesucian dan cinta kasih. Jumlah pengikut ajaran Veda merosot tajam dan terjerat dalam faham keliru. Sebagian lagi hanya mengaku sebagai pengikut Veda tanpa melakukan prinsip-prinsip yang semestinya. Sebagian besar orang sibuk menjadikan upacara dan ritual keagamaan sebagai media demi kesejahtraan material. Menjadikan materi sebagai sarana empuk menyebarkan faham ketuhanan palsu. Pembunuhan dan pembantaian binatang yang hanya atas dasar nafsu dimana-mana, sex bebas, prostitusi dan perjudian merajarela. Namun atas karunia yang tiada sebabnya dari Tuhan Yang Maha Esa, melalui media air suci sungai Gangga, orang-orang berdosa yang mandi di sana akan berangsung-angsur diangkat menuju pada kesucian.

Dalam sloka berikutnya Sri Krishna bersabda; “man-mantropasakasparshad bhasmibhutani tatkshanat bhavishyanti darsanacca snanadeva hi jahnavi, Setelah itu, dengan penglihatan dan sentuhan menyembah-penyembah-Ku dengan mantra-Ku, semua dosa mereka akan dibakar” (Brahma-vaivarta Purana 51).

Berdasarkan sloka 50 dan 51 ini dapat dikatakan bahwa setelah periode 5.000 tahun Kali Yuga, maka akan mulai muncul para penyembah-penyembah Tuhan yang murni yang dengan mantra dari Tuhan akan membakar dosa-dosa orang-orang yang bergaul dengan mereka (sadhu-sanga, atau sat-sanga). Dengan pergaulan dengan penyembah-penyembah (bhakta) Tuhan yang murni, seseorang akan secara berlahan diangkat dari kehidupan yang berdosa dan mencapai kesucian. Kata “man-mantropasaka” mengacu kepada seseorang yang melakukan “upasana” atau pemujaan terhadap Tuhan dengan melakukan “man-mantra”, atau mengucapkan Mantra dari Tuhan.

“harernamani yatraiva puranani bhavanti hi tatra gatva savadhanam abhih sarddham ca shroshyasi, Akan terdapat orang-orang yang mengucapkan nama suci Sri Hari dan membaca Purana di berbagai tempat, dan didengar dengan penuh perhatian” (Brahma-vaivarta Purana 52).

man-mantra” pada sloka 51 dan dengan keterangan sloka 52 mengacu kepada Maha Mantra yang disebutkan dalam Brhan-Naradiya Purana 38.126; “harer nama harer nama harer namaiva kevalam kalau nastyeva nastyeva nastyeva gatir anyata, Pada jaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual selain dari pada mengucapkan /mengumandangkan /mengidungkan /menyanyikan nama suci Sri Hari”. Dan dalam Kalisantarana Upanisad disebutkan mantra yang cocok pada jaman Kali Yuga ini;Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare”.

Lebih lanjut tentang nama suci Tuhan dapat dibaca dalam artikel “Hari-Nama Sankirtana”.

