About The Author

This is a sample info about the author. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis.

Get The Latest News

Sign up to receive latest news

Rabu, 03 Maret 2010

| 0 komentar |

Minoritas?

Minoritas?

Seolah-olah label minoritas menjadi semacam fobia akut bagi penganut Veda di Nusantara. Banyak penganut Veda tidak PD mengakui diri beragama Hindu. Jangankan orang Hindu etnis non Bali atau India, Hindu etnis Bali yang merantau ke luar Bali saja sering kelimpungan saat ditanya dasar keyakinannya. Kenapa bisa seperti ini? Masalah yang pertama mungkin karena dalam otak mereka sudah bercokol masalah tidak percaya diri karena telah terlabeli istilah minoritas. Dan masalah kedua adalah masalah klasik dimana sudah menjadi rahasia umum dimana banyak umat Hindu Nusantara yang meskipun sangat taat dalam hal susila (tingkah laku) dan upakara (upacara-upacara keagamaan) namun sangat miskin dalam filsafat.

Apakah filsafat Veda sangat rendah sehingga umat Hindu miskin filsafat? Saya yakin semua umat Hindu akan menjawabnya tidak karena mereka yang lahir bukan sebagai Hindu dan baru bersentuhan dengan Veda saja sangat membanggakan Veda. Ralph Waldo Emerson pernah berkata: “Veda memuliakan hidup kita. Seluruh filsafat dan ilmu pengetahuan Barat tampak kecil dan tak berarti di hadapan Veda. Seluruh manusia di bumi ini harus kembali ke Veda”. Lord Morley juga berujar: “Apa yang ditemukan dalam Veda, tidak ada di tempat lain”. Leo Tolstoy mengatakan: “Agama Veda tidak hanya agama yang tertua tapi juga agama yang paling sempurna. Ia menempati posisi pertama dan yang paling utama di antara agama-agama dunia”. Dan Gerald Heard mengatakan: ”Vedanta sangat ilmiah tentang – hukum-hukum yang mengatur alam semesta”.

Lalu bagaimana dengan label minoritas?

Jika orang Hindu di Indonesia masih menggunakan parameter Bali, maka Hindu memang sangat-sangat kecil. Bayangkan dari 250 juta penduduk Indonesia, populasi orang Bali hanya sekitar 2 juta orang saja. Terlebih lagi dengan giat-giatnya para kaum misionaris dan kaum dakwah menancapkan cakarnya di pulau Dewata dimana usaha mereka cukup sukses mengkerutkan populasi Hindu Bali. Ironisnya, masyarakat Hindu etnis non-Bali sering kali menjadikan Bali sebagai kiblat mereka, padahal Bali sendiri tengah meradang menghadapi penghancuran dari dalam dan juga gempuran dari luar.

Lalu kemanakah umat Hindu harus bercermin?

Jika kita mau berpikir global dan melihat ke luar, ternyata Hindu bukanlah agama kecil. Menurut data dari adherents.com (data tahun 1999 di update tahun 2007), Hindu menduduki populasi ketiga terbesar di dunia. Bahkan menurut statistic disana dan menurut buku “Hindu the greatest religion in the world” disebutkan jika populasi Kristen (Christian) di pecah dalam agama Protestan, Katolik, Anglikan, dan lain-lain yang pada dasarnya berbeda dan demikian juga Islam terpecah menjadi Suni dan Syiah maka populasi umat Hindu di dunia adalah yang terbesar.

Menurut American Religious Identification Survey (ARIS) tahun 2009, terjadi tren penurunan populasi Kristen di Amerika sekitar 10-15%. Sebagian dari mereka beralih ke filsafat Timur seperti Hindu dan Buddha atau malahan ada yang menjadi Atheis.

Kuantitas tanpa kualitas tentu tidak ada gunanya, lalu bagaimana dengan kualitas masyarakat Hindu dunia? Bisakah di sejajarkan dengan bangsa minoritas Yahudi tetapi memiliki kualitas yang prima?

Ravi Kumar dalam sebuah presentasinya “Hindutva” memberikan data-data yang cukup menarik seputar Hindu di dunia. Sangat banyak umat Hindu yang menduduki jabatan-jabatan penting dan berpengaruh. SR Nathan dan Devan Nair adalah tokoh Hindu yang pernah menjabat sebagai kepala Negara Singapura. Disamping itu di Mauritus juga pernah di jabat oleh tokoh Hindu Sir Ram Goolam, Dr Navin Ram Gulam, Anirudha Jagannath. Negara Fiji pernah dipimpin oleh Mahendra Chowdhary, di Trinidad oleh Basdeo Pandey, Guyana oleh Cheddi Jagan dan Bharat Jagdeo dan masih banyak Negara-negara lainnya yang kepala negaranya adalah tokoh-tokoh Hindu.

Dalam dunia bisnis dan ilmu pengetahuan tercatat bahwa pendiri Sun Micro-systems adalah tokoh Hindu bernama Vinod Khosla. Pendesain chip Intel Pentium adalah Vinod Dahm. Orang terkaya ketiga di dunia Aziz Premji, Pendiri hotmail adalah Sabeer Bhatia, Arun Netravalli adalah pendiri AT & T Bell Labs dan Presiden C, C++, unix. Rajiv Gupta adalah General Manajer Hewlett Packard. Sanjay Tejwrika adalah direktur pengujian Microsoft. Victor Menezes, Rajat Gupta dan Rana Talwar adalah CEO of Citi Bank, Mckensey dan Stanchart.

Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Australia, New Zealand, Jepang, Hong Kong, Thailand, Taiwan, Kenya, Nigeria dan Panama etnis Hindu tercatat sebagai etnis terkaya di bandingkan dengan etnis-etnis lainnya. Bahkan sebagaiana tertulis dalam artikel Bali Discovery Tours, dikatakan bahwa 60% orang terkaya di dunia adalah Hindu, dalam hal ini etnis India.

Di Amerika, meskipun populasi umat Hindu hanya sekitar 1 % dari total jumlah penduduknya, namun tercatat bahwa mereka memiliki kualitas yang jauh di atas rata-rata dan tidak kalah dengan etnis Yahudi yang selama ini di agung-agungkan sebagai bangsa terpilih oleh sekelompok kaum Abrahamik. 38% Doktor, 36% Ilmuan NASA, 34 % karyawan Microsoft, 28 % karyawan IBM, 17% ilmuan Intel, 13% karyawan Xerox dan 12 % Ilmuan Amerika adalah Hindu.

Orang-orang besar yang akhirnya memilih untuk masuk Hindu juga sangat banyak, beberapa di antaranya antara lain; Benitto Craxi, mantan perdana mentri Italia. Kedua anak dari Max Mulrony, mantan perdana mentri kanada. Mrs Anwar Sadat, putri pertama Mesir. Keluarga kerajaan Inggris yang berawal dari organisasi RK Mission, Alan Ford/ Rockefeller yang merupakan pendiri perusahaan otomotif Ford dan juga Gorge Harrison, musisi The Battle melalui organisasi ISKCON/Hare Krishna Movement dan masih banyak orang-orang terkenal lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu dalam artikel ini.

Salah satu penyebar ajaran Veda pada abad ke-19 ke dunia Barat adalah A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Beliau berangkat dari India ke New York pada tahun 1965. Setelah mengalami banyak kesulitan dan tanpa uang sepeserpun, beliau berhasil mendirikan “International Society for Krishna Consciousness” pada bulan Juli 1966. Srila Prabhupada meninggal dunia pada 14 November 1977. Dengan masa penyebaran ajaran Veda yang relative singkat ini (11 tahun), Srila Prabhupada berhasil membangun 108 temple/center ISKCON di seluruh dunia dan dengan jutaan pengikut. Murid-murid beliau sendiri bukan hanya kaum hippies, tetapi banyak di antaranya adalah pengusaha, ilmuan dan pejabat terkemuka. Bahkan tidak sedikit diantara murid-murid beliau yang kaya raya bersedia meninggalkan kekayaannya dan mengabdikan hidupnya sebagai guru kerohanian untuk mengajarkan filsafat Veda keliling dunia

Melihat kenyataan bahwa populasi umat Hindu di dunia sangat besar dan adanya kecenderungan bertambah dengan semakin banyaknya orang Barat yang tertarik dengan filsafat Veda serta di tambah lagi dengan kenyataan bahwa umat Hindu di dunia adalah orang-orang berkualitas, masihkah kita merasa kecil dan minder meski saat ini sebagai minoritas di Indonesia?

