About The Author

This is a sample info about the author. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis.

Get The Latest News

Sign up to receive latest news

Rabu, 03 Maret 2010

| 0 komentar |

Minoritas?

Minoritas?

Seolah-olah label minoritas menjadi semacam fobia akut bagi penganut Veda di Nusantara. Banyak penganut Veda tidak PD mengakui diri beragama Hindu. Jangankan orang Hindu etnis non Bali atau India, Hindu etnis Bali yang merantau ke luar Bali saja sering kelimpungan saat ditanya dasar keyakinannya. Kenapa bisa seperti ini? Masalah yang pertama mungkin karena dalam otak mereka sudah bercokol masalah tidak percaya diri karena telah terlabeli istilah minoritas. Dan masalah kedua adalah masalah klasik dimana sudah menjadi rahasia umum dimana banyak umat Hindu Nusantara yang meskipun sangat taat dalam hal susila (tingkah laku) dan upakara (upacara-upacara keagamaan) namun sangat miskin dalam filsafat.

Apakah filsafat Veda sangat rendah sehingga umat Hindu miskin filsafat? Saya yakin semua umat Hindu akan menjawabnya tidak karena mereka yang lahir bukan sebagai Hindu dan baru bersentuhan dengan Veda saja sangat membanggakan Veda. Ralph Waldo Emerson pernah berkata: “Veda memuliakan hidup kita. Seluruh filsafat dan ilmu pengetahuan Barat tampak kecil dan tak berarti di hadapan Veda. Seluruh manusia di bumi ini harus kembali ke Veda”. Lord Morley juga berujar: “Apa yang ditemukan dalam Veda, tidak ada di tempat lain”. Leo Tolstoy mengatakan: “Agama Veda tidak hanya agama yang tertua tapi juga agama yang paling sempurna. Ia menempati posisi pertama dan yang paling utama di antara agama-agama dunia”. Dan Gerald Heard mengatakan: ”Vedanta sangat ilmiah tentang – hukum-hukum yang mengatur alam semesta”.

Lalu bagaimana dengan label minoritas?

Jika orang Hindu di Indonesia masih menggunakan parameter Bali, maka Hindu memang sangat-sangat kecil. Bayangkan dari 250 juta penduduk Indonesia, populasi orang Bali hanya sekitar 2 juta orang saja. Terlebih lagi dengan giat-giatnya para kaum misionaris dan kaum dakwah menancapkan cakarnya di pulau Dewata dimana usaha mereka cukup sukses mengkerutkan populasi Hindu Bali. Ironisnya, masyarakat Hindu etnis non-Bali sering kali menjadikan Bali sebagai kiblat mereka, padahal Bali sendiri tengah meradang menghadapi penghancuran dari dalam dan juga gempuran dari luar.

Lalu kemanakah umat Hindu harus bercermin?

Jika kita mau berpikir global dan melihat ke luar, ternyata Hindu bukanlah agama kecil. Menurut data dari adherents.com (data tahun 1999 di update tahun 2007), Hindu menduduki populasi ketiga terbesar di dunia. Bahkan menurut statistic disana dan menurut buku “Hindu the greatest religion in the world” disebutkan jika populasi Kristen (Christian) di pecah dalam agama Protestan, Katolik, Anglikan, dan lain-lain yang pada dasarnya berbeda dan demikian juga Islam terpecah menjadi Suni dan Syiah maka populasi umat Hindu di dunia adalah yang terbesar.

Menurut American Religious Identification Survey (ARIS) tahun 2009, terjadi tren penurunan populasi Kristen di Amerika sekitar 10-15%. Sebagian dari mereka beralih ke filsafat Timur seperti Hindu dan Buddha atau malahan ada yang menjadi Atheis.

Kuantitas tanpa kualitas tentu tidak ada gunanya, lalu bagaimana dengan kualitas masyarakat Hindu dunia? Bisakah di sejajarkan dengan bangsa minoritas Yahudi tetapi memiliki kualitas yang prima?