purana shravanaccaiva harernamanukirtanat bhasmibhutani papani brahma-hatyadikani ca, Reaksi berdosa termasuk pembunuhan seorang Brahmana dapat diatasi dengan mendengarkan Purana dan mengucapkan nama-nama suci Sri Hari sebagaimana dilakukan oleh para penyembahnya(Brahma-vaivarta Purana 53). “bhasmibhutani tanyeva vaishnavalinganena ca trinani shushkakashthani dahanti pavako yatha, Sama seperti rumput kering dibakar oleh api, para penyembah-Ku dapat membakar segala dosa” (Brahma-vaivarta Purana 54). tathapi vaishnava loke papani papinamapi prithivyam yani tirthani punyanyapi ca jahnavi, O Gangga , seluruh planet akan menjadi tempat ziarah suci oleh kehadiran penyembah-Ku, mekipun tempat itu sebelumnya penuh dengan dosa” (Brahma-vaivarta Purana 55). madbhaktanam sharireshu santi puteshu samtatam madbhaktapadarajasa sadyah puta vasundhara, di dalam badan para penyembah-Ku terdapat kekekalan, Ibu Pertiwi akan menjadi suci oleh debu kaki para penyembah-Ku” (Brahma-vaivarta Purana 56). “sadyah putani tirthani sadyah putam jagattatha manmantropasaka vipra ye maducchishtabhojinah, Antara tempat ziarah yang suci dan seluruh dunia akan menjadi sama, seluruh penyembah-penyembah-Ku yang cerdas yang mengucapkan mantra-Ku (man-mantro) dan memakan sisa persembahan (mad- ucchishtabhojinah) akan menyucikan segalanya” (Brahma-vaivarta Purana 57). “mameva nityam dhyayante te mat pranadhikah priyah tadupasparshamatren puto vayushca pavakah, mereka lebih sayang kepada-Ku dari pada kehidupannya. Yang selalu bermeditasi hanya kepada-Ku, udara dan api menjadi murni meskipun tanpa sentuhan langsungnya” (Brahma-vaivarta Purana 58). kaler dasha-sahasrani madbhaktah santi bhu-tale ekavarna bhavishyanti madbhakteshu gateshu ca, Selama 10.000 tahun pada jaman Kali ini, seluruh penyembah-Ku akan memenuhi semua planet, setelah kepergian penyembah-penyembah-Ku hanya akan menyisahkan satu varna” (Brahma-vaivarta Purana 59). madbhaktashunya prithivi kaligrasta bhavishyati etasminnantare tatra krishnadehadvinirgatah, tanpa mengikuti penyembah-Ku, Bumi ini akan terbelenggu oleh pengaruh buruk kali-Yuga, Krishna mengatakan hal ini pada saat kepergian-Nya”.

Kebangkitan ajaran Dharma (Veda) dan khususnya gerakan sankirtana (pengucapan nama-nama suci Tuhan) terjadi setelah 5000 tahun kali yuga dan akan mencapai puncak keemasannya setelah 10.000 tahun. Ciri-ciri kebangkian ini sudah bisa kita saksikan saat ini, dimana semakin banyak orang-orang terpelajar dari dunia barat yang mengikuti prinsip-prinsip ajaran Veda (lihat: Wikipedia.org). Di nusantara sendiri juga terdapat ramalan Sabdo Palon dan Jayabaya yang menyatakan kebangkitan ajaran Hindu/Veda setelah 500-an tahun runtuh Majapahit di Nusanara. Para penekun tenaga dalam Reiki dan Sinci juga percaya bahwa pada jaman ini adalah adalah dimulainya jaman keemasan bagi para spiritualis.

Sanatana Dharma…. Never ending story….! Proud to be Hindu.

»»  read more

Senin, 08 Maret 2010

| 0 komentar |

Fakta Ilmiah Adanya Perang Mahabharata (Perang Nuklir Zaman Prasejarah?)

dikutip dari oedi di/pada Juni 19, 2009

Mahabharata (Arjuna vs Bisma)# Epos Mahabarata
Kisah ini menceritakan konflik hebat keturunan Pandu dan Dristarasta dalam memperebutkan takhta kerajaan. Menurut sumber yang saya dapatkan, epos ini ditulis pada tahun 1500 SM. Namun fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya. Artinya peristiwa yang dicatat dalam buku ini diperkirakan terjadi pada masa ±5000 tahun yang silam.

Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga meskipun akhirnya berperang di Kurukshetra. Namun yang membuat orang tidak habis berpikir adalah kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Padahal jika dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang sebegitu besarnya.

Spekulasi baru dengan berani menyebutkan perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah semacam perang nuklir! Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh. seperti hujan lebat yang kencang, mengepungi musuh, dan kekuatannya sangat dahsyat.

Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup wuuus..wuuus.. disertai dengan debu pasir. Burung-burung bercicit panik seolah-olah langit runtuh, bumi merekah. Matahari seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.

Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.

Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 antara Rama dan Rahwana lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri: pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke ketiga kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya.

Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!

Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir? Sedangkan masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa prasejarah dimana peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia tidak ditemukan kemajuan semacam ini?

Namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.

Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.

# Penelusuran fakta ilmiah
Akhir-akhir ini perhatian saya tertuju pada sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM.

Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah. Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 SM). Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).

Dalam suatu cuplikan cerita dalam Epos Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu.

Yang membuat orang tidak habis pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan Weimana-nya itu?

Ada beberapa penelitian yang berusaha menguak tabir misteri kehidupan manusia di masa lampau ini. Tentang bagaimana kehidupan sosial hingga kemajuan ilmu dan teknologi mereka. Beberapa waktu belakangan banyak hasil penelitian yang mengejutkan. Dan dari berbagai sumber yang telah saya pelajari, secara umum penggambaran melalui berbagai macam teori dan penelitian mengenai subyek ini telah pula memberikan beberapa bahan kajian yang menarik, antara lain adalah:

Permulaan sebelum dua milyar tahun hingga satu juta tahun dari peradaban manusia sekarang ini teryata telah terdapat peradaban manusia. Dalam masa-masa yang sangat lama ini terdapat berapa banyak peradaban yang demikian maju namun akhirnya menuju pada sebuah kebinasaan? Dan penyebab kebinasaan itu adalah tiada lain akibat peperangan yang pernah terjadi.

Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30.000-15.000 SM). Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir. Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).

Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato. Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo. Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.

Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar. Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.

Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini. Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir (Foto: relief jenis pesawat di Piramida Mesir di bawah ini) dan Amerika Selatan.

relief pesawat terbang dan helikopter di Mesir
Foto: relief jenis pesawat di Piramida Mesir

Dari hasil riset dan penelitian yang dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 °C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.

Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan didalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.

Bukti ilmiah peradaban Veda. Bukti-bukti arkeologis, geologis telah terungkap dari penemuan fosil-fosil maupun artefak- alat yang digunakan manusia pada masa itu telah terbukti menunjukkan bahwa peradaban manusia modern telah ada sekitar ratusan juta bahkan miliaran tahun yang lalu. Bukti-bukti tersebut diungkapkan oleh Michael Cremo, seorang arkeolog senior, peneliti dan juga penganut weda dari Amerika, dengan melakukan penelitian lebih dari 8 tahun.

Dari berbagai belahan dunia termasuk juga dari Indonesia telah dapat mengungkapkan misteri peradaban weda tersebut secara bermakna. Laporan tersebut ditulis dalam beberapa buku yang sudah diterbitkan seperti ; Forbidden Archeology, The Hidden History of Human Race, Human Devolution: A Vedic alternative to Darwin’s Theory, terbitan tahun 2003. Dalam buku tersebut akan banyak ditemukan fosil, artefak- peninggalan berupa kendi, alas kaki, alat masak dan sebagainya yang telah berusia ratusan juta tahun bahkan miliaran tahun, dibuat oleh manusia yang mempunyai peradaban maju, tidak mungkin dibuat oleh kera atau primata yang lebih rendah.

Dari buku-buku tersebut juga ditemukan adanya manipulasi beberapa arkeolog dengan mengubah dimensi waktunya, hal ini bertujuan untuk mendukung teori evolusi Darwin, karena kenyataannya teori evolusi masih sangat lemah. Bukti ilmiah sudah dengan jelas menyatakan bahwa peradaban weda telah ada miliaran tahun. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa perang besar di tanah suci Kukrksetra, kota Dwaraka, sungai suci Sarasvati dan sebagainya merupakan suatu peristiwa sejarah, bukan sebagai mitologi. Setiap kali kongres para arkeolog dunia selalu menyampaikan bukti-bukti baru tentang peradaban Barthavarsa purba. Dibawah ini ditampilkan sekelumit dari bukti ilmiah tersebut.

Sebenarnya masih banyak bukti ilmiah lainnya yang menunjukkan peradaban weda tersebut, sehingga Satya yuga, Tretha yuga, Dvapara yuga dan Kali yuga dengan durasi sekitar 4.320.000 tahun merupakan suatu sejarah peradaban manusia modern yang memegang teguh perinsip dharma.