Dikutip dari berbagai sumber

»»  read more

| 0 komentar |

Dewa-dewa orang Hindu abnormal???

Dewa-dewa orang Hindu abnormal?

pg-143.jpg

“Kok Dewa-dewa orang Hindu cacat dan abnormal sih? Ada yang bertangan empat, ada yang berkepala gajah dan ada juga yang bermata tiga.” Pertanyaan ini sangat sering diutarakan pada saya disaat teman debat saya mungkin sudah merasa kepepet dan kehabisan amunisi kali ya?

Saya tidak serta merta menjelaskan dengan sloka-sloka Veda ataupun mencoba dengan logika, tetapi saya balik bertanya ke mereka; “Malaikat-malaikat dalam agamamu kok punya sayap sih? Itu abnormal juga ya?”

Sering kali dengan pertanyaan balik ini saja sudah mematahkan pandangan mereka dan membuat mereka tidak berkutik lagi. Meski demikian dalam artikel ini saya akan mencoba memberikan gambaran kenapa dewa-dewa ada yang berpenampilan tidak seperti manusia normal.

Yang pertama yang harus kita kondisikan adalah mindset yang kita gunakan untuk menilai sesuatu. Jangankan jauh-jauh menilai para Dewa, Malaikat atau mahluk lain, dalam menilai sesama manusia saja anda tidak bisa menggunakan standar mindset anda untuk menilai orang lain. Andaikan anda adalah seorang perokok yang hobi sepak bola. Maka anda akan mengatakan bahwa merokok itu sangat nikmat. Lebih baik tidak makan satu hari dari pada tidak dikasi rokok, apa lagi merokok sambil menonton liga Inggris…. Wah betapa nikmatnya! Akan tetapi jika pandangan anda ini anda terapkan ke saya yang tidak merokok dan tidak hobi sepak bola tentunya akan menjadi masalah besar. Saya bahagia dengan surfing di Internet atau keliling naik motor besar, tetapi sangat menderita jikalau teman di sebelah saya merokok dan asapnya memenuhi ruangan. Satu contoh lagi, mungkin sebagain besar dari kita, yang cowok sangat senang melihat gadis-gadis asia (cina, korea, jepang) yang kulitnya kuning keputihan, bodinya semampai, tapi apa anda tahu ternyata sebagian besar orang bule tidak menganggap orang asia cantik? Seorang pejabat Amerika Serikat pernah melontarkan kritikan dalam rangka mencibir seorang pejabat asia bahwa wanita-wanita cina sangat buruk rupa, payudaranya kecil dan sama sekali tidak menarik. Berbeda jauh dengan gadis-gadis amerika dan eropa. Hanya karena hal seperti ini akhirnya pejabat yang bersangkutan di kecam oleh Cina. Sekarang kita beralih ke mahluk hidup lain. Kelabang memiliki banyak kaki, apakah kelabang itu cacat? Tidak bukan?

Veda menjelaskan terdapat 6.400.000 jenis kehidupan, sebagaimana tertuang dalam padma purana;

Jalala nava-laksani sthavara laksa-vimsati

Krmayo rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksanam

Trimsal-laksani pasavah catur-laksani manusah

Artinya:

Terdapat 8.400.000 bentuk kehidupan. 900.000 bentuk kehidupan dalam air; 2.000.000 bentuk pohon dan tumbuhan; kemudian terdapat 1.100.000 spesies burung. Akhirnya terdapat 3.000.000 spesies binatang buas dan 400.000 spesies manusia.

Sebagaimana gambaran alam semesta yang sudah saya buat dalam sebuah poster yang dapat anda download dalam website ini, kehidupan tidak hanya ada di bumi, bumi hanyalah bagian kecil dari satu alam semesta kita yang maha luas. Dan alam semesta kita ternyata hanyalah salah satu dari jutaan alam semesta yang lain. Jika dalam spesies manusia yang hidup di bumi saja sudah sangat berbeda, bagaimana dengan spesies manusia di planet-planet yang lain? Jin dan gendruwo juga salah satu dari 400.000 spesies manusia. Kenapa mereka begitu berbeda? Bagaimana dengan alien yang digambarkan berkepala besar dan bertangan panjang sampai selutut? Bagaimana dengan malaikat/ dewa yang hidup di planet lain dengan parameter lingkungan yang berbeda? Wajarkah jika mereka dikarunia oleh Tuhan badan dengan jenis yang berbeda dari yang di Bumi?

Serangan yang tidak kalah gencarnya ke Hindu adalah “Kenapa Tuhan Hindu porno dengan memperlihatkan auratnya?”. Lagi-lagi pertanyaan konyol. Sebenarnya yang porno itu adalah otak si penanya, kenapa? Sesuatu dapat dikatakan prono tergantung dari mana orang memandangnya. Orang pedalaman kalimantan dan irian hanya mengenakan penutup kemaluan dalam berinteraksi dengan orang lain, meski demikian mereka tidak melakukan kejahatan pemerkosaan. Tetapi kenapa orang-orang Arab yang hanya melihat wanita berkerudung full yang kebetulan tersingkap penutup betisnya saja sudah membuat pria bersangkutan tidak bisa mengendalikan diri dan akhirnya terjadi pemerkosaan? Disinilah harus kita akui bahwasanya pengendalian diri sebagaian masyarakat manusia sudah sangat buruk. Sebagian dari kita lebih suka menyalahkan orang lain, mengkambing hitamkan setan untuk menutupi kesalahan akibat nafsu kita sendiri.

Anda tidak bisa menyamakan kondisi anda dengan mahluk hidup yang lain. Jika anda ingin mengerti tentang mereka, rubahlah mindset anda dan lihatlah permasalahan itu dengan menggunakan kaca mata yang sesuai sehingga hasil yang anda peroleh adalah objektif.

Jadi orang yang menuduh dewa-dewa Hindu abnormal adalah orang-orang bodoh yang pengetahuannya perlu di up-grade dan mindset-nya perlu di buka lebar agar tidak selalu menilai sesuatu dengan kaca mata pemahamannya saja. Tidak serta merta menyalahkan agama yang lain hanya dengan mengacu pada “kebenaran” yang disampaikan oleh ajaran agamanya.

»»  read more

| 0 komentar |

Tuhan,nama-Mu siapa???

Hidup di masyarakat yang heterogen sangatlah menyenangkan. Memiliki banyak sahabat dari berbagai suku, ras, agama dan golongan memberikan nilai tersendiri pada masing-masing pribadi. Namun harus disadari bahwa tabiat masing-masing pribadi sangatlah berbeda-beda. Sikap dan kejiwaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi dimana seseorang dilahirkan, dibesarkan dan dasar keyakinan yang ditanamkan pada dirinya.

Membicarakan masalah keyakinan kadangkala menjadi suatu yang imajiner, yang sangat irasional dan hanya karena masalah keyakinan seseorang dapat melakukan apa saja diluar akal sehat manusia. Kasus-kasus bom bunuh diri dan perang atas nama Tuhan sudah mengorbankan jutaan nyawa dalam sejarah kehidupan manusia.