Ravi Kumar dalam sebuah presentasinya “Hindutva” memberikan data-data yang cukup menarik seputar Hindu di dunia. Sangat banyak umat Hindu yang menduduki jabatan-jabatan penting dan berpengaruh. SR Nathan dan Devan Nair adalah tokoh Hindu yang pernah menjabat sebagai kepala Negara Singapura. Disamping itu di Mauritus juga pernah di jabat oleh tokoh Hindu Sir Ram Goolam, Dr Navin Ram Gulam, Anirudha Jagannath. Negara Fiji pernah dipimpin oleh Mahendra Chowdhary, di Trinidad oleh Basdeo Pandey, Guyana oleh Cheddi Jagan dan Bharat Jagdeo dan masih banyak Negara-negara lainnya yang kepala negaranya adalah tokoh-tokoh Hindu.

Dalam dunia bisnis dan ilmu pengetahuan tercatat bahwa pendiri Sun Micro-systems adalah tokoh Hindu bernama Vinod Khosla. Pendesain chip Intel Pentium adalah Vinod Dahm. Orang terkaya ketiga di dunia Aziz Premji, Pendiri hotmail adalah Sabeer Bhatia, Arun Netravalli adalah pendiri AT & T Bell Labs dan Presiden C, C++, unix. Rajiv Gupta adalah General Manajer Hewlett Packard. Sanjay Tejwrika adalah direktur pengujian Microsoft. Victor Menezes, Rajat Gupta dan Rana Talwar adalah CEO of Citi Bank, Mckensey dan Stanchart.

Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Australia, New Zealand, Jepang, Hong Kong, Thailand, Taiwan, Kenya, Nigeria dan Panama etnis Hindu tercatat sebagai etnis terkaya di bandingkan dengan etnis-etnis lainnya. Bahkan sebagaiana tertulis dalam artikel Bali Discovery Tours, dikatakan bahwa 60% orang terkaya di dunia adalah Hindu, dalam hal ini etnis India.

Di Amerika, meskipun populasi umat Hindu hanya sekitar 1 % dari total jumlah penduduknya, namun tercatat bahwa mereka memiliki kualitas yang jauh di atas rata-rata dan tidak kalah dengan etnis Yahudi yang selama ini di agung-agungkan sebagai bangsa terpilih oleh sekelompok kaum Abrahamik. 38% Doktor, 36% Ilmuan NASA, 34 % karyawan Microsoft, 28 % karyawan IBM, 17% ilmuan Intel, 13% karyawan Xerox dan 12 % Ilmuan Amerika adalah Hindu.

Orang-orang besar yang akhirnya memilih untuk masuk Hindu juga sangat banyak, beberapa di antaranya antara lain; Benitto Craxi, mantan perdana mentri Italia. Kedua anak dari Max Mulrony, mantan perdana mentri kanada. Mrs Anwar Sadat, putri pertama Mesir. Keluarga kerajaan Inggris yang berawal dari organisasi RK Mission, Alan Ford/ Rockefeller yang merupakan pendiri perusahaan otomotif Ford dan juga Gorge Harrison, musisi The Battle melalui organisasi ISKCON/Hare Krishna Movement dan masih banyak orang-orang terkenal lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu dalam artikel ini.

Salah satu penyebar ajaran Veda pada abad ke-19 ke dunia Barat adalah A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Beliau berangkat dari India ke New York pada tahun 1965. Setelah mengalami banyak kesulitan dan tanpa uang sepeserpun, beliau berhasil mendirikan “International Society for Krishna Consciousness” pada bulan Juli 1966. Srila Prabhupada meninggal dunia pada 14 November 1977. Dengan masa penyebaran ajaran Veda yang relative singkat ini (11 tahun), Srila Prabhupada berhasil membangun 108 temple/center ISKCON di seluruh dunia dan dengan jutaan pengikut. Murid-murid beliau sendiri bukan hanya kaum hippies, tetapi banyak di antaranya adalah pengusaha, ilmuan dan pejabat terkemuka. Bahkan tidak sedikit diantara murid-murid beliau yang kaya raya bersedia meninggalkan kekayaannya dan mengabdikan hidupnya sebagai guru kerohanian untuk mengajarkan filsafat Veda keliling dunia

Melihat kenyataan bahwa populasi umat Hindu di dunia sangat besar dan adanya kecenderungan bertambah dengan semakin banyaknya orang Barat yang tertarik dengan filsafat Veda serta di tambah lagi dengan kenyataan bahwa umat Hindu di dunia adalah orang-orang berkualitas, masihkah kita merasa kecil dan minder meski saat ini sebagai minoritas di Indonesia?

Dikutip dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

You must here