Perang Bharatayuda. Para arkeolog terkemuka dunia telah sepakat bahwa perang besar di Kuruksetra merupakan sejarah Bharatavarsa (sekarang India) yang terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Sekarang para peneliti hanya ingin menentukan tanggal yang pasti tentang peristiwa tersebut. Dari hasil pengamatan beserta bukti-bukti ilmiah. Dari berbagai estimasi maka dibuatlah suatu usulan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

* Sri Krishna tiba di Hastinapura diprakirakan sekitar 28 September 3067 SM
* Bhishma pulang ke dunia rohani sekitar 17 Januari 3066 SM
* Balarama melakukan perjalanan suci di sungai Saraswati pada bulan Pushya 1 Nov. 1, 3067 SM
* Balarama kembali dari perjalanan tersebut pada bulan Sravana 12 Dec. 12, 3067 SM
* Gatotkaca terbunuh pada 2 Desember 3067 SM.

Dan banyak lagi penanggalan peristiwa-peristiwa penting sudah di kalkulasi.

* Kota kuno Dvaraka. Demikian juga keberadaan kota Dvaraka yang dulu menjadi misteri, kota tersebut disebutkan dalam Mahabharata bahwa Dvaraka tenggelam di pantai. Doktor Rao adalah seorang arkeolog senior yang dengan tekun menyelidiki dengan “marine archaeology” dan hasilnya ditemukannya reruntuhan kota bawah laut, beserta ornamennya, didaerah Gujarat. Dwaraka, kota kerajaan Sri Krishna masa lalu.

* Sungai Sarasvati. Keberadaan kota purba Harrapa dan Mohenjodaro serta keberadaan sungai suci Sarasvati telah dijumpai dalam Rig Weda, namun tidak diketahui keberadaannya, kemudian oleh NASA dengan pemotretan dari luar angkasa ternyata dijumpai sebuah lembah yang merupakan bekas sungai yang telah mengering, namun dalam kedalaman tertentu masih tampak ada aliran air di wilayah Pakistan yang bermuara ke lautan Arab, arahnya sesuai dengan yang digambarkan dalam sastra.

* Jembatan Alengka. Pemotretan luar angkasa yang dilakukan oleh NASA telah menemukan adanya jembatan mistrius yang menghubungkan Manand Island (Srilanka) dan Pamban Island (India) sepanjang 30 Km, dengan lebar sekitar 100 m, tampak pula jembatan tersebut buatan manusia dengan umur sekitar 1.750.000 tahun. Angka ini sesuai dengan sejarah Ramayana yang terjadi pada Tretha yuga. Sekarang sedang diteliti jenis bebatuannya. Jadi Ramayana itu adalah ithihasa (sejarah), bukan merupakan dongeng.

jembatan ramayana 2

Sri Rama Bridge 1

Sri Rama Bridge 2

Foto: Sri Rama Bridge hasil pantauan NASA

Citra dari Rama Brige sendiri sangat mudah terlihat dari atas permukaan air laut karena letaknya yang tidak terlalu dalam, yaitu hanya tergenang sedalam kira-kira 1,2 meter (jika air laut sedang surut) dengan lebar hampir 100 m.
Tahun 1972 silam, ada sebuah penemuan luar biasa yang barangkali bisa semakin memperkuat dugaan bahwa memang benar peradaban masa silam telah mengalami era Nuklir yaitu penemuan tambang Reaktor Nuklir berusia dua miliyar tahun di Oklo, Republik Gabon.

peta Oklo
Foto: Peta Oklo, Republik Gabon

oklo15_curtin

2004-05-Oklo

Foto: bekas Reaktor Nuklir Berusia 2 Milyar Tahun di Oklo, Republik Gabon.

* Pada tahun 1972, ada sebuah perusahaan (Perancis) yang mengimpor biji mineral uranium dari Oklo di Republik Gabon, Afrika untuk diolah. Mereka terkejut dengan penemuannya, karena biji uranium impor tersebut ternyata sudah pernah diolah dan dimanfaatkan sebelumnya serta kandungan uraniumnya dengan limbah reaktor nuklir hampir sama. Penemuan ini berhasil memikat para ilmuwan yang datang ke Oklo untuk suatu penelitian, dari hasil riset menunjukkan adanya sebuah reaktor nuklir berskala besar pada masa prasejarah, dengan kapasitas kurang lebih 500 ton biji uranium di enam wilayah, diduga dapat menghasilkan tenaga sebesar 100 ribu watt. Tambang reaktor nuklir tersebut terpelihara dengan baik, dengan lay-out yang masuk akal, dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun lamanya.