Sebagai golongan minoritas sering kali saya disuguhi pertanyaan yang sangat menggelitik tetapi juga menarik untuk di bahas. Salah satunya adalah masalah “siapa Tuhanmu?”. Seorang teman kuliah pernah berkata kepada saya; “Kalau Tuhanku kan Allah, Tuhan orang kristen Yesus, Alah Bapa dan Roh Kudus, sementara Tuhan kamu siapa? Terus Dewa favorit kamu yang mana yan?”

Ternyata Tuhan yang selama ini saya pahami sebagai Yang Esa dan Tuhan semua mahluk hidup di alam semesta ini tidak sama dengan Tuhan yang dibayangkan oleh teman saya itu. Apa benar Tuhan kita berbeda-beda?

Menurut Karen Amstrong dalam bukunya “A History of God” menyatakan bahwa asal-usul masing-masing Tuhan dalam agama Abrahamik (Yahudi, Kristen dan Islam) berbeda-beda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad.

Karakter masing-masing Tuhan agama Abrahamik tersebut sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan yang paling pencemburu, gampang marah, dan suka menghukum pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.

Apakah pernyataan Karen Amstrong mengenai Tuhan penganut agama Abrahamik adalah berbeda sebagaimana disebutkan dalam bukunya tersebut? Mari kita coba analisis dari masalah wahyu yang diturunkan kepada ketiga agama ini. Agama Yahudi adalah agama yang paling tua dari ke-3 rumpun agama ini, kitab suci-nya adalah Taurat / Torah. Namun demikian sebagaimana pernyataan Yesus dalam di Matius 5:17. Dikatakan: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya“. Ayat ini menegaskan bahwa Ajaran Kristen diwahyukan kembali untuk melengkapi ajaran yang sebelumnya yang kurang sempurna. Demikian juga Islam lewat Q.S. Al Maidah ayat 3 mengatakan “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. Ayat ini mengklaim bahwa agama Islam adalah ajaran yang menyempurnakan ajaran-ajaran agama-agama sebelumnya (Yahudi dan Kristen).

Jika memang Tuhan ke-3 agama ini berbeda, sepertinya masalah ini dapat dimengerti karena satu Tuhan mengoreksi Tuhan yang lainnya. Namun jika kita kembali lagi ke titik pangkal Agama dimana setiap umat agama memuja Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Adil dan berbagai sebutan Tuhan dengan kemahakuasaannya, apakah mungkin posisi “maha/paling” disini dikuasai oleh lebih dari satu entitas (Tuhan)? Tentunya harus ada satu yang laing berkuasa, yang paling sempurna, yang paling adil dan sebagainya.

Namun jika kita mengatakan bahwa Tuhan dalam ajaran Abrahamik ini sejatinya hanya ada satu, maka permasalahannya adalah pada model pewahyuan/penurunan ajaran-ajarannya. Kenapa Tuhan menurunkan ajarannya dalam kondisi tidak sempurna sehingga harus diperbaiki, ditambahkan dan disempurnakan sebagaimana kasus Taurat/Torah yang digenapi dengan kehadiran Yesus dan berikutnya disempurnakan lagi dengan kehadiran Nabi Muhammad? Bukankah Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna? Kenapa Beliau Yang Maha Sempurna dapat menurunkan kitab suci yang tidak sempurna?

Mungkin permasalahan inilah yang menyebabkan kenapa beberapa teman saya menanyakan pada saya prihal siapa Tuhan saya. Kalau memang benar demikian adanya, saya sebagai pengikut Veda yang berada di luar komunitas agama-agama Abrahamik tentunya dapat memahami pola pikir mereka.

Tapi sebelum kita menyimpulakan bahwa Tuhan itu memang banyak dan mengatakan bahwa masing-masing agama punya Tuhan yang berbeda, mari kita coba untuk menggunakan akal sehat kita terlebih dahulu untuk bertanya pada Tuhan, siapa nama Tuhan yang sebenarnya.

Sekarang kita coba tatap langit dan lihatlah benda yang berpijar dan memberikan penerangan terhadap bumi, yang menyebabkan adanya siang dan malam. Apa nama benda langit tersebut?

Kita sebagai orang Indonesia akan menyebutnya “Matahari”. Bangsa yang menggunakan bahasa Inggris akan menyebutnya “Sun”. Orang Bali menyebutnya sebagai Surya / Matanai. Orang Tengger menyebutnya “Srengenge” dan orang Sunda menyebutnya “Baskara”, kalangan ilmiah kadang menyebutkannya dengan istilah “Solar”. Apakah salah kalau kita menyebutkaan benda langit yang menyebabkan siang dan malam itu sebagai Sun, Surya, Matahari dan sebagainya? Tidak kan?

Demikian juga halnya dengan Sang Pencipta, Penguasa Alam Raya ini yang terkadang disebut “God atau Lord” oleh bangsa yang bertutur kata dengan bahasa inggris, disebut “Gusti” oleh orang Jawa, disebut Tuhan dalam bahasa Indonesia, Allah dalam bahasa Arab, Hyang Widdhi dalam bahasa Sansekerta, dan sebagainya. Salahkan orang yang menyebut Sang Pencipta dengan nama yang sesuai dengan bahasa yang digunakan di daerahnya?

Jika kita mau jujur, sebenarnya cara kita menyebut Sang Maha Pencipta adalah dengan menggunakan sifat-sifat dari beliau. Dalam Islam dikenal istilah Asmaaa-ul-husnaa, yaitu 100 nama suci Tuhan (1 nama belum diketahui) berdasarkan sifat-sifatnya. Menurut Akif Manaf Jabir, Ph.D (1997), Nabi Muhammad sendiri menyatakan bahwa ada 99 nama Tuhan yang apabila seseorang melafalkan kesemua nama itu, maka ia akan masuk surga. Itulah sebabnya, biji tasbih yang digunakan oleh umat Islam untuk berzikir jumlahnya 99, mengikuti jumlah nama Allah itu.

Nama yang pertama adalah “Allah” yang berarti “that which there is no otheratau “hanya satu tiada duanya”. Nama inilah yang paling menonjol di antara nama-nama lainnya, sehingga lahirlah “Lailahaillalah”, atau “tiada Tuhan selain Allah.” Allah memiliki nama lain Al-Alim yaitu “Beliau Yang Maha Tahu”,Al-Kudus “Beliau Yang Maha Suci, Al-Rahman “Maha Pengasih”, Al-Rahim “Maha penyayang”, Al-Awwal, Al-Akhir, Al-Sabr “Yang Paling Sabar” dan lain-lain.

Tentunya ke 99 nama Tuhan diatas dalam bahasa Arab, nah bagaimana halnya jika kita menyebutkan nama Tuhan dalam bahasa Veda, bahasa Sansekerta? Dalam Veda dikenal istilah “Visnusahasranama” yaitu 1000 nama suci Tuhan yang sesui dengan sifat-sifatnya yaitu antara lain Hyang Widdhi (Vidhi) “Yang Maha Tahu”, Krishna “Yang Maha Menarik”, Acintya “Yang Tidak Terpikirkan”, maadhavo, Visnu “Beliau yang ada dalam segala sesuatu”, Narayana, Govinda, dan sebagainya.

Terus bagaimana halnya dengan penyebutan Tuhan dalam bahasa yang lain? Tentu ada banyak sebutan unik yang tidak terhingga banyaknya sesuai dengan bahasa yang digunakan kan?

Jika dengan analogi diatas menyatakan bahwa Tuhan setiap orang sebenarnya hanya satu, lalu mengapa sebagian orang Islam masih tetap ngotot pada pendirian bahwa “orang yang tidak menyebut Tuhan dengan nama ‘Allah’ berarti kafir”? Mengapa mereka beranggapan bahwa tiada kebenaran lain dalam agama selain Islam? Jawabannya, semua itu dipengaruhi oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan dalam konteks situasi yang dihadapi oleh Nabi Muhammad. Pada masa itu, sebagian ayat-ayat seperti itu memang sesuai dengan keadaan jaman jahilliyah. Kalau kemudian ayat-ayat itu ditafsirkan apa adanya, tanpa memandang konteks situasi jaman yang sudah berubah, yang terjadi adalah sebuah kekonyolan semata.

Referensi;

1. Steven Rosen. The Hidden Glory of India, Bhaktivedanta Book Trust, Hongkon, 2002

2. Stephen Knapp. Vedic Prophecies, 2004

3. Akif Manaf Jabir, Ph.D, The Hidden Treasure of Al-Qur’an, 1997

4. Karen Amstorng, The history of God

»»  read more

| 0 komentar |

Propaganda Agama

Berbicara masalah Tuhan yang abstrak memang gampang-gampang susah. Gampang karena Tuhan adalah abstrak, sehingga bersilat lidah, berbohong dan menipu atas nama Tuhan tidaklah sulit. Tapi Tuhan juga susah. Susah karena Beliau imajiner sehingga sulit dibuktikan dengan panca indra dan metode ilmiah yang diyakini oleh manusia modern saat ini yang memang sangat terbatas.

Berbagai macam agama, aliran, masab, sekte berloma-lomba melakukan propaganda bahwa agamanyalah yang paling baik, paling sempurna, paling terakhir, paling mudah dan paling segalanya. Semuanya berlomba-lomba merebut hati calon “konsumen”-nya baik dengan cara sportif maupun dengan tipu muslihat. Mereka sibuk berkoar-koar mengatakan bahwa hanya agamanyalah yang merupakan jalan TOL bebas hambatan menuju kenikmatan Surga.

Agama Kristen mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya juru selamat, hanya dengan percaya padanyalah umat manusia akan mencapai surga. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok” (Yohanes 10:7-8).

Agama Islam mengatakan bahwa Islam adalah Agama yang terakhir dan merupakan agama yang disempurnakan oleh Allah. “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama” (Quran 5:3).

Sebagaimana pernah saya bahas dalam artikel yang lainnya bahwasanya agama serumpun, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam memang selalu mengklaim bahwa satu dengan yang lainnya saling menyempurnakan. Agama Kristen menyempurnakan Agama Yahudi yang ditandai dengan ucapan Yesus dalam Alkitab yang menyatakan bahwa beliau datang ke dunia ini bukan untuk menghapuskan Taurat/Torah (kitab suci Yahudi) meski hanya satu noktah(titik)-pun, melainkan hanya menggenapinya. Demikian juga dengan Islam yang mengatakan bahwa agamanya adalah penyempurnaan dari agama-agama sebelumnya dan Muhammad adalah Nabi yang terakhir. Dengan ayat Qur’an 5.3 ini seolah-olah semua kebenaran agama yang lain terkunci dan harus berakhir dengan pengakuan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna dan terakhir.

Perebutan akan “janji Tuhan” adalah suatu pertentangan yang selalu muncul dan yang tidak pernah terselesaikan pada agama-agama yang mendeklarasikan dirinya sebagai agama-agama langit yang menimbulkan pertikaian yang tiada hentinya di daerah Timur Tengah dan merenggut sangat banyak nyawa manusia. Hanya atas nama Agama dan Tuhan mereka saling bunuh. Semuanya mengaku sebagai prajurit Tuhan yang siap mati membela Tuhan. Untunglah hal ini tidak pernah terjadi pada agama-agama yang liberi label agama Bumi oleh para superior agama-agama langit ini.

Prajurit Tuhan? Membela Tuhan? Kata-kata yang sering kali terlontar dari mulut mereka. Entah mereka adalah pemeluk agama langit yang taat atau adalah oknum pemeluk agama langit. Saya tidak mau ambil pusing dan menjustis hal ini, biarlah mereka yang melabeli diri mereka masing-masing. Namun yang menjadi pertanyaan adalah “Apakah Tuhan masih perlu di bela?” Bukankah semua agama setuju mengatakan bahwa Tuhan adalah yang maha kuasa, maha perkasa dan maha kuat? Kalau demikian, buat apa membela Tuhan? Apakah Tuhan mereka lemah? Apakah para “prajurit Tuhan” jauh lebih kuat dari Tuhan mereka?

Semua agama pasti setuju bahwa Tuhan adalah maha sempurna, ciptaan Tuhan adalah sempurna, karena beliau maha mengetahui. Bukan begitu? Namun pertanyaannya, Apakah Kitab Suci juga diciptakan Tuhan? Kalau memang benar Kitab suci diciptakan oleh Tuhan yang maha sempurna dan maha tahu, tentunya kitab suci juga sempurna bukan? Kalau demikian halnya, kenapa Tuhan harus melakukan revisi, menyempurnakan dan mengklaim bahwa suatu kitab suci adalah yang paling akhir dan telah disempurnakan? Apakah Tuhan seperti seorang mahasiswa yang menyusun thesis? Menyusun sedikit demi sedikit, dirubah dan disempurnakan? Terus apa bedanya Tuhan dengan seorang mahasiswa? Jangan-jangan Tuhan mereka tidak maha sempurna dan maha tahu ya?

Namun artikel ini ditulis bukan untuk membahas itu, tetapi membahas sebuah buku yang ditulis oleh Maulana Abdul Haque Vidyarthi, seorang Muslim Ahmadiayah yang mengarang sebuah buku “Muhammad dalam kitab-kitab suci dunia” yang sangat erat kaitannya dengan Hindu. Di dalam buku itu sangat banyak dikutip ayat-ayat/sloka-sloka Veda dan penafsiran-penafsiran mengenai Veda yang menurut penulis dan para pendukungnya membenarkan Islam sebagai agama yang paling universal dan yang terakhir sehingga penulis dengan getolnya menyarankan umat Hindu berpindah agama menjadi Islam. Tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan ajaran Islam, tetapi untuk menjawab pandangan-padangan dan mencoba memutarbalikkan tuduhan yang disampaikan oleh buku tersebut. Tentunya jawaban saya pada artikel ini tidaklah mewakili seluruh umat Hindu, karena saya hanyalah seorang yang baru mencoba belajar Veda dan sama sekali bukan expert dalam bidang spiritual kitab suci Veda yang sangat-sangat luas.

Dalam bagian “macam-macam kesaksian atas kebenaran” dan juga “sepatah kata untuk saudara-saudara penganut Hindu, Buddha, Kristen dan yahudi” disebutkan bahwa Ramalan /nubuat kehadiran Nabi Muhammad dituliskan dalam kitab suci agama-agama yang lain, termasuk Yahudi, Kristen dan Juga Hindu, dimana menurut penulisnya, hanya Muhammad-lah yang diramalkan seperti ini, tidak seperti Yesus yang diramalkan hanya dalam kitab suci agama Yahudi saja. Apa benar pernyataan penulis ini? Mari kita uji sebagaimana ramalan-ramalan kemunculan nabi-nabi agama Abrahamik yang mereka klaim sepihak untuk membenarkan agama mereka.

Kemunculan Nabi Muhammad telah diramalkan dalam kitab Atharva Weda , Kanda 20, Sukta 127, Mantra 1 – 3 dan juga dalam kitab Bhavishya Purana, Parva 3, Kandha 3, Adhya 3, Sloka 5 : “etan mitrantare mleccha acaryena samanvitah Mahamad iti Khyatah siyyagrasva samanvitah, Seorang guru (acarya) yang buta huruf akan datang, namanya Mohammad (Mahamad). Beliau akan mengajarkan agama pada kaum pemuja berhala (mleccha)”. Sampai disini Veda memang membenarkan Muhammad adalah seorang guru diantara kaum buta hurup dan para kaum mleccha yang barbar dan disitilahkan dengan sebutan “Sakyta Avesya Avatara”, atau kepribadian suci yang diutus oleh Tuhan untuk mengemban misi dan tugas tertentu sesuai dengan kontek jaman pada saat itu. Kita harus menghormati Muhammad sebagai seorang Nabi untuk kaum mleccha, namun apakah itu berarti umat Hindu harus masuk Islam sebagaimana buku yang disampaikan Maulana Abdul Haque Vidyarthi? Nanti dulu, mari kita kutip ayat-ayat yang lainnya.