Yang membuat orang lebih tercengang lagi ialah bahwa limbah penambangan reaktor nuklir yang dibatasi itu, tidak tersebarluas di dalam areal 40 meter di sekitar pertambangan. Kalau ditinjau dari teknik penataan reaksi nuklir yang ada, maka teknik penataan tambang reaktor itu jauh lebih hebat dari sekarang, yang sangat membuat malu ilmuwan sekarang ialah saat kita sedang pusing dalam menangani masalah limbah nuklir, manusia zaman prasejarah sudah tahu cara memanfaatkan topografi alami untuk menyimpan limbah nuklir!

Tambang uranium di Oklo itu kira-kira dibangun dua milyar tahun yang lalu setelah adanya bukti data geologi dan tidak lama setelah menjadi pertambangan maka dibangunlah sebuah reaktor nuklir ini. Mensikapi hasil riset ini maka para ilmuwan mengakui bahwa inilah sebuah reaktor nuklir kuno, yang telah mengubah buku pelajaran selama ini, serta memberikan pelajaran kepada kita tentang cara menangani limbah nuklir.

Sekaligus membuat ilmuwan mau tak mau harus mempelajari dengan serius kemungkinan eksistensi peradaban prasejarah itu, dengan kata lain bahwa reaktor nuklir ini merupakan produk masa peradaban umat manusia. Seperti diketahui, penguasaan teknologi atom oleh umat manusia baru dilakukan dalam kurun waktu beberapa puluh tahun saja, dengan adanya penemuan ini sekaligus menerangkan bahwa pada dua miliar tahun yang lampau sudah ada sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita sekarang ini, serta mengerti betul akan cara penggunaannya.

Semua temuan arkeologis ini sesuai dengan catatan sejarah yang turun-temurun. Kita bisa mengetahui bahwa manusia juga pernah mengembangkan peradaban tinggi di India pada 5.000 tahun silam, bahkan mengetahui cara menggunakan reaktor nuklir, namun oleh karena memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan dengan sewenang-wenang, sehingga mereka mengalami kehancuran.

Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000 SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif. Masa primitif ini berakhir dengan munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu.

Lagi-lagi perang dan haus kekuasaanlah yang mengakibatkan manusia menjadi terpuruk. Dan hal ini patut kita renungkan lebih seksama sebagai buah pelajaran bahwa mengapa manusia zaman prasejarah yang memiliki sebuah teknologi maju tidak bisa mewariskan teknologinya, malah hilang tanpa sebab, yang tersisa hanya setumpuk jejak saja. Lalu bagaimana kita menyikapi atas penemuan ini?

Saudaraku, sebagai manusia sekarang, jika kita abaikan terhadap semua peninggalan-peninggalan peradaban prasejarah ini, sudah barang tentu kita pun tidak akan mempelajarinya secara mendalam, apalagi menelusuri bahwa mengapa sampai tidak ada kesinambungannya, lebih-lebih untuk mengetahui penyebab dari musnahnya sebuah peradaban itu. Dan apakah perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi kita sekarang akan mengulang seperti peradaban beberapa kali sebelumnya? Betulkah penemuan ini, serta mengapa penemuan-penemuan peradaban prasejarah ini dengan teknologi manusia masa kini begitu mirip? Semua masalah ini patut kita renungkan dalam-dalam sebagai upaya tidak mengulangi kesalahan fatal yang pernah dilakukan.

Yogyakarta, 17 Juni 2009
Mashudi Antoro (Oedi`)

Disadur dari:
* http://www.wikipedia.org
* http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_di_Kurukshetra
* http://www.erabaru.or.id
* Dajiyuan
* Ambara, Gede Ngurah \(KPC\), Thu, 04 Oktober 2007
* Pedalangan untuk SMK oleh Supriyono dkk
* Dan beberapa sumber lain di Internet

»»  read more

You must here