Dalam kitab Bhavisya Purana, Pratisarga Parva, Khanda 3, ayat 16-33 disebutkan tentang pertemuan antara Maharaja Shalivahana dengan Issa di Srinagar, India. Selengkapnya, uraian tersebut adalah sebagai berikut : “Shalivahan, cucu Vikrama Jit akhirnya mengambil alih pemerintahan. Beliau mengalahkan gerombolan penyerang dari Cina, Parthian, Scythians dan Bactrians. Raja Shalivahan membangun tembok pembatas antara para Arya dengan para mleccha (non-Hindu), dan memerintahkan orang-orang mleccha itu untuk berdiamdi pinggiran wilayah India.

Suatu hari, raja Shalivahana, pemimpin kaum Sakhya, pergi ke Himalaya. Di sana, di wilayah bernama Hun (Ladakh, bagian dari kerajaan Kushan) raja yang perkasa itu bertemu seseorang yang duduk di atas sebuah bukit, yang tampak sangat saleh. Kulitnya cerah, dan mengenakan pakaian putih-putih. Raja Shalivahan bertanya kepada orang suci itu, dan yang ditanya menjawab : “Saya dikenal sebagai Anak Tuhan, lahir dari seorang perawan, saya adalah pemimpin orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan, berusaha keras mencari kebenaran sejati.”

Sang Raja bertanya lagi : “Apa agama Anda?” Orang itu menjawab : “Wahai Raja, saya berasal dari negeri asing, dimana tidak ada lagi kebenaran di sana dan kejahatan merajalela. Di tanah orang-orang yang tidak beriman, saya muncul sebagai Al-Masih. Namun raksasa Ishamasi menjelmakan dirinya dalam bentuk orang-orang biadab yang mengerikan; saya dibuang oleh orang-orang biadab itu…. Wahai Raja, dengarlah olehmu, agama yang saya bawa kepada orang-orang yang tidak percaya itu : setelah menyucikan hati dan pembersihan badan yang tidak suci, dan setelah mencari perlindungan dalam doa kepada Naigama, manusia akan berdoa kepada Dia Yang Kekal. Melalui jalan keadilan, kebenaran, meditasi, dan penyatuan jiwa, manusia akan menemukan jalan untuk mencapai Isa ditengah-tengah cahaya. Tuhan, seteguh matahari, pada akhirnya akan menyatukan seluruh jiwa yang mengembara dalam diri Beliau. Wahai Raja, dengan demikian, Ishamasi akan dihancurkan, dan wujud Isa yang penuh kebahagiaan, pemberi kebahagiaan, akan bersemayam selamanya di dalam hati; dan saya disebut Masehi (Imam Mahdi) …”

Perhatikan bahwa dalam percakapan itu, Yesus memperkenalkan diri dengan sebutan Issa. Sebutan itu pulalah yang digunakan dalam naskah berbahasa Pali yang tersimpan dalam vihara Buddha yang ditemukan oleh Nicolas Notovitch dan juga ramalan dalam Bhavisya Purana yang menyebutkan bahwa Isaputra akan lahir dari seorang ibu yang perawan yang mengajarkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan.

Veda juga meramalkan akan kehadiran Buddha yang menjadi pendiri agama Buddha sebagaimana tertulis dalam Bhagavata Purana 1.3.24; “Pada awal jaman kali-yuga, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa akan muncul di provinsi Gaya sebagai Buddha, putra dari Anjana, untuk membingungkan orang-orang yang dengki pada Tuhan.” Dan kemunculan dari Sankaryacharya yang melanjutkan misi Buddha juga disebutkan dalam Padma Purana – Uttara Kanda 25.7; “Dewa Siva berkata; mayavadam asac chastram pracchannam baudham ucyate mayaiva kalpitam devi kalau Brahmana rupena, Wahai Devi istriku, pada jaman Kali aku akan lahir sebagai seorang Brahmana dan menjelaskan Veda dengan filsafat palsu mayavada yang mirip dengan filsafat Buddha”

Jadi dari beberapa sloka Veda ini sudah sangat jelas bahwa yang diramalkan oleh Veda sebagai nabi bukan hanya Muhammad, tetapi Isa (Yesus) dan Buddha-pun diramalkan dalam kitab suci Veda. Nah, bagaimana dengan kalim yang mengatakan Muhammad adalah Nabi terakhir dan Islam adalah agama yang terakhir dan yang paling sempurna?

Ternyata Veda tidak hanya meramalkan nabi-nabi dan pemuka agama pada jaman Muhammad dan sebelumnya, melainkan masih ada ramalan-ramalan yang lain yang mengatakan bahwa akan hadir sosok agung yang lain dan bahkan jauh lebih mulia dari Muhammad dan juga Isa.

Dalam Mahabharata Dhana-dharma,Vishnu Sahasranama Stotra juga diramalkan akan kemunculan Avatara agung yang akan meluruskan ajaran mayavadi, beliau adalah Chaitanya yang muncul 500 tahun yang lalu dalam garis perguruan Vaisnava yang artinya setelah jaman nabi Muhammad. Adapun penggalan ramalannya adalah sebagai berikut; ” suvarna varno hemangovarangas candanangadi sannyasa-krc chamah santonistha-santi-parayanah, Dalam kegiatan-Nya pada usia muda Beliau muncul sebagai orang yang berumah tangga yang berwajah kuning emas. Anggota-anggota badan-Nya tampan sekali. Badan-Nya diolesi dengan tapal terbuat dari kayu cendana. Warna badannya seperti emas cair. Dalam kegiatan berikutnya, Beliau menjadi sannyasi dan Beliau tenang sentosa. Beliaulah tempat kedamaian dan bhakti tertinggi, sebab beliau membuat terdiam orang yang bukan penyembah dan tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan”.

Chaitanya muncul pada jaman penjajahan Islam di India dan kisah beliau yang paling terkenal adalah pada saat debat terbuka dengan penguasa muslim, Chan Kazi waktu itu. Beliau memukul telak penguasa muslim tersebut sehingga akhirnya menjadi pengikut Beliau dan Islamisasi di India berhasil di gagalkan.

Ramalan Veda yang lain yang belum terwujud dan sedang di nanti-nanti oleh pengikut Veda adalah tentang ramalan Kalki Avatara yang diyakini sebagai penjelmaan Tuhan pada akhir jaman kali-yuga dan juga sebagai tanda bahwa pralaya/kiamat sudah dekat.

Ramalan kemunculan kalki disebutkan dalam Bhagavata Purana, Agni Purana, Linga Purana (40.50 – 92), Brahmanda Purana (1.2.31. 76 – 106 dan 2.3.73.104 – 126), serta Vayu Purana (58.75 – 110). Dalam Bhagavata Purana 2.7.38 disebutkan; “yarhy älayeñv api satäà na hareù kathäù syuù päñaëòino dvija-janä våñalä nådeväù svähä svadhä vañaò iti sma giro na yatra çästä bhaviñyati kaler bhagavän yugänte, Pada akhir jaman Kali, ketika tidak ada lagi mata pembicaraan tentang Tuhan, bahkan ditempat tinggal orangorang yang menyebut dirinya orang suci, ataupun di tempat-tempat orang terhormat dari tiga golongan tertinggi, dan ketika kekuasaan pemerintahan di pindahkan ke tangan-tangan para mentri

yang dipilih dari para sudra atau yang lebih rendah dari itu, ketika tata cara pelaksaan korban suci tak diketahui lagi bahkan lewat kata-kata sekalipun, pada waktu itulah, Tuhan akan menjelma menjadi penghukum yang perkasa”. Dalam Bhagavata Purana 1.3.25 disebutkan; “athäsau yuga andhyäyäà dasyu-präyeñu räjasu janitä viñëu-yaçaso nämnä kalkir jagat-patiù, Setelah itu, menjelang pergantian dua yuga (Kali-Yuga dan Satya-Yuga), Tuhan Pencipta alam semesta akan menjelma sebagai Kalki dan menjadi putra Vishnuyasha. Pada waktu itu, para penguasa di bumi ini telah merosot menjadi perampas semata”. Lebih lanjut dikatakan dalam Bhagavata Purana 12.2.28; “çambhala-gräma-mukhyasya

brähmaëasya mahätmanaù bhavane viñëuyaçasaù kalkiù prädurbhaviñyati Tuhan Kalki akan muncul dalam keluarga seorang brahmana terkemuka, roh yang mulia bernama Vishnuyasha, di desa hambhala”.

Dan dalam Bhagavata Purana 12.219-20 disebutkan; ”açvam äçu-gam äruhya devadattaà jagat-patiù asinäsädhu-damanam añöaiçvarya-guëänvitaù vicarann äçunä kñauëyäà hayenäpratima-dyutiù nåpa-liìga cchado dasyün koöiço nihaniñyati, Kalki, Tuhan bagi alam semesta, akan mengendarai kuda putihnya yang bernama Devadatta, dan dengan pedang di tangan, Beliau mengembara keseluruh muka bumi memperlihatkan delapan jenis kesaktian bhatin-Nya dan delapan sifat ketuhanan yang dimiliki-Nya. dengan cahaya yang berkilauan dan mengendari kuda dengan kecepatan tinggi, Beliau akan membunuh para pencuri yang telah berani menyamar dan berkedok sebagai raja dan penguasa”

Jadi dari dua buah ramalan sosok yang lain selain Nabi Muhammad yang sudah muncul dan akan muncul setelah jamannya Nabi Muhammad sudah mematahkan anggapan yang disampaikan oleh Maulana Abdul Haque Vidyarthi yang mengatakan Hindu juga membenarkan Nabi Muhammad sebagai Nabi Terakhir dan membawa Islam sebagai agama paling sempurna dan paling akhir. Jadi anda harus mengakui bahwa Veda adalah sebuah buku pengetahuan spiritual tertua di dunia, yang paling komprehensif dan lengkap. Bukti adanya ramalan Yesus, Sang Buddha, dan Nabi Muhammad, serta ciri-ciri ajaran mereka dalam kitab Bhavisya Purana, Bhagavata Purana, dan lain-lain menunjukkan bahwa ajaran Veda-lah yang bersifat universal, bukan klaim yang disampaikan Maulana Abdul Haque Vidyarthi dalam bukunya yang lebih terlalu egosentris dan absur tersebut. Ramalan-ramalan ini juga membuktikan bahwa ajaran Veda tidak dimaksudkan hanya untuk golongan tertentu, sebagaimana yang sering terjadi dalam kitab-kitab yang lebih muda usianya.

Dari penjelasan-penjelasan dan penyampaian akan pembenaran bahwa Islam adalah agama terakhir menurut Veda, Maulana Abdul Haque Vidyarthi juga terkesan terlalu memaksakan. Veda diperlakukan sebagaimana halnya menafsirkan Al-Qur’an, sehingga terjadi distorsi makna dan ambiguitas. Padahal Veda harus dipahami secara muhkhya-vrtti, yaitu pemahaman langsung tanpa tafsir dan harus melalui parampara, garis perguruan. Sebagaimana pernah saya tuliskan bahwa Veda terdiri dari jutaan sloka dan amat sangat banyak cabang ilmu/kitab yang tidak mungkin dapat dipahami hanya dalam waktu singkat, apalagi hanya dengan mengandalkan membaca sebagai Veda. Veda juga tidak akan dipahami oleh mereka yang memendam egoisme-nya, apa lagi hanya untuk mencari pembenaran semu dan dangkal sebagaimana disebutkan dalam Bhagavad Gita 4.3 dan 13.19, ”bhakto’si me sakha ceti rahasyam hy etad uttamam”, “mad bhakto etad vinaya mad bhava yo papadyate”.

Dalam penulisan dan pengulasannya dari judulnyapun sudah ketahuan bahwasanya penulis tidak memahami Veda dengan benar. Kenapa saya katakan demikian?

Coba perhatikan bab “Muhammad dalam kata singkatan mistik dari kitab suci Hindu”, dalam sub-bab-nya malahan dijelaskan mengenai kata OM dalam kitab Buddha, padahal semua orang juga tahu bahwa Hindu dan Buddha adalah agama yang berbeda. Disamping itu penulis juga mengatakan bahwa Upanisad adalah kitab suci yang terletak setelah Veda. Bukankah Upanisad adalah bagian dari Veda itu sendiri?

Dalam bab yang lain yang berjudul “Misteri Swastika diungkap” terdapat sub-bab yang juga janggal, terdapat dua sub-bab yang aneh, yaitu “Swastika dalam Kitab Suci Hindu” dan “Swasika dalam kitab suci Veda”. Padalah kitab suci Hindu adalah Veda, kenapa dimasukkan dalam sub-bab yang terpisah? Tidakkah si penulis tahu bahwa Veda adalah kitab suci Hindu? Bukankah dalam Kata Pengantar dia mengatakan bahwa dia menguasai Veda, bahasa-bahasa tradisional dan juga kitab-kitab suci agama uang lain dengan sangat baik. Kenapa hal fundamental seperti ini saja tidak tahu? Betapa bodoh dan egoisnya sang penulis ini.

Dan dari penjelasan-penjelasan yang lainnya disebutkan bukti-bukti bahwa Ka’bah sudah di kenal pada jaman Veda dan hal ini distir agar para pembaca mengikuti pola pikir penulis dan mengatakan bahwa Al-Qur-an sesuai dengan Veda. Padahal kalau pembaca adalah orang yang telah memahami Veda, walaupun hanya sebagian sudah pasti akan menyimpulkan hal yang bertolak belakang dengan apa yang disampaikan penulis. Hal-hal yang disampaikan oleh penulis mengenai Ka’bah, Swastika Om kara dan sebagainya sudah pasti akan memunculkan rasa bangga seorang penganut Veda dan membuktikan Veda sangat-sangat lengkap.

Dengan memperhatikan bahwa ramalan Veda tentang Muhammad hanyalah salah satu dari sekian banyak ramalan nabi-nabi yang lain dan dengan adanya bukti ramalan akan adanya penjelmaan lain selain Muhammad malahan menunjukkan bahwa Vedalah yang universal, bukan Al-Qur-an. Kenapa? Veda dapat meramalkan semua kemunculan itu, tetapi apakah Al-Qur’an dapat meramalkan kemunculan Rsi Vyasa, Krishna, Rama, Kurma, Matsya, Vamana, Varaha, Nrsmimha dan penjelmaan-penjelmaan agung lainnya? Tidak bukan?

Saya sadar bahwa artikel ini tidak membahas semua masalah yang disampaikan dalam buku “Muhammad dalam kitab-kitab suci dunia” karya Maulana Abdul Haque Vidyarthi. Namun hanya dengan menunjukkan bahwa Muhammad bukan nabi/penjelmaan terakhir menurut Veda sudah merupakan bukti yang sangat kuat dalam membantah kesimpulan buku ini. Apalagi setelah membaca daftar isi yang terkesan ngawur, sudah dapat dipastikan bahwa isinyapun tidak konsisten dan jauh dari fakta.

Namun demikian isi dari buku ini sangat penting buat umat Hindu semua, karena memaparkan bukti-bukti keuniversalan dan lengkapnya kitab suci Veda. Seperti contohnya ayat-ayat Veda yang distir oleh penulis dan dijadikan bukti bahwa Ka’bah telah tertulis dalam kitab suci Veda. Bukankah dari sini kita dalam melanjutkan klaim bahwa Ka’bah adalah bekas tempat suci Hindu? Yang artinya sejarah yang disampikan Al-Qur’an mengenai asal-usul Ka’bah mau tidak mau terbantahkan. Meskipun “senjata” hasil karya Maulana ini digunakan oleh kaum muslim secara umum dalam menyerang dan berdakwah pada umat Hindu yang masih miskin pengetahuan Veda-nya, namun sayangnya penulis adalah seorang Ahmadyah yang merupakan salah satu dari sekian banyak aliran dalam Islam, sehingga jika bukti-bukti yang dia sampaikan dan digunakan oleh pengikut Veda yang paham betul akan Veda, mungkin tidak akan di-iya-kan oleh muslim yang lain. Jadi dalam kasus ini seolah-olah seperti “selaput selektif-fermiabel”. Sesuatu yang digunakan untuk menyerang ke “luar”, tetapi tidak “dibenarkan” jika digunakan ke “dalam”.

»»  read more

Senin, 01 Maret 2010

| 0 komentar |

Merendah Itu Indah

Di satu kesempatan, ada turis asing yang meninggal di Indonesia. Demikian baiknya turis ini ketika masih hidup, sampai-sampai Tuhan memberikan kesempatan untuk memilih : surga atau neraka. Tahu bahwa dirinya meninggal di Indonesia, dan sudah teramat sering ditipu orang, maka iapun meminta untuk melihat dulu baik surga maupun neraka. Ketika memasuki surga, ia bertemu dengan pendeta, kiai dan orang-orang baik lainnya yang semuanya duduk sepi sambil membaca kitab suci. Di neraka lain lagi, ada banyak sekali hiburan di sana. Ada penyanyi cantik dan seksi lagi bernyanyi. Ada lapangan golf yang teramat indah. Singkat cerita, neraka jauh lebih dipenuhi hiburan
dibandingkan surga.

Yakin dengan penglihatan matanya, maka turis tadi memohon ke Tuhan untuk tinggal di neraka saja. Esok harinya, betapa terkejutnya dia ketika sampai di neraka. Ada orang dibakar, digantung, disiksa dan kegiatan-kegiatan mengerikan lainnya. Maka proteslah dia pada petugas neraka yang asli Indonesia ini. Dengan tenang petugas terakhir menjawab : ‘kemaren kan hari terakhir pekan kampanye pemilu”. Dengan jengkel turis tadi bergumam : ‘dasar Indonesia, jangankan pemimpinnya, Tuhannya saja tidak bisa dipercaya!’.

Anda memang tidak dilarang tersenyum asal jangan tersinggung karena ini hanya lelucon. Namun cerita ini menunjukkan, betapa kepercayaan(trust) telah menjadi komoditi yang demikian langka dan mahalnya di negeri tercinta ini. Dan sebagaimana kita tahu bersama, di masyarakat manapun di mana kepercayaan itu mahal dan langka, maka usaha-usaha mencari jalan keluar amat dan teramat sulit.

Jangankan dalam komunitas besar seperti bangsa dan perusahaan dengan ribuan tenaga kerja, dalam komunitas kecil berupa keluarga saja, kalau kepercayaan tidak ada, maka semuanya jadi runyam. Pulang malam sedikit, berujung dengan adu mulut. Berpakaian agak dandy sedikit mengundang cemburu.

Di perusahaan malah lebih parah lagi. Ketidakpercayaan sudah menjadi kanker yang demikian berbahaya. Krisis ekonomi dan konglomerasi bermula dari sini. Buruh yang mogok dan mengambil jarak di mana-mana, juga diawali dari sini. Apa lagi krisis perbankan yang memang secara institusional bertumpu pada satu-satunya modal : trust capital.

Bila Anda rajin membaca berita-berita politik, kita dihadapkan pada siklus ketidakpercayaan yang lebih hebat lagi. Polan tidak percaya pada Bambang. Bambang membenci Ani. Ani kemudian berkelahi dengan Polan. Inilah lingkaranketidakpercayaan yang sedang memperpanjang dan memperparah krisis.

Dalam lingkungan seperti itu, kalau kemudian muncul kasus-kasus perburuhan seperti kasus hotel Shangrila di Jakarta yang tidak berujung pangkal, ini tidaklah diproduksi oleh manajemen dan tenaga kerja Shangrila saja. Kita semua sedang memproduksi diri seperti itu.

Andaikan di suatu pagi Anda bangun di pagi hari, membuka pintu depan rumah, eh ternyata di depan pintu ada sekantong tahi sapi. Lengkap dengan pengirimnya : tetangga depan rumah. Pertanyaan saya sederhana saja : bagaimanakah reaksi Anda ? Saya sudah menanyakan pertanyaan ini ke ribuan orang. Dan jawabannyapun amat beragam.

Yang jelas, mereka yang pikirannya negatif, ’seperti sentimen, benci, dan sejenisnya ‘, menempatkan tahi sapi tadi sebagai awal dari permusuhan (bahkan mungkin peperangan) dengan tetangga depan rumah. Sebaliknya, mereka yang melengkapi diri dengan pikiran-pikiran positif ’sabar, tenang dan melihat segala sesuatunya dari segi baiknya’ menempatkannya sebagai awal persahabatan dengan tetangga depan rumah. Bedanya amatlah sederhana, yang negatif melihat tahi sapi sebagai kotoran yang menjengkelkan. Pemikir positif meletakkannya sebagai hadiah pupuk untuk tanaman halaman rumah yang
memerlukannya.

Kehidupan serupa dengan tahi sapi. Ia tidak hadir lengkap dengan dimensi positif dan negatifnya. Tapi pikiranlah yang memproduksinya jadi demikian. Penyelesaian persoalan manapun ‘termasuk persoalan perburuhan ala Shangrila’ bisa cepat bisa lambat. Amat tergantung pada seberapa banyak energi-energi positif hadir dan berkuasa dalam pikiran kita.

Cerita tentang tahi sapi ini terdengar mudah dan indah, namun perkara
menjadi lain, setelah berhadapan dengan kenyataan lapangan yang teramat berbeda. Bahkan pikiran sayapun tidak seratus persen dijamin positif, kekuatan negatif kadang muncul di luar kesadaran.

Ini mengingatkan saya akan pengandaian manusia yang mirip dengan
sepeda motor yang stang-nya hanya berbelok ke kiri. Wanita yang terlalu sering disakiti laki-laki, stang-nya hanya akan melihat laki-laki dari perspektif kebencian. Mereka yang lama bekerja di perusahaan yang sering membohongi pekerjanya, selamanya melihat wajah pengusaha sebagai penipu. Ini yang oleh banyak rekan psikolog disebut sebagai pengkondisian yang mematikan.

Peperangan melawan keterkondisian, mungkin itulah jenis peperangan
yang paling menentukan dalam memproduksi masa depan. Entah bagaimana
pengalaman Anda, namun pengalaman saya hidup bertahun-tahun di pinggir sungai mengajak saya untuk merenung. Air laut jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sungai. Dan satu-satunya sebab yang membuatnya demikian, karena laut berani merendah.

Demikian juga kehidupan saya bertutur. Dengan penuh rasa syukur ke
Tuhan, saya telah mencapai banyak sekali hal dalam kehidupan. Kalau uang dan jabatan ukurannya, saya memang bukan orang hebat. Namun, kalau rasa syukur ukurannya, Tuhan tahu dalam klasifikasi manusia mana saya ini hidup. Dan semua ini saya peroleh, lebih banyak karena keberanian untuk merendah.

Ada yang menyebut kehidupan demikian seperti kaos kaki yang diinjak-
injak orang. Orang yang menyebut demikian hidupnya maju, dan sayapun melaju dengan kehidupan saya. Entah kebetulan entah tidak. Entah paham entah tidak tentang pilosopi hidup saya seperti ini. Seorang pengunjung web site saya mengutip Rabin Dranath Tagore : ‘kita bertemu yang maha tinggi, ketika kita rendah hati’. ***

»»  read more

| 0 komentar |

Mengapa Beragama Hindu?

I Wayan Sudarma (Shri Danu D.P.), – Bekasi

Agama–agama memiliki persamaan dan perbedaan. Agama- agama pada dasar nya memiliki fungsi yang sama. Agama-agama memberikan kita jalan untuk berhubungan dengan diri kita sendiri dan untuk berhubungan dengan lingkungan, makhluk hidup dan alam di sekitar kita, yaitu etika dan moral. Agama- agama juga mewajibkan kita untuk menghormati hidup, hidup kita sendiri dan hidup orang lain.

Tapi bagaimana hubungan itu dilakukan, bagaimana kewajiban itu dilaksanakan, masing- masing agama memiliki cara serta aturannya sendiri. Tiap- tiap agama memiliki kitab sucinya sendiri, ajaran-ajarannya sendiri, ibadahnya sendiri, tokoh-tokoh nya dan sejarahnya sendiri. Bahkan pandangan mereka masing-masing tentang Tuhan juga berbeda. Inilah sebabnya mengapa ada agama Hindu, agama Buddha, agama Shinto, agama Kong Hu Chu, agama Tao, agama Islam, agama Kristen, dan agama Yahudi.

Pada umumnya agama Hindu atau orang Hindu karena sikapnya yang sangat toleran, lebih suka menekankan persamaan – persamaan agama. Namun kadang kala ini kan membawa kita pada suatu kesalahan lain yaitu mengabaikan aspek- aspek khusus dari masing – masing agama yang menjadi ciri khas dan identitas dari masing- masing agama tersebut. Adanya agama – agama tertentu percaya pada takdir dimana nasib manusia sepenuhnya telah ditentukan oleh Tuhan. Agama Hindu percaya pada hukum karma dimana nasib manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Ada agama yang percaya manusia hanya hidup sekali, setelah mati, menunggu hari kiamat. Pada saat itu manusia dibangkitkan kembali untuk diadili. Agama Hindu percaya akan adanya reinkarnasi dimana manusia lahir kembali, diberikan kesempatan untuk menyempurnakan dirinya.

Perbedaan antar agama adalah suatu fakta yang harus diketahui. Agar kita tidak mencampuradukkan agama. Ibarat orang bertetangga, pagar yang baik atau tanda batas yang tegas justru akan mencegah tetangga itu bertengkar, perbedaan bukan untuk dipertengkarkan tapi untuk saling memperkaya wawasan.

Beberapa kelompok orang menggolongkan agama menjadi dua katagori atau dua kelompok, yaitu agama langit dan bumi. Ada yang menggolongkan menjadi agama hukum dan agama pembebasan. Ada penggolongan agama berdasarkan wilayah asal kelahiran agama- agama tearsebut. Kecuali penggolongan yang terakhir, dua penggolongan sebelumnya bersifat sangat subyektif . Setiap pemeluk agama dapat membuat penggolongan berdasarkan ukuran-ukuran yang ditetapkannya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya pada kedudukan yang paling tinggi. Penggolongan agama langit atau dapat juga disebut “ Samawi ” katanya agama yang dibentuk berdasarkan wahyu Tuhan. Agama bumi atau agama alamiyah katanya berdasarkan renungan manusia. Siapa saja dapat mengatakan bahwa agamanya adalah agama wahyu sedangkan agama orang lain adalah agama buatan manusia. Agama Hindu bukanlah agama dogmatik, agama Hindu adalah agama yang terbuka , artinya keyakinan – keyakinan Hindu dapat ditafsirkan sesuai dengan semangat zaman. Agama- agama yang dogmatik sangat menekankan kepada “ Iman” yang bersifat dogma, yang harus dipercayai begitu saja, sekalipun tidak dapat dipahami dengan akal. Agama Hindu adah agama yang menekankan pada amal, perbuatan – perbuatan yang baik dan benar. Agama dogmatik bisa membuat manusia memisah antara ibadah dengan perbuatan. Agama Hindu menyatukan keyakinan dengan perbuatan , iman dengan amal.

Keyakinan dan ibadah itu harus tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Orang yang beragama dituntut untuk bertingkah laku pantas di masyarakat. Agama dogmatik cenderung menimbulkan fanatisme buta. Biasanya hal ini membuat suatu pengertian bahwa agamanya sendiri yang benar, agama orang lain salah. Agama Hindu, karena menekankan pada amal, bersifat sangat toleran. Agama Hindu menghormati kebenaran dari manapun datangnya. Kita tidak mungkin mengetahui agama seseorang hanya dengan melihat tingkah laku atau sikap hidupnya. Tapi seorang Hindu wajib mencerminkan ajaran- ajaran Hindu dalam kehidupannya. Untuk dapat melakukan ini seorang Hindu harus mengetahui agama Hindu secara baik.

»»  read more

| 0 komentar |

Poligami Menurut Hindu

QUESTION:

Bagaimana poligami menurut Hindu?

ANSWER:

1. Manawa Dharmasastra yang digunakan sebagai pegangan hukum Hindu atau compendium hukum Hindu pada Buku ke-3 (Tritiyo ‘dhayayah) pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

ASAPINDA CA YA MATURA, SAGOTRA CA YA PITUH, SA PRASASTA DWIJATINAM, DARA KARMANI MAITHUNE

Terjemahannya: Seorang gadis yang bukan sapinda dari garis-garis ibu, juga tidak dari keluarga yang sama dari garis bapak dianjurkan untuk dapat dikawini oleh seorang lelaki dwijati.
Tafsirnya: perkawinan yang dianjurkan adalah antara satu orang gadis dan satu orang lelaki di mana keduanya tidak mempunyai hubungan darah yang dekat.

Istilah dwijati dapat ditafsirkan sebagai seorang lelaki yang telah menyelesaikan pelajaran (kuliah) dan mendapat pekerjaan atau mandiri. Rgveda X.27.12:

KIYATI YOSA MARYATO VADHUYOH, PARIPRITA PANYASA VARYENA, BHADRA VADHUR BHAVATI YAT SUPESAH, SVAYAM SA MITRAM VANUTE JANE CIT

Terjemahannya: gadis-gadis tertarik oleh kebaikan yang unggul dari lelaki-lelaki yang hendak mengawininya, seorang gadis beruntung menjadi pemenang dari pilihan seorang lelaki dari kumpulannya. Jadi jelas Hindu melarang poligami.

2. Poligami yang “terpaksa” dilakukan mempunyai berbagai alasan, misalnya karena tidak mempunyai keturunan, atau di jaman dahulu ada yang bertujuan politik, misalnya yang dilakukan oleh Raja-Raja Hindu di Jawa maupun di Bali.
Namun dari kacamata Agama Hindu, tetap saja poligami menyimpang dari hukum Hindu.

3. Poliandri yang dilakukan Drupadi dalam itihasa Mahabharata hendaknya tidak dipandang sebagai perkawinan yang didasari pada kebutuhan sex, tetapi lebih ditekankan pada ajaran etika, yakni: Mentaati perintah Dewi Kunti agar panca Pandawa selalu bersatu dan selalu berbagi dengan saudara-saudara yang lain. Selain itu Drupadi pada kehidupannya yang lampau sebagai seorang gadis tua yang tidak kawin telah memuja Dewa Siwa untuk diberikan suami yang pantas. Permohonannya itu diucapkan lima kali, maka pada penjelmaannya sebagai Drupadi, Dewa Siwa memenuhi permintaan itu dengan memberikannya lima orang suami dari kesatria utama.

»»  read more

You